18

2.4K 253 13
                                    




.


.


.


Suara desiran ombak menjadi melodi yang mampu menghantarkan ketenangan bagi siapa saja yang mendengar. Cahaya matahari terik terlihat menyinari air laut hingga menciptakan kelap-kelip bak lampu kecil warna-warni di atas permukaan air.

Tentu momen ini tak bisa Jaemin lewatkan untuk mengambil beberapa gambar dari atas sampan yang ia naiki bersama saudara kembarnya.

Ya, Jeno ikut dengan vampir manis itu atas dasar paksaan dari Jaemin.

Bukan tanpa alasan Jaemin mengajak saudara kembar kaku itu. Ia mau sekali-kali Jeno melepaskan beban pekerjaannya yang tak ada habisnya itu, dan bersenang-senang menghabiskan waktu seharian bersamanya. Ya, hanya sehari.

"Sudah?"

Jaemin menurunkan kameranya. Ia mengecek hasil jepretan foto yang rata-rata adalah pemandangan laut dan rumah-rumah yang berjejer di tepi pantai.

Jeno hanya duduk di belakang saudara kembarnya itu sambil memegang ikat pinggang belakang Jaemin agar anak itu tidak jatuh ke air saat mengambil foto.

Pasalnya bukan hanya mereka yang juga berada di sana untuk menikmati suasana laut. Banyak pengunjung lain lalu-lalang di dekat mereka menggunakan sampan. Tentu gelombang air kecil akan tercipta jika mereka melewati sampan si kembar hingga menyebabkan sampan itu bergoyang pelan.

"Hmm.. lumayan banyak foto yang kuambil. Tapi..."

"Tapi?"

Jaemin menoleh ke belakang tempat Jeno duduk dengan seringai mencurigakan.

"Satupun tidak ada fotomu dan fotoku." ujar Jaemin sambil menaik turunkan alisnya. Ia tahu Jeno tidak mau berfoto karena vampir itu anti dengan flash kamera.

"Flash-nya sudah ku non-aktifkan kok."

Jeno hanya bisa menghela nafas. Pasti setelah ini vampir manis itu menyuruhnya untuk menjadi model pemotretan.

"Ya, terserah. Tetapi simpan untuk dirimu sendiri saja."

Jaemin mengangguk antusias. Jarang-jarang kan Jeno mau difoto. Soal hasil fotonya tenang saja, Jaemin tidak bodoh membagikan foto-foto Jeno ke media sosial. Secara keluarga vampir Lee membatasi diri dari publik karena berbagai alasan.

"Eits, duduk disana saja. Pangku bekal itu lalu tersenyum ke arah kamera." ucap Jaemin ketika melihat Jeno hendak berdiri. Vampir bersurai perak itu hanya mengikuti arahan dari saudara kembarnya itu.

"Senyum~"

Jepret!

Jaemin langsung mendatarkan wajahnya ketika hasil kameranya memperlihatkan wajah Jeno yang tidak ada ramah-ramahnya sama sekali.

"Jeno ih! Tarik sudut bibirmu sebentar saja! Wajahmu seperti orang mau berperang saja." protes Jaemin kesal. Lagi-lagi Jeno menghela nafas lelah. Ia tahu dirinya pasti mendapatkan omelan cerewet dari saudara manisnya itu. Memang wajah Jeno sudah seperti itu bentukan dari sananya. Dia tadi sudah tersenyum, Jaemin saja yang tidak bisa melihat senyum transparannya.

"Ulang lagi! Gayanya tetap seperti itu."

Beberapa gambar berhasil diabadikan Jaemin dengan kameranya, walaupun diselingi oleh protesan tak ada habisnya keluar dari mulut cerewet itu. Jaemin seketika sumringah kala puas melihat hasil jepretannya.

"Nah, sekarang gantian kau yang mengambil fotoku."

Jeno menerima uluran kamera dari tangan Jaemin, sedangkan si pemilik kamera berdiri di ujung sampan dan sudah siap berpose.

Suara klik kamera terdengar beberapa kali, Jeno menurunkan kameranya guna melihat hasil jepretannya. Vampir dominan itu diam saja ketika melihat hasil fotonya tidak terlalu bagus. Ada yang ngeblur karena titik fokus lensanya lupa Jeno atur, lalu ada foto Jaemin yang masih belum siap berpose hingga malah menampilkan foto aib. Lalu ada foto yang hanya menampilkan kaki Jaemin saja kala pada saat pengambilan foto itu sampan mereka bergoyang karena ada sampan lain yang lewat di samping mereka.

"Liat Jeno!" seru Jaemin semangat. Ia merampas kameranya di tangan Jeno dan melihat-lihat fotonya. Jeno sudah menyiapkan telinganya untuk mendengar ceramahan panjang dari saudara kembarnya.

Namun sebelumnya, Jeno merasakan ada kehadiran seseorang di sekitar mereka berdua. Dan benar saja ada seseorang berjubah hitam berdiri di dermaga tak jauh dari tempat sampan mereka mengapung.

Jeno tidak buta jika itu adalah anak buah ayahnya. Kedatangannya ke sini pasti ada sesuatu yang terjadi di pemerintahan.

'Hormat kepada Tuan Muda Lee. Saya ingin menyampaikan jika adik anda Tuan Muda Lee Jisung, telah menemukan seorang anggota Traitor di sekitar mall pusat kota. Traitor itu sudah diamankan di penjara dewan dan tengah di eksekusi. Tuan Besar Lee meminta anda untuk ikut mengeksekusi Traitor itu.'

Jeno mengangguk samar ketika telepati mereka terputus dan orang itu menghilang dari tempatnya berdiri.

Vampir itu langsung berpamitan pada Jaemin dan pergi dari sana menggunakan teleportasi agar cepat sampai ke tujuan. Meninggalkan Jaemin dengan kekesalan berkali-kali lipat akibat saudara kembar menyebalkan itu. Tidak peduli dengan tatapan keheranan pengunjung lainnya yang ditujukan kepada vampir manis itu. Pokoknya Jaemin kesal, sekesal-kesalnya pada makhluk yang bernama Lee Jeno itu.

Sudah mengambil fotonya tidak becus, dia ditinggalkan sendirian lagi di tempat ini. Rusak sudah hari liburan yang indah ini.




***




"Uhukk.. hh.."

"Tarik nafas pelan-pelan tuan muda."

Mark berusaha mengikuti arahan seorang tabib kepercayaan keluarga Jung, walaupun sulit karena dadanya terasa sesak dan kepalanya pening akibat nafsunya yang semakin memuncak. Bercak darah kehijauan sudah mengotori baju dan selimut milik vampir bersurai biru itu.

Setelah menunggu nafas sang tuan sedikit stabil, tabib itu kembali menekan dada Mark dengan pelan. Kembali Mark terbatuk basah dan mulutnya mengeluarkan darah yang sudah bercampur dengan racun. Tabib itu berusaha mengeluarkan sisa-sisa racun dalam tubuh tuan mudanya.

Tuan Jung berdiri di sisi kiri sang anak dengan raut khawatir, sementara asisten si tuan rumah berusaha menenangkan pria paruh baya itu, mengatakan bahwa anak bungsunya akan baik-baik saja.

Tuan Jung sudah mengetahui kronologi kejadian yang menimpa anaknya tersebut dari salah satu bawahannya yang membawa Mark ke kediaman keluarga Jung. Tentu informasi itu didapatkan dari Haechan yang mana pemuda manis itu hanya mengetahui kronologi sebatas apa yang ia lihat saja.

Pria itu tentu terkejut mendapati jika yang membuat anaknya tak berdaya adalah seorang Traitor yang kabarnya masih belum pasti. Tetapi dengan kejadian ini cukup membuktikan bahwa keberadaan Traitor disekitar mereka sudah mulai menampakkan eksistensinya.

Pria paruh baya itu mengepalkan tangannya seraya menoleh kepada asisten di sampingnya. "Perketat keamanan di wilayah mansion. Seleksi jika ada orang baru yang ingin memasuki wilayah kita. Dan beritahu kepada dewan jika para Traitor itu sudah mulai melancarkan aksinya untuk memusnahkan keluarga bangsawan!"

Asisten itu mengangguk dan pamit untuk melakukan perintah dari sang tuan besar. Matanya lalu bergulir ke arah sang anak bungsu yang tengah meminum sekantung penuh darah hewan dengan rakus.

Situasi sekarang patut dinaikkan menjadi level waspada. Bukan hanya nyawa vampir origin yang terancam, nyawa manusia tak bersalah pun ikut menjadi sasaran.



Tbc.


Jangan lupa ⭐ dan 💬

Master! [JiChen]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang