.
.
.
Sudah sebulan lamanya Chenle tinggal di kediaman keluarga Lee. Sedikit banyak ia sudah bisa mengendalikan nafsunya berkat bantuan Jaemin. Dia juga diajarkan oleh tuannya cara untuk mengendalikan kekuatan yang ia miliki di dalam tubuhnya.
Chenle juga diajarkan cara bertarung dengan senjata dan tangan kosong. Tentu dalam waktu sebulan terlalu singkat untuknya mempelajari semua itu. Ia juga masih dalam fase beradaptasi dengan kekuatan yang ia punya. Secara mengejutkan pemuda manis itu memiliki kekuatan penyembuh yang masih lemah walaupun tidak terlalu berguna untuk vampir yang bisa meregenerasi lukanya sendiri.
Sekarang Chenle sedang mengeringkan keringatnya yang lumayan membasahi surai coklatnya. Pemuda itu baru saja selesai latihan bertarung dengan Jisung di area khusus tempat latihan yang letaknya di belakang mansion.
Daya tangkap yang cepat terhadap pelajaran yang diberikan sedikit banyak membantunya dalam bertarung dengan tuannya. Walaupun kemampuan bertarungnya jauh lebih rendah dari Jisung, setidaknya ia bisa menggores sedikit pipi tuannya menggunakan kuku jarinya sendiri.
Ini adalah suatu kemajuan yang harus ia banggakan.
Berbicara tentang kehidupan barunya, ia patut bersyukur karena selama ia tinggal disini, ia diperlakukan dengan baik walaupun saat berlatih bersama tuannya sering kali Jisung mengeluarkan kata-kata kasar. Itulah caranya agar melatih ketahanan mental seorang slave. Chenle tak mempermasalahkan hal itu. Dengan begitu ia bisa memahami karakter tuannya dengan baik, bersikap sesuai dengan afeksi yang diberikan sang tuan.
Chenle mulai berdamai dengan takdirnya. Ia mencoba menerima kenyataan bahwa ia sekarang adalah seorang slave yang harus mengabdi pada tuannya. Ia akan menjaga perkataan dan perbuatannya supaya tuannya tidak marah dan berakhir memisahkan kepalanya dari lehernya.
Sapuan angin lembut membawa aroma bunga mawar merah yang berasal dari halaman mansion, masuk melalui jendela balkon kamarnya yang terbuka. Ia diberikan kamar sendiri oleh Jaemin yang letaknya bersebelahan dengan kamar Jisung.
Sejauh matanya memandang, disekeliling mansion ini tumbuh pohon-pohon rindang yang memberikan suasana sejuknya hutan yang masih terjaga kelestariannya. Kediaman vampir memang seperti ini, tertutup dengan nuansa merah hitam yang mendominasi setiap sudut mansion.
Ngomong-ngomong soal Chenle yang sekarang tinggal di mansion bangsawan Lee, apakah ia rindu dengan rumahnya yang dulu? Jawabannya sangat rindu sekali.
Setiap malam ia akan menangis dalam diam mengingat segala kenangannya dengan teman-teman manusianya, rumahnya dan sekolahnya. Sungguh, ia merindukan itu semua. Namun ia lebih memilih untuk diam dan tidak berani mengutarakan keinginannya untuk kembali ke tempatnya asal. Ia terlalu takut untuk itu.
Merasa tenggorokannya haus, pemuda manis itu beranjak dari balkon dan menuju dapur.
Chenle sudah mendapat izin untuk mengakses apapun di mansion ini, tak terkecuali dengan makanan. Persediaan darah hewan sangat banyak di ruang penyimpanan, tak perlu khawatir kehabisan stok darah.
Berhubung Jaemin merupakan vampir campuran, ia juga bisa memakan makanan manusia selain meminum darah. Ada satu kulkas khusus untuk Jaemin menyimpan bahan makanan seperti daging, sayur dan buah disana.
Karena Chenle sebelumnya manusia, ia masih bisa memakan makanan manusia walaupun rasa di lidahnya tidak seenak dulu.
Ia akan meminum air dingin dari kulkas milik Jaemin, berharap dahaganya bisa hilang. Setelah puas menenggak air dingin, Chenle mengembalikan botolnya kembali ke dalam kulkas, namun matanya menangkap satu kotak susu coklat di dalam sana.
'Dulu aku menyukai susu coklat karena manis. Tapi sekarang rasanya tak lebih dari air tawar.'
Chenle menutup rapat pintu kulkas dan beranjak menuju kamarnya untuk istirahat.
***
Suara sepatu pantofel beradu anggun pada permukaan keras marmer di bawahnya. Jubah hitam dengan ukiran emas di ujungnya melambai seirama dengan pergerakan sang pemilik.
Netra semerah batu Ruby itu bergeser ke samping saat ia merasakan kehadiran seseorang dengan aura pekat yang persis dirinya.
"Kau terlambat." ujarnya pada seseorang itu.
"Setidaknya ayah belum memasuki ruang rapat."
Yang dipanggil ayah pun mendengus. Pria itu berusaha untuk membaca pikiran sang anak tentang keterlambatannya hari ini, namun tidak bisa. Si anak sudah membekukan pikirannya agar tidak bisa terbaca oleh sembarang orang.
"Jaemin hanya memintaku membawakan hasil belanjaannya. Ayah jangan coba-coba membaca isi pikiranku."
Jaehyun mendengus geli saat mendapati niatnya diketahui oleh sang anak sulung. Ia bersyukur karena anak-anaknya hidup dengan rukun walaupun ia jarang atau sama sekali tidak pernah lagi menginjakkan kakinya di mansion Lee. Ia tinggal di sebuah hotel mewah dekat dengan gedung para dewan agar memudahkannya untuk ditemui mengingat posisinya sebagai ketua dewan sangatlah penting.
Jaehyun menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab adik-adiknya kepada Jeno. Jadi sekarang Jeno-lah sang kepala keluarga di keluarga Lee. Alasan Jaehyun menempatkan Jeno menjadi asistennya, itu semua agar memudahkan dirinya untuk mengetahui keadaan anak-anaknya yang lain.
Tak terasa kedua vampir bangsawan itu tiba di depan pintu kembar berukiran rumit yang menjadi penghubung ruang rapat. Di dalam sana sudah berkumpul para petinggi dewan dan perwakilan kepala keluarga dari masing-masing bangsawan berpengaruh selain keluarga Lee.
Aura pekat yang mendominasi mampu mengalihkan perhatian semua yang ada di dalam, terpusat pada satu orang yaitu Lee Jaehyun sang ketua dewan dengan sang anak sulung Lee Jeno di belakangnya berjalan masuk dengan langkah ringan namun sarat akan intimidasi.
"Hormat kepada ketua dewan dan asisten Lee!" seru wakil ketua dewan yang berasal dari keluarga Choi. Sontak semua orang disana menundukkan kepalanya memberi penghormatan. Mereka duduk di masing-masing kursi setelah perintah dari ketua dewan. Rapat hari itu pun dimulai.
Tbc.
Wah, lumayan ramai🤗 jadi mau double up sebelum hari raya Idul Adha ini

KAMU SEDANG MEMBACA
Master! [JiChen]✓
VampireMaster! BOOK I [END] ___ "Harusnya kau biarkan malaikat maut merenggut nyawaku! Aku tidak mau hidup seperti ini!" "Hidup dan matimu ada di genggamanku! Jangan pernah berpikir untuk menghilangkan nyawamu sendiri Zhong Chenle!" "Mulai sekarang jangan...