06

3.8K 313 16
                                    




.


.


.



Chenle meletakkan barang terakhir yang berisi daging segar ke atas meja makan. Jaemin baru saja pulang belanja dan Chenle dengan sigap membantu vampir bersurai hitam itu menata makanan di dapur.

Pemuda manis itu tak banyak bicara saat ini. Pasalnya Jaemin pulang-pulang sudah memasang wajah masam dengan dua kantong penuh belanjaan di kedua tangannya. Entah apa yang membuat vampir itu memasang wajah tidak bersahabatnya, yang pasti sedari tadi mulut cerewetnya menggerutu tidak jelas yang tak Chenle pahami maksudnya.

Yang pasti saat ini jangan bertanya dulu sampai mood vampir itu perlahan membaik, begitu pikir Chenle.

Pergerakan tangan Chenle yang ingin membuka plastik tempat daging segar diletakkan seketika terhenti kala ia merasakan kehadiran seseorang yang memiliki aura intimidasi yang kental. Kepala keluarga Lee datang.

Sama halnya dengan Chenle yang merasakan kehadiran Jeno di mansion, vampir itu sudah terbiasa dan memilih untuk acuh sembari tangannya dengan telaten mencuci sekeranjang buah dan sayur.

'Jaemin tolong bawakan segelas darah, aku lelah.'

Jaemin berdecak kala suara saudara kembarnya memasuki benaknya dan seenak jidat menyuruh dirinya membawakan segelas darah dengan alasan kelelahan.

"Cih, bilang saja malas." gumam Jaemin pelan yang masih dapat di dengar oleh Chenle.

Tangan lentik Jaemin dengan malas-malasan menuangkan segelas darah yang ia ambil dari kulkas ke dalam gelas anggur berukuran jumbo. Ia lalu memotong sedikit lemon dan air perasannya ia campur ke dalam gelas berisi darah itu.

"Hm, pasti segar deh."

Ia lalu memutar tubuhnya ke belakang mendapati Chenle sedang menata potongan daging ke dalam kotak sterofoam.

"Chenle, tolong berikan ini pada Jeno ya." ujarnya sambil menyodorkan gelas anggur itu pada Chenle. Pemuda itu mengangguk dan langsung menuju ke ruang tamu dimana kembaran Jaemin itu berada.

"Ini minuman anda tuan."

Chenle meletakkan gelas itu di depan Jeno yang sedang mengurut pelipisnya dengan mata terpejam. Dilihat dari raut wajahnya, pria itu memang benar-benar kelelahan terlihat dari guratan di keningnya tanda vampir itu kebanyakan berpikir.

Karena posisi Jeno sebagai yang berkuasa di mansion ini, Chenle benar-benar menjaga sopan santunnya pada pria itu. Ia juga memakai bahasa formal dan menyebut Jeno 'tuan' sebagai rasa hormatnya pada kepala keluarga Lee.

Lain halnya dengan Jaemin, pria manis itu malah menyuruh Chenle untuk memanggilnya kakak sama seperti Jisung. Jaemin ingin menjadi figur seorang kakak yang baik hati pada Chenle. Tentu Chenle senang mendapat perlakuan hangat dari vampir itu.

Sedangkan kalau Jisung, entah Chenle harus bersikap seperti apa dengan tuannya satu itu. Untuk saat ini ia masih sedikit segan jika berbicara dengan Jisung. Tuannya itu terlalu misterius untuk dipahami.

"Terimakasih."

Jeno menerima gelas itu dengan baik dan segera meminumnya. Chenle belum beranjak dari tempatnya dan malah otaknya memikirkan sesuatu hal yang janggal sambil melihat ke arah Jeno yang sedang meminum darah tanpa mengendusnya terlebih dahulu.

"Tuan, sepertinya darah itu-"

Terlambat, Jeno sudah menyemburkan cairan pekat itu dari mulutnya hingga cipratannya mengotori meja di hadapannya. Untung saja Chenle berdiri agak jauh dari tempat vampir itu.

Master! [JiChen]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang