.
.
.
Jisung berhasil menginjak wilayah pertarungan Mark. Sekarang keduanya bertempur sengit dengan para Traitor yang terus saja berdatangan tanpa henti.
Punggung keduanya saling bertabrakan satu sama lain. Mereka mengesampingkan ego masing-masing yang sempat memercikkan api amarah di antara keduanya. Yang terpenting saat ini adalah bertahan sampai bantuan datang.
Mata tajam Mark menatap awas ke sekitar. Ia mengusap darah yang mengotori wajahnya setelah ia berhasil menebas kepala salah satu Traitor yang ingin menusuk punggungnya. Namun ia merasa ada yang janggal. Ia menoleh ke arah Jisung yang hanya bertarung sendirian.
"Kita hanya berdua saja? Chenle mana?" tanya Mark sambil menghalau serangan kapak tajam yang mengarah ke lehernya.
Jisung mundur beberapa langkah ke belakang guna memberikan ruang baginya untuk mengalihkan atensi ke arah lain.
Benar juga. Dia tidak sadar dengan keberadaan Chenle yang tidak terlihat di sekitarnya karena terlalu asyik bertarung.
Sepersekian detik netra Jisung membola. Ia melesat cepat meninggalkan Mark, menebas apapun yang menghalangi jalannya. Sedangkan vampir Jung itu mengikuti arah lari sang vampir Lee dengan raut bingung juga panik yang kentara kala dirinya merasakan aura yang tak mengenakkan di sekitar mereka.
'Gawat..'
Pergerakannya tak beraturan kala semakin jauh ia berlari, semakin kalut memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang tak diinginkannya terjadi.
Aura hitam pekat menyesakkan semakin terasa kala ia berhasil sampai ke tempatnya meninggalkan Chenle. Mark menghentikan larinya kala di depan sana Jisung terlihat seperti melihat sesuatu yang mengerikan.
BRAK!
Mark berhasil menghindar dari beberapa tubuh Traitor yang terlempar menghantam pepohonan di belakangnya dengan keras.
"A-apa itu barusan?"
Penasaran dengan penyebab yang terjadi, ia mendongak ke depan, ke arah pandang Jisung. Seketika bola matanya melebar kala di depan sana ia melihat Chenle dengan penampilan yang sangat mengerikan tengah menyerang Traitor di sekelilingnya dengan membabi buta.
Surai hitam yang tergantikan dengan warna perak berhias merahnya darah yang mengotori hampir keseluruhan tubuhnya. Manik kembar yang telah kehilangan sorot teduh dan hanya menatap liar ke sekelilingnya. Kuku tajam mengayun ke segala arah, menjangkau apa yang bisa dijangkau tanpa peduli belas kasihan.
Chenle, telah sepenuhnya dikendalikan oleh jiwa monster yang menjadi kutukan atas peralihannya sebagai seorang slave vampir origin.
Teriakan kesakitan diiringi suara patahan tulang mendominasi pendengaran. Dengan satu tangan, Chenle berhasil memecahkan tengkorak seorang Traitor yang sudah berada di genggamannya.
Tidak tahu mengapa, sekujur tubuh Mark merinding dibuatnya. Ini bahkan mengalahkan aura dominan dari ketua dewan ketika pria itu sedang marah besar.
"I-ini gila.."
Mark menatap ke arah Jisung yang hanya berdiri diam di tempat tanpa ingin melakukan sesuatu.
"Kau-"
TRING!
Tanah di bawah mereka bergeser akibat serangan mendadak tersebut. Mark menatap marah ke arah netra si vampir Lee dengan terus mendesak tubuh Jisung yang berusaha bertahan dari serangannya.
"KAU APAKAN CHENLE HAH? KAU MEMBUATNYA MENJADI MONSTER SEPERTI ITU? MANA TANGGUNG JAWABMU SEBAGAI TUANNYA!?"
Mark sudah di ambang batas kesabarannya. Mendengar kabar jika Chenle sudah dirubah menjadi vampir pun ia sudah marah besar. Dan ini, malah menjadi monster mengerikan yang haus akan hasrat membunuh. Ia tidak pernah membayangkan akan terjadi hal seperti ini kepada kesayangannya yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri.
"Kau sudah keterlaluan Lee! Kalau sudah begini apa yang akan kau lakukan!? Berdiam diri seperti ini tanpa berbuat apa-apa huh!?"
Jisung mendorong serangan Mark hingga tercipta jarak di keduanya. Ia tersenyum sinis ke arah vampir di depannya yang sudah terkuasai kabut amarah.
"Memangnya kau bisa menghentikan Chenle dengan keadaan seperti itu? Mendekat saja tidak, bagaimana caranya aku menghentikannya?"
Mark menggertakkan giginya geram dengan penuturan pura-pura tidak tahu itu.
"Kau tuannya, pasti tahu cara menghentikannya!"
Jisung sekali lagi terkekeh. Ia melihat ke arah monster slavenya dengan tatapan bangga.
"Tapi dengan begini kita diuntungkan bukan? Dengan jumlah kita yang tidak seimbang begini, kau mau kita mati konyol di tangan para Traitor itu?"
Mark sedikit mengubah ekspresinya. Tidakkah Jisung memanfaatkan Chenle sebagai senjata tersembunyinya? Tapi bukan itu yang dikhawatirkan oleh Mark.
"Tapi kalau sampai para dewan melihat Chenle-"
"Aku tahu, dan ini adalah bagian dari rencanaku."
Bola mata Mark bergetar kala seringaian misterius tersemat dari bibir vampir bungsu Lee itu. Dengan kecepatan kilat, Jisung sudah berada di belakang Mark.
"Kau hanya jadi penghalangku disini."
Bugh!
Tubuh Mark tumbang ke tanah dengan keadaan tak sadarkan diri. Barusan Jisung hanya membuat Mark pingsan dengan memukul titik kesadaran vampir itu yang berada di belakang tengkuknya.
"Nah, sekarang tinggal menunggu waktu yang tepat, dan semua ini akan berakhir."
***
Sejak tadi Jaehyun terus-terusan memandang ke arah jendela dengan perasaan gelisah entah karena apa. Tak lama kemudian seorang anggota dewan datang dengan tergopoh-gopoh memasuki ruangan Jaehyun.
"Ketua! Maafkan jika saya telah lancang! Tetapi pihak penerima informasi dari masyarakat barusan mendapati satu pesan yang dikirim oleh anak bungsu Jung. Isi pesan itu mengatakan bahwa ia dan anak bungsu anda telah menemukan markas Traitor di hutan utara! Dan sekarang mereka tengah bertarung melawan para Traitor yang tak sengaja bertemu dengan mereka disana!"
Jaehyun tentu terkejut mendengar hal itu. Ia segera mengambil jubah kebesarannya dan segera berlari keluar.
"Panggilkan Jeno, dan berikan titah pada kepala bagian keamanan untuk mengamankan wilayah perbatasan."
Anggota dewan itu mengangguk dan segera bertolak dari arah langkah Jaehyun untuk memenuhi perintah tersebut.
Di halaman gedung kedewanan sudah ada Jeno, Jaemin dan beberapa bawahan Jaehyun telah menunggu. Kebetulan Jaemin sedang ada urusan disana sehingga ketika pesan itu sampai ia merengek ke Jeno untuk ikut serta melihat ke tempat kejadian. Perasaannya menjadi tidak enak kala netranya tak sengaja melihat awan hitam berada di sekitaran hutan utara ketika diperjalanan menuju gedung kedewanan.
"Kita tidak tahu situasi seperti apa disana. Agar tidak menimbulkan keresahan dari masyarakat, aku hanya membawa beberapa orang dari kalian untuk menemaniku memeriksa keadaan disana."
"Aku harus ikut!" seru Jaemin tiba-tiba. Ia tahu Jeno akan menahannya disini. Jika ia mendapat persetujuan dari ketua dewan, maka Jeno tak bisa berbuat apa-apa lagi.
"A-aku khawatir dengan Jisung. Perasaanku tidak enak sedari tadi. Aku takut ia kenapa-kenapa ayah.."
Masa bodoh dengan etika berbicara, Jaemin sudah sangat resah ingin segera mengetahui keadaan sang adik bungsu.
Jaehyun menghela nafas, "Baiklah kau boleh ikut. Jeno, kau juga. Dan sisanya kalian bagi menjadi dua kelompok, satu kelompok ikut denganku dan satunya lagi bertahan disini."
Semua disana mengangguk. Setelahnya masing-masing berpencar sesuai dengan arahan sang ketua dewan.
Tbc.
Hari ini cuma bisa up satu chapter aja🤧 book sebelah juga istirahat dulu🤧 hope you like it💚 don't forget to ⭐ and 💬
KAMU SEDANG MEMBACA
Master! [JiChen]✓
VampireMaster! BOOK I [END] ___ "Harusnya kau biarkan malaikat maut merenggut nyawaku! Aku tidak mau hidup seperti ini!" "Hidup dan matimu ada di genggamanku! Jangan pernah berpikir untuk menghilangkan nyawamu sendiri Zhong Chenle!" "Mulai sekarang jangan...