*Sana POV
Aku terbangun dari lelap tidurku, karena kurasa tenggorokanku sangat haus. Aku segera pergi ke dapur. Kubuka lemari pendingin, kuambil sebotol air, lalu kutuangkan ke gelasku. Ah, segarnya.
Kulihat jam dinding yang berdenting menunjukkan pukul 03:05 WIB pagi.
"Apakah Tzuyu sudah tidur ya?" gumamku.
Sebelum aku tidur tadi, aku sempat melihat Tzuyu yang masih serius bekerja di meja kerjanya. Tzuyu adalah seorang yang pekerja keras, bahkan ia bisa melawan kantuknya.
Aku segera mengeceknya di ruang kerjanya.
"Ah, dia tidak ada disini. Syukurlah" ucapku.
Aku lega tidak menemukan Tzuyu disini. Setidaknya ia tidak begadang semalaman. Aku khawatir jika ia sakit, apalagi saat ini ia sedang tidak baik-baik saja saat menikah denganku.
Aku segera pergi ke kamar Tzuyu. Kamarku dan kamarnya itu berbeda. Kubuka perlahan pintunya, aku tidak ingin membangunkan tidurnya.
Kulihat Tzuyu tidak memakai selimutnya. Segera kupakaikan dia selimutnya dengan perlahan. Melihat wajah teduh Tzuyu semakin membuatku merasa bersalah padanya. Aku telah menghancurkan hidupnya, seharusnya sahabatku saat ini bahagia.
Perlahan peluh di dahinya terlihat, nampak Tzuyu risih dalam lelapnya.
"Apakah ia mimpi buruk?" tanyaku dalam hati.
Aku ingin membangunkannya, tapi aku takut. Sesaat kemudian...
"Mina"
"Mina"
"Mina"
Deg!
Aku tertegun. Kenapa rasanya sakit? hatiku seakan membengkak. Seharusnya wajar kan jika Tzuyu mengigau memanggil nama kekasihnya?
"Myoui Mina aku merindukanmu" ucap Tzuyu menangis dalam tidurnya.
Astaga! begitu kejamnya aku telah memisahkan mereka. Tzuyu sangat merindukan Mina. Cairan bening juga menetes dipipiku.
"Aku sangat mencintaimu, Minari" ucap Tzuyu lirih. Namun, terdengar jelas ditelingaku.
Deg!
Lagi-lagi aku merasa sangat sakit.
"Ada apakah denganku?" batinku.
Aku tidak pernah merasakan sesakit ini sebelumnya. Kututup mulutku agar tak bersuara.
"Apakah karena Tzuyu berstatus Suamiku?" kataku dalam hati.
Tidak! tidak! ini hanya sekedar pernikahan paksa.
"Tapi mengapa teramat sakit?" gumamku.
Segera aku keluar dari kamar Tzuyu dan kembali ke kamarku. Aku menangis! tangisanku mulai bersuara. Aku tak bisa menahannya lagi. Sangat perih.
SKIP
Setelah Tzuyu pergi ke kantornya. Aku juga akan pergi menemui Mina. Bukan Tzuyu saja yang merindukan Mina. Aku pun juga sangat merindukan sahabatku itu. Sahabat terbaik yang aku punya.
Aku bersyukur Mina bisa menyempatkan waktunya bertemu denganku. Sebenarnya aku sangat malu padanya, tapi Mina selalu memberikan kepercayaan padaku aku tak perlu malu dan sungkan padanya. Ah, betapa baiknya dirinya. Wanita yang sangat sempurna. Jika aku jadi Tzuyu, aku juga pasti memilihnya, bukan wanita bodoh sepertiku.
***
Aku sudah berada di Taman. Kulihat Mina sudah duduk disana. Aku tersenyum.
"Mina selalu datang tepat waktu" batinku.
Aku segera menghampirinya. Mina melihatku dan ia langsung berdiri. Aku memeluknya, ia membalas pelukanku. Aku mulai menangis, rasa bersalah selalu ada dalam diriku.
"Maafkan aku, Mina-ya" kataku dengan sesegukan.
"Maaf, maaf, maaf,..." ucapku secara berulang.
"Sudahlah Sana-ya, cobalah bersikap tenang" ucapnya lembut.
"Aku bosan mendengar kata maafmu" ucapnya melepaskan pelukan.
"Lihatlah...baju rapiku ini basah karenamu. Bagaimana aku bisa pergi ke kantor jika CEO Myoui berpenampilan begini?" katanya lalu memanyunkan bibirnya.
Lihatlah Sahabatku ini, ia terlihat imut bila begini. Tak pernah ia menampakkan bahwa ia sedih. Aku sangat yakin bahwa hatinya hancur. Meskipun ia memaksa Tzuyu menikah denganku, tapi tetap saja kan hati siapa yang merelakan kekasihnya menikah dengan sahabatnya sendiri. Ia mengorbankan kebahagiaannya hanya untuk menolong sahabat bodoh sepertiku.
"Sana-ya, aku akan ke kantor jika kamu hanya berdiam diri seperti ini" katanya yang membuyarkan lamunanku.
"Kau bilang ada sesuatu yang ingin kau bicarakan" sambungnya.
"Ah, iya. Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu" ucapku.
Lalu ia duduk dibangku, aku pun ikut duduk dengannya.
"Katakan saja" ucapnya.
"......."
Aku terdiam.
"Apakah Tzuyu menyakitimu?" tanyanya menatap tajam kepadaku.
"Ah, tidak! bukan itu" jawabku.
"Lalu?" Ia mengernyit heran.
"Tzuyu merindukanmu" kataku yang juga menatap matanya.
Mina menghela napas sejenak.
"Tentu saja Tzuyu merindukanku, aku kan juga Sahabatnya" ucapnya biasa saja.
"Yah maksudku...Tzuyu merindukanmu dalam tidurnya" kataku.
"Semalam ia mengigau memanggil namamu. Ia teramat merindukanmu, Mina" sambungku.
Hening! cukup hening. Mina tidak menanggapiku. Beberapa saat kemudian, ia memeriksa jam tangannya.
"Aku harus segera ke Kantor, Sana-ya. Sudah ada klien yang menungguku" ucapnya yang bangkit dari bangku itu. Aku pun ikut berdiri.
"Seharusnya tidak perlu mengatakan hal ini padaku" ucapnya, lalu mulai berlalu.
"Apakah ia sedih? marah? atau apa?" kataku dalam hati.
Seharusnya ia bahagia kan? karena kekasihnya merindukannya. Kulihat Mina semakin menjauh.
"Mina-ya" teriakku.
Mina menghentikan langkahnya.
"Tzuyu juga mengigau, dia bilang Dia sangat mencintaimu" kataku dengan suara yang lantang agar Mina mendengarnya.
Mina langsung melanjutkan langkahnya dan ia langsung memasuki mobilnya, mobilnya pun berlaju.
Tes
"Air mata apa lagi ini?" gumamku.
Baru pemula. Silakan berikan kritik dan sarannya. Terima kasih 🙏🥰🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
CACTUS ||Misatzu
Random"Aku tidak punya pilihan jika kekasihku memohon penuh harap" -TZUYU- "Maaf...aku merepotkanmu dan menghancurkan hidupmu" -SANA- "Keputusanku kadang menyakitiku, tapi tidak melakukan apapun adalah salahku" -MINA-