TL [Tiga]

23.6K 994 104
                                    

Ralat bukan tatapan tajam tapi tatapan merendah.

"Semalam habis berapa, ralat kakak tiri harusnya ya."  sarkas pemuda itu dengan tatapan merendah yang belum hilang jangan lupakan tatapannya terfokus kearah leher Zela yang terdapat bercak merah yang belum disadari oleh Zela.

Arsen? Bagaimana dia bisa berada disini?

- Happy Reading -

•••


Tubuh Zela merasa bergetar saat melihat tatapan dari pemuda itu yang terasa familiar bagi dirinya.

"Arsen," lirih Zela dengan pelan, bola matanya bergetar saat melihat tatapan itu.

Dia Arsenio Calsido mantan pacarnya yang toxic.

Zela pun menberanikan diri menatap balik Arsen yang sedang menatapnya dengan intens.

"Kenapa lo bisa ada disini? Dan apa maksud lo bilang kakak tiri?" tanya Zela dengan tatapan tajam berusaha menutupi rasa takutnya.

Arsen hanya diam tidak ada niatan menjawab pertanyaan dari Zela.

Zela pun menghela nafas kasar, rasa penasarannya masih menggebu-gebu. Zela pun melontarkan pertanyaan kembali ke Arsen untuk memuaskan rasa penasarannya.

"Jangan bilang lo adik gue sekarang?" tanya Zela lagi.

Arsen hanya berdehem singkat menjawab pertanyaan dari Zela.

Zela menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Bohong, nggak mungkin lo adik gue," kata Zela yang masih belum percaya bahwa Arsen adalah Adik tirinya.

Arsen menghendikan bahunya tidak peduli, "Gue nggak minta lo buat percaya sama gue," imbuh Arsen dengan santai.

Arsen menatap Zela dengan tatapan lekat sambil menompang dagunya dengan kedua tangannya di meja. "Lo belum jawab pertanyaan gue tadi sayang, berapa bayaran lo buat semalam hm?" tanya Arsen.

Emosi Zela sudah bergemuruh saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan Arsen. "Gue bukan cewek kayak gitu," jawab Zela dengan nada ketus.

Arsen terkekeh singkat. "Bekas kissmark di leher lo udah jelasin semuanya, masih mau ngelak, hm?"

Zela diam membisu sambil memegang lehernya. 'Kissmark? Kok bisa leher gue ada bekas kissmark' batin Zela dengan bingung.

Arsen dia berjalan kearah Zela, Zela sendiri pun tidak menyadari kalau Arsen berjalan kearahnya.

Zela masih sibuk dengan pikirannya yang penuh tanda tanya.

Arsen Mengangkat tubuh Zela keatas meja lalu mencondongkan kepalanya kearah Zela seakan memposisikan wajahnya dengan wajah Zela.

Zela terpekik kaget dengan kelakuan Arsen terhadap dirinya.

"Angkat kepala lo,"

Seakan terhinoptis Zela mendongak menatap Arsen yang posisi terlalu dekat, apalagi Zela merasakan hembusan nafas dari Arsen.

"Zela Zela cuman segini kemampuan lo buat kabur dari gue, hm?" kata Arsen dengan kekehan singkat di akhir kalimat.

Zela hanya bisa memantung sambil mengepalkan tanganya.

"Lo masih ingat apa yang gue ucapain sebelum lo kabur?,"

Zela terdiam mulutnya seakan terkunci enggan untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Arsen.

Arsen mengelus rambut Zela dengan sedikit tekanan. "Gue ngga bakal lepasin lo kalau suatu saat lo berada di genggaman gue lagi,"

"Dan sekarang, gue nggak bakal ijinin lo buat lepas dari pandangan gue lagi," kata Arsen dengan tatapan yang menajam.

TOXIC LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang