.
.
.
Setelah insiden minuman darah berperisa lemon, Jeno mengumpulkan semua orang di ruang tamu termasuk Chenle yang duduk agak jauh dari Lee bersaudara.
"Jadi maksudmu para Traitor masih ada, lalu mereka menetap di tempat tersembunyi yang tidak bisa dideteksi oleh dewan. Dan menunjukkan bahwa keberadaan mereka masih ada lewat pembunuhan seorang manusia di ujung kota dekat hutan perbatasan. Apa yang membuatmu yakin itu perbuatan para Traitor?" tanya Jaemin sambil menyimpulkan penjelasan Jeno yang ia dapatkan dari hasil rapat siang tadi di pemerintahan.
"Belum pasti juga. Tetapi dari hasil pemeriksaan terdapat sisa racun di luka manusia itu yang sudah dimantrai sihir."
Jaemin mengangguk paham. Memang itu mirip dengan pola penyerangan para Traitor yang pernah terjadi pada zaman dulu dan sekali terjadi 70 tahun yang lalu. Tapi selama itu dunia baik-baik saja dan isu kemunculan para Traitor kembali tidak pernah lagi dibahas.
"Kasus ini masih diselidiki oleh dewan keamanan. Mereka khawatir jika para Traitor benar-benar ada dan kembali ingin menyebar fitnah lalu berujung memecah belah ras kita dengan manusia seperti dulu."
Semua disana terdiam setelah mendengar penuturan panjang sang kepala keluarga. Chenle yang tidak tahu apa-apa pun ikut terdiam bersama kebingungannya.
"Jadi apa rencanamu mengumpulkan kami disini?"
Akhirnya si bungsu bersuara setelah hanya diam menyimak kakak kembarnya berdiskusi. Jeno menatap bergantian ke arah adik bungsunya dan slave di sampingnya.
"Kekhawatiran kami pihak dewan menduga jika para Traitor mengubah strategi mereka yang ingin memecah belah kedua ras yang dulunya secara terang-terangan mengibarkan bendera perang, sekarang mereka melakukannya dengan cara yang halus.."
"... yaitu dengan cara berbaur ke dalam masyarakat dan melancarkan aksi mereka secara acak dari titik yang tidak terduga. Itu sangat sulit untuk diprediksi mengingat mereka sangat cerdik untuk menutupi identitas mereka."
"Jadi?" tanya Jaemin masih belum paham kemana arah dari tujuan pembicaraan saudara kembarnya.
"Oleh karena itu, pihak kita juga harus melakukan hal yang sama seperti yang para Traitor itu lakukan."
Jaemin seketika paham, "Kau mau dari kami membaur ke dalam masyarakat dan menangkap para Traitor itu?"
"Lebih tepatnya hanya mengawasi. Itu titah dari ketua dewan untuk saat ini."
"Tapi Jeno, jika kita bergerak tentu para Traitor itu mudah mengenali kita. Kita tidak tahu sebanyak apa para Traitor di luaran sana. Kalaupun menerjunkan vampir biasa belum tentu mereka bisa pulang dengan kepala yang masih menyatu dengan badan. Mereka tidak bodoh membiarkan identitas mereka diketahui orang suruhan dewan, Jen. Kau tidak lupa mempertimbangkan hal itu bukan?"
Jeno menarik sudut bibirnya sedikit. Tentu ia sudah mempertimbangkan hal penting itu sebelum Jaemin mengutarakannya.
"Terjunkan adik bungsu dan slavenya. Setidaknya mereka bisa berguna disaat seperti ini."
Seketika tubuh Chenle meremang kala Jeno menyunggingkan senyum tipisnya yang pria itu tujukan padanya dan Jisung.
Pemuda manis itu meremat celananya dan curi-curi pandang ke arah tuannya yang tidak menunjukkan reaksi apapun selain wajah datarnya.
"Kenapa harus Jisung dan Chenle? Setidaknya kau berikan alasan logis sebelum kepalamu kupukul jika alasannya itu hanya dari keputusanmu sendiri." protes Jaemin. Sang kembaran hanya menyandarkan punggungnya ke sofa sambil bersidekap dada.
"Adikmu itu tidak terlalu dikenal orang banyak, terlebih dia memiliki seorang slave yang menganggur. Para Traitor akan mengenalinya sebagai vampir biasa, namun dia sudah meminum darah vampir origin. Maka kemungkinan dia juga bisa menggunakan batu Stragon untuk mendeteksi para Traitor itu. Apa alasanku masih belum diterima?"
Jaemin seketika bungkam setelah kembarannya mengungkapkan alasan yang menurutnya cukup kuat untuk menjadikan mereka berdua sebagai alat untuk memata-matai keberadaan Traitor.
Vampir manis itu menatap ke arah adik bungsunya dan pemuda manis di sampingnya dengan tatapan khawatir. Khawatir jika Jisung menolak dan berakhir dengan pemaksaan dari Jeno yang tentunya akan berakibat fatal bagi adik kesayangannya. Ia paham betul saudara kembarnya itu tidak bisa dibantah apapun alasannya.
"Jisung-"
"Aku mengerti."
Vampir jangkung itu menghela nafasnya. Perkataan kakak tertuanya sedikit banyak menyindir dirinya yang selama ini hanya suka membuat onar dan tidak berguna bagi keluarganya. Jika saat dimana ayah dan kedua kakaknya sibuk dengan pekerjaan masing-masing, dia sendiri yang tidak melakukan apa-apa dan hanya melakukan aktivitas yang sungguh sangat tidak produktif.
Jaemin yang mendapati respon seperti itu dari adiknya malah tambah khawatir. Walaupun cuma 'mengawasi', tetap saja pekerjaan itu punya resiko yang tak terduga. Apalagi kemampuan bertarung Chenle masih belum benar-benar matang, juga belum dapat diketahui apakah slave itu mampu memfungsikan batu Stragon yang jika salah sedikit akan berakibat fatal pada tubuhnya sendiri karena tidak sanggup menerima kekuatan besar dari batu sakral itu.
Jeno hanya merespon dengan wajah datar andalannya. "Kau punya waktu seminggu untuk mempersiapkan segala keperluanmu selama bertugas di kota."
Seketika Jaemin melotot. "Tunggu Jeno! Kau mau menempatkan Jisung di kota berdua dengan Chenle? Bukankah itu bisa membuat kehebohan karena salah satu anggota vampir bangsawan tiba-tiba muncul disana?" Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran saudara kembarnya itu.
"Mereka akan ditempatkan di Neo High School khusus untuk kalangan vampir bangsawan dan orang-orang berstatus tinggi. Banyak vampir origin yang bersekolah di sana jika kau lupa."
"Jadi maksudmu mereka menjadi pelajar disana?"
Jeno mengangguk.
"Aku akan mengurus berkas-berkas kepindahan mereka secepatnya." sambung Jeno ketika Jaemin sudah ingin membuka mulutnya untuk melontarkan pertanyaan.
Jisung hanya diam menyimak kedua kakak kembarnya yang sedari tadi mendominasi percakapan. Matanya melirik ke arah slavenya yang betah dengan keterdiamannya sedari tadi. Tetapi, sesaat ia tidak mengerti kenapa ekspresi slavenya berubah sedikit ketika kakaknya mengatakan mereka akan ditempatkan dan menjalani kehidupan sebagai pelajar di Neo High School.
Entahlah Jisung tidak pernah peduli dengan hal tidak penting seperti itu. Ia memilih acuh dan kembali menyimak perdebatan kakak kembarnya yang mana Jaemin masih memborbardir Jeno dengan pertanyaan cerewetnya.
Tanpa mereka sadari bahwa Chenle menahan rasa senangnya ketika dia sebentar lagi akan bertemu dengan teman-teman yang sangat dirindukannya.
Neo High School, butuh perjuangan besar untuknya dapat bersekolah di sekolah elit itu. Berkat kerja keras dan dukungan dari teman-temannya, ia berhasil mendapatkan beasiswa dan melanjutkan pendidikannya tanpa harus berpisah dengan teman-temannya.
'Teman-teman, tunggu aku kembali. Aku merindukan kalian.'
Jisung melirik sekilas ke arah Chenle ketika pikiran slavenya tak sengaja ia dengar di kepalanya. Dapat terlihat pemuda manis itu mengukir senyum walaupun hanya samar-samar, namun Jisung yakin itu senyuman bahagia yang baru pertama kali slavenya tunjukkan sejak ia tinggal di mansion Lee.
Tbc.
Saya dipusingkan sama image konsep NCT Dream ISTJ ini😳 kenapa visualnya unreal banget?😍
Satu hari dua chapter mau gak? Mumpung lagi masa-masa liburan juga, yah gak sepenuhnya libur juga sih🤭
![](https://img.wattpad.com/cover/344813939-288-k20600.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Master! [JiChen]✓
VampireMaster! BOOK I [END] ___ "Harusnya kau biarkan malaikat maut merenggut nyawaku! Aku tidak mau hidup seperti ini!" "Hidup dan matimu ada di genggamanku! Jangan pernah berpikir untuk menghilangkan nyawamu sendiri Zhong Chenle!" "Mulai sekarang jangan...