"Ren lo kenapa" tanya Jihoon yang satu ruangan penjara dengan Renjun.
"S-sakit Ji...."
"Apa yang sakit kasih tau gue jangan diem doang"
Sedari tadi Jihoon menanyakan keadaan temannya itu, baru pertama kali ia melihat Renjun seperti ini, melihat wajahnya yang seperti menahan rasa sakit Jihoon jadi khawatir.
"Ren!"
"Ji tolong ambil kalung di tas gue"
Jihoon menidurkan Renjun dilantai yang sebelumnya berada di pangkuannya. Jihoon membongkar seluruh isi tas Renjun mencari keberadaan kalung ruby yang biasa dipakai olehnya. Setelah mendapatkannya dengan segera kalung itu dipakaikan pada leher kecil milik Renjun, dibawa nya kembali kepala Renjun pada paha nya.
Nafasnya terengah-engah rasa sakit pada area dadanya perlahan menghilang, ia mengatur nafas sebelum berbicara pada Jihoon.
"Maaf ngerepotin dada gue sakit banget tadi"
"Kenapa kalungnya lo lepas, biasanya kan selalu lo pakai"
"Gue lupa pakai lagi, tadi Haechan mau liat kalungnya jadi gue kasih"
"Loh iya tu bocah mana deh kok hilang"
Haechan tiba-tiba saja sudah berdiam diri disebelahnya, membuat Jihoon terkejut dan tidak sengaja menoyor kepala Haechan.
"Lo kalau mau dateng kesini tu kebiasaan banget tiba-tiba muncul disamping gue anjing"
"Ngatain gue lo hahh, napa deh muka lo tu keringatan"
"Temen lo tadi kesakitan gimana gue gak panik"
"Hah, lo kenapa Jun?" Haechan beralih memandang Renjun didepannya yang sedari tadi diam melihat mereka berdua bertengkar, sudah biasa begitulah yang dirasakan Renjun.
"Ga apa cuma dada gue aja sakit tadi"
"CUMA?? CUMA LO BILANG!?"
"Hehe maaf ya Ji maaf banget, gue kumat lagi kayak dulu waktu kecil makanya bunda gue buatin kalung ruby ini"
"Lain kali jangan dilepas lagi itu kalung"
"Iyaa"
"Itu kalung yang gue pinjem tadi? Kenapa lo kasih kalau gitu"
"Gue tau lo gaakan rusak kalung gue makanya gue kasih lihat, muka lo tuh tadi penasaran banget"
"Lain kali lo bilang dong, kan gue jadi ngerasa bersalah gini"
"Gak apa"
"Lo gak mau cerita kenapa bisa kayak gini?" -Jihoon
"Lo berdua jangan bilang ke siapa-siapa ya tentang ini"
"Gue janji dah biar gak gue bocorin" Kata Haechan disetujui Jihoon.
"Jadi dulu waktu kecil daerah tempat tinggal gue diserang sama sekelompok manusia mafia yang dapet tugas buat nyari gue"
"Keluarga gue berusaha keras buat nyembunyiin dan ngelindungi gue biar mereka gak bisa nyentuh gue sedikitpun, tapi ada satu orang yang hampir berhasil bawa gue kabur untungnya kakek gue lihat dan langsung bunuh orang itu, tapi sedikit telat karna ada sesuatu yang dia kasih semacam minuman gitu, dulu gue gatau apa-apa, orang ini juga nyamar jadi gue gak curiga. Setelah beberapa menit gue minum itu gue ngerasa mual-mual sama kepala gue rasanya sakit banget, gue bilang ke bunda sama ayah tapi gak lama gue pingsan"
Renjun diam sejenak sebelum melanjutkan "Waktu itu gue sakit hampir 2 bulan, akhirnya bunda gue mutusin buat nyari ruby di goa deket gunung FrozenAir sebagai jimat biar gaada sihir, racun ataupun hal lainnya yang bisa bikin gue celaka, air dideket goa itu juga yang bantu gue sembuh tapi nggak secara total"
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Island | Red Velvet & Aespa ft. 00 Line
FantasyWendy melihat pintu kayu dibalik tumbuhan bunga kertas yang merambat dan menyamakannya dengan gambar yang ada di buku milik Irene "pintu ini sama persis dengan yang ada di buku kakek mu" -Wendy