03

5.1K 439 13
                                    




.


.


.


Entah berapa lama ia ditinggal sendirian di kamar luas sang tuan. Namun pemiliknya masih belum kembali sampai langit menjadi gulita dan suara binatang malam mulai terdengar bersahut-sahutan.

Chenle meringkuk di lantai yang dingin. Semenjak tuannya pergi ia enggan bergerak barang seinchi pun dari tempatnya. Tubuhnya sedikit bergetar bukan karena dinginnya lantai serta udara malam yang masuk lewat jendela yang terbuka, namun ia kembali merasakan haus yang membakar tenggorokannya. Ia sudah berusaha menekan nafsunya untuk meminum darah, namun percuma saja, malah rasa hausnya makin menjadi-jadi.

Karena tak tahan tersiksa dengan itu, Chenle putuskan untuk keluar kamar tuannya untuk mencari apapun yang bisa menghilangkan dahaga di tenggorokannya.

Dengan perlahan ia melangkahkan kaki telanjangnya sambil berpegangan pada dinding lorong. Rasa haus yang memuncak membuat kepalanya pening luar biasa sehingga ia tidak bisa melihat jalan di depannya dengan benar.

Ia menggelengkan kepalanya berusaha menormalkan penglihatannya. Semua indera yang ia punya bekerja dua kali lebih tajam dari biasanya hingga ia menyadari kehadiran seseorang dengan aura pekat berada dua meter dari tempatnya.

Apakah itu tuannya?

Ia akan mengesampingkan egonya untuk tidak bertemu dengan tuannya. Tak peduli tuannya masih marah akan perkataannya sebelumnya, yang terpenting adalah dahaganya bisa terpuaskan sekarang.

Langkah kakinya ia seret paksa menuju seseorang yang ia yakini sebagai tuannya.

"Tu-tuan? Kau kah disana? To..tolong aku haus.."

Sekitar lima langkah lagi ia berhasil tiba di depan tuannya, namun matanya membola ketika melihat di hadapannya bukanlah tuannya walaupun wajahnya mirip, dan jika dilihat secara seksama ada mole kecil di bawah mata kanan orang itu, sedangkan Jisung tidak punya.

Tubuh Chenle kembali bergetar hebat saat netranya bersitatap langsung dengan manik semerah darah yang lebih menusuk dari tatapan tuannya. Auranya juga lebih pekat dan mengerikan hingga mampu membuat kakinya membeku.

"Siapa kau? Kenapa bisa masuk ke sini?"

Satu kalimat bernada dingin mampu membuat Chenle tak bisa mengeluarkan suaranya.

"Kenapa diam? Kau penyusup?"

Vampir dominan itu mengarahkan telapak tangannya ke arah Chenle hingga pemuda itu melayang di udara dengan tenggorokan tercekat bak ada tangan tak kasat mata yang mencekik lehernya.

'Ti..tidak.. a..ku slave.. tuan.. Jisung..'

Seketika tubuh Chenle terhempas ke lantai. Ia terbatuk hebat karena merasakan dua kesakitan yang berbeda di tenggorokannya.

Jeno melepaskan pemuda itu saat ia mendengar isi pikiran slave itu.

"Slave? Lalu kemana Jisung sampai kau bisa berkeliaran bebas di mansion ini?"

Chenle menggeleng lemah tanda ia juga tidak tahu keberadaan tuannya.

Jeno hampir beranjak dari tempatnya kala telinganya mendengar suara gaduh dari pintu masuk mansion megah itu. Terdengar suara berisik saudara kembarnya sedang mengomeli adik bungsunya perkara satu sel penjara manusia yang habis begitu saja dalam sehari.

Tentu penangkaran manusia milik mereka sudah mendapat izin legal dari pemerintah karena wewenang istimewa yang diberikan kepada bangsawan Lee. Mereka diperbolehkan membuat penangkaran manusia yang diisi oleh manusia-manusia yang melakukan kejahatan berat di dunia agar dikelola bebas oleh bangsawan Lee. Namun untuk menjadikan mereka sumber makanan untuk vampir masih ditentang oleh Jaemin. Makanya ketika ada laporan dari pelayan mansion jika Jisung membawa vampir liar dan memberi makannya satu sel penjara manusia, apa Jaemin tidak mengamuk mengetahuinya?

Master! [JiChen]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang