28

2.8K 287 29
                                        




.


.


.


Chenle hampir muntah kala tubuhnya dibawa melompat tinggi untuk menghindari akar pohon besar yang mencuat dari tanah. Ia juga sempat beberapa kali terpeleset karena menginjak batu berlumut yang menjadi pijakannya kala menghindari ranting-ranting pohon tajam yang siap menggores kulitnya. Untung ada Mark yang sigap memegangi Chenle supaya pemuda manis itu tidak terjerembab ke tanah.

Medan yang mereka lewati sekarang sangatlah berbahaya. Dimana bebatuan licin dan akar pohon di bawah sana yang tidak bisa diinjak dengan sepatu sekolah yang mereka gunakan. Sedangkan jalur atas dipenuhi oleh ranting-ranting pohon lancip yang susah untuk dipatahkan.

Aura sihir hitam itu membawa mereka ke dalam hutan yang masih belum terjamah oleh vampir ataupun manusia. Suasana yang lembab dan gelap sangat memungkinkan digunakan sebagai markas para Traitor. Namun mereka juga tidak bisa gegabah mengingat mereka hanya bertiga saja. Dan sebuah kesialan jika mereka bertemu para Traitor dengan jumlah yang banyak.

"Berhenti disini."

Ketiganya berhenti saat Jisung memberi perintah. Ia mematikan aliran sihir di batu Stragon miliknya. Dengan langkah pelan Jisung mendekati area yang auranya sedikit berbeda dari hutan yang barusan dilewati mereka.

"Sihir pembatas." tunjuknya pada hutan di seberang sana.

Mungkin vampir biasa tidak bisa melihat sihir pembatas yang dimaksud Jisung, namun Chenle dan Mark melihatnya kala daun kering tak sengaja terjatuh mengenai pembatas itu sehingga terlihat ada dinding transparan berwarna merah yang dapat mendeteksi keberadaan siapa saja yang telah memasuki area mereka.

"Berarti di dalam sana adalah markas para Traitor?" pendapat Chenle. Jisung mengangguk namun setelahnya menggeleng. "Bisa jadi, tetapi kita tidak tahu berapa banyak mereka mempunyai markas."

Chenle jadi merinding sendiri. Mungkin saja di beberapa titik hutan wilayah ini terdapat markas Traitor. Mereka pintar dengan memasang sihir pembatas di sekitar wilayah tempat mereka tinggal agar mereka dapat mengetahui jika ada orang yang menerobos masuk ke wilayah mereka.

Sekilas hutan di seberang sana tidak ada yang aneh, tetapi siapa tahu jika di dalam sana banyak jebakan mematikan yang siap menyambut siapa saja yang nekat menginjakkan kaki di sana.

"Jung, kau laporkan temuan kita hari ini kepada ketua dewan. Dan juga kejadian di mansionmu-" jeda Jisung sambil bersidekap dada ke arah Mark yang juga tengah menatap ke arahnya.

"Aku tidak ingin ikut campur ke dalam urusan bangsawan lain, tetapi dari sekian banyak keluarga bangsawan vampir, hanya keluarga Jung yang pertama mendapat serangan dari Traitor. Aku tidak tahu jika keamanan di sana memanglah lemah, atau..

.. karena dendam pada anak sulung Jung beberapa tahun silam."



***



Suasana hutan yang sepi semakin mencekam kala dua vampir bangsawan beda marga itu masing-masing mengeluarkan aura membunuh satu sama lain. Tidak ada yang berbicara setelah dengan gamblang Jisung menyinggung tentang anak tertua keluarga Jung yang meninggal beberapa tahun silam. Chenle tidak tahu menahu apa permasalahan yang terjadi dengan anak sulung Jung, tetapi sepertinya itu adalah topik yang sensitif bagi Mark. Terlihat Mark mengeraskan rahangnya dan tangan yang terkepal di sisi tubuhnya.

Chenle, satu-satunya vampir yang sadar situasi jika mereka masih berada didekat wilayah musuh pun segera menyadarkan kedua vampir yang sedang perang tatapan tersebut.

"Tuan, kak Mark, sebaiknya kalian hentikan dulu perang matanya. Ingat kita masih berada di perbatasan wilayah Traitor. Takut-takut ada anggota Traitor yang melihat kita disini."

Master! [JiChen]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang