.
.
.
Setelah memastikan pasukan keamanan berposisi di masing-masing tempat yang telah ditentukan olehnya, Jaehyun beserta pengikutnya segera masuk ke hutan utara. Iris mata sang ketua dewan itu berubah kala merasakan aura aneh yang terasa berbahaya, menguar dari dalam hutan yang semakin lama melangkah ke dalam, maka semakin kuat aura tersebut menusuk paru-paru.
Jaemin tanpa sadar mencengkram lengan jubah milik Jeno ketika aura yang ia rasakan terasa familiar baginya. Jeno pun merasakan hal yang sama. Secara mereka kembar, maka mereka tahu apa yang mereka rasakan dan pikirkan saat ini.
"Jeno, apa ini-"
Sang kembaran pun menarik pinggang Jaemin lebih dekat agar pria itu menyamakan langkahnya. "Aku tidak mau berasumsi, tapi sepertinya iya."
Jaemin menggeleng. Tidak mungkin bisa lepas kendali disaat seperti ini? Bagaimana reaksi ketua dewan ketika melihat apa yang terjadi di dalam sana?
"Ayah!"
Jaemin berteriak karena ada beberapa batang pohon terlempar cepat ke arah mereka. Dengan satu jentikkan jari, pohon-pohon tersebut dapat tersingkirkan dengan mudah.
"Sepertinya disana sedang terjadi pertarungan sengit. Waspadalah!" peringat Jaehyun.
Langkah kaki mereka perlahan memelan kala telah memasuki area pertarungan. Banyak pepohonan yang tumbang serta tanah dan bebatuan yang tergeletak tak beraturan.
"Ini bukan pertarungan biasa." komentar salah satu anggota dewan yang ikut dengan mereka. Telunjuknya mengarah pada area hutan yang lapang namun rusak sana-sini sehingga memperlihatkan dengan jelas keadaan di area tersebut.
Jaemin membekap mulutnya sendiri kala melihat pemandangan mengerikan tersaji di sana. Banyak mayat para Traitor yang tergeletak acak dengan keadaan mengenaskan. Entah itu kehilangan satu anggota tubuh atau potongan tubuh yang tak utuh serta darah berceceran dimana-mana bak memperhias tampilan hutan yang tak layak lagi disebut dengan hutan.
"Siapa yang sudah berbuat seperti ini?"
Jaehyun berjalan mendekat area pertarungan. Dengan pendengarannya yang tajam, Jaehyun dapat mendengar suara geraman dan raungan kesakitan dari arah hutan yang masih ditutupi dengan lebatnya pepohonan.
Tak lama pepohonan yang menutupi tersebut terlempar ke sembarang arah hingga nampaklah seseorang yang amat sangat dikenali Jaemin sebagai Chenle dengan penampilan mengerikannya tengah menarik jantung salah satu Traitor yang berada di kungkungannya.
"Chenle!"
Jaemin ingin berlari ke arah Chenle, tetapi dengan cepat Jeno menahannya.
"Jangan kesana! Kau akan kena serang jika menghampirinya dengan wujud monster seperti itu."
"Tapi Jeno-"
"Jangan keras kepala, Lee Jaemin."
Jaemin hanya bisa menangis dalam diam sambil melihat ke arah Chenle dengan tatapan campur aduk.
Jaehyun hanya melihat pertengkaran kecil kedua anak kembarnya dengan diam. Ia tahu ada yang disembunyikan oleh kedua anaknya perihal monster yang sedang mengamuk di sana.
Jeno melihat reaksi sang ayah yang hanya berdiam saja sambil menatap lurus ke depan. Ia tahu setelahnya ayahnya pasti akan menuntutnya untuk menceritakan tentang yang sebenarnya terjadi.
Tapi sebelum itu, netra merah Jeno menangkap seseorang bersurai biru tergeletak tak jauh dari area amukan sang monster.
Sebelum monster Chenle mendekat ke arah vampir bersurai biru itu, Jeno dengan cepat melesat dan mengambil tubuh itu menjauh dari area bahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Master! [JiChen]✓
UpířiMaster! BOOK I [END] ___ "Harusnya kau biarkan malaikat maut merenggut nyawaku! Aku tidak mau hidup seperti ini!" "Hidup dan matimu ada di genggamanku! Jangan pernah berpikir untuk menghilangkan nyawamu sendiri Zhong Chenle!" "Mulai sekarang jangan...