Pelajaran

172 32 0
                                    

*Sana POV

"Aku memilih untuk melepaskannya" kata Mina yang selalu berputar di otakku.

Sungguh aku benar-benar marah pada Mina. Bisa-bisanya ia mengambil keputusan seperti itu. Ia mengakhiri hubungannya dengan Tzuyu. Lagi-lagi aku tetap menyalahkan diriku sendiri, semua ini berulah dariku.

Aku telah tiba di Apartemenku, segera aku pergi ke kamar Tzuyu. Aku telah meninggalkannya sendiri cukup lama.

Ceklek

"Tzuyu" kataku sedikit kaget karena ia sudah duduk ditepi ranjangnya. Disisi lain aku cukup senang, ia bangun dari terbaringnya. Namun, masih dengan tatapan kosongnya.

"Apakah kamu baik-baik saja? atau kamu sudah sedikit membaik?" tanyaku mendekatinya.

Kuperiksa suhu badannya. Ya, sedikit lebih membaik.

"Kau istirahat saja, Tzu" pintaku.

"Atau kau perlu sesuatu?" tanyaku.

Tzuyu tetap tak bergeming. Tatapan kosongnya membuatku semakin sedih.

"Ah, aku akan memasak bubur lagi untukmu. Setelah itu waktunya minum obat" kataku tersenyum padanya.

"Apakah kau sudah menemui, Mina?" tanyanya ketika aku hendak beranjak.

"Apa saja yang ia katakan?" sambungnya.

Deg!

Kali ini aku yang terdiam. Aku tak tahu harus berkata apa? apa yang harus kukatakan pada Tzuyu? Aku tidak ingin membuatnya terluka. Tzuyu masih menatapku dan menunggu jawabanku.

"Ah, maaf Tzu. Aku belum sempat bertemu dengan Mina. Ia benar-benar sibuk sekarang" kataku.

Tzuyu tersenyum. Tzuyu sudah pasti tahu bahwa aku berbohong, karena seperti yang telah aku katakan sesibuk apapun Mina, dia  tidak akan mementingkan apapun diatas kepentingan Sahabatnya. Tapi kini ia telah berbeda.

"Keluarlah, Sana!" katanya.

"Tzu?" khawatirku.

"Biarkan aku sendiri" ia menatapku dengan memohon.

"Baiklah, jika kau butuh sesuatu katakan saja padaku, Tzu" kataku.

Dengan berat hati aku keluar dari kamarnya. Aku tahu Tzuyu sedang tidak baik-baik saja.

Ceklek

Tzuyu mengunci pintu kamarnya.

"Aaaaaaaaa......." teriaknya yang membuat kukaget.

"Kamu benar-benar membunuhku, Mina. Kamu benar-benar menyakitiku. Mengapa kita harus seperti ini? mengapa kau meninggalkanku?" keluhnya dengan tangisannya.

"Katamu aku tidak ada salah padamu. Jika tidak ada salah, tentunya tidak ada alasan kan meninggalkanku? Aku yakin kamu bohong Minari jika kamu tidak mencintaiku lagi" katanya dengan suara yang mulai serak.

Deg!

Apa? Mina tidak mencintai Tzuyu lagi. Tidak! aku tidak percaya ini. Itu pasti bohong.

"Mina, aku benar-benar tidak menyangka kau lebih menyakiti Tzuyu sedalam ini" kataku dalam hati.

Rasa cinta, kecewa, sakit dan keluhan secara berulang-ulang Tzuyu katakan. Ia bahkan mengoceh pada nasibnya yang teramat malang ini. Kedua Sahabatnya benar-benar membuatnya terluka sangat parah.

Aku pun menyeka air mataku yang sedari tadi aku tidak sadar, sejak kapan aku ikut menangis?

Deru suara berat dan serak Tzuyu mulai mereda. Sejujurnya aku khawatir padanya, aku ingin menenangkannya, tetapi aku lebih memilih agar ia bisa meluapkan segala rasanya. Meskipun itu tidak mengubah apapun, tapi itu bisa lebih ringan daripada dipendam.

Cukup lama aku berdiri dibalik pintu kamarnya ini, cukup lama juga aku tidak mendengar Tzuyu menangis lagi.

"Apakah ia tertidur?" kataku dalam hati.

Atau jangan-jangan? mataku melotot, entah kenapa aku berpikir bahwa Tzuyu akan melakukan hal buruk. Aku takut! sangat takut.

Tok Tok Tok

"Tzu?" kataku.

Kembali kuketuk pintunya. Namun, tak ada sahutan darinya.

"Tzu, kau baik-baik saja kan? khawatirku.

"Tzu, tolong buka pintunya" pintaku.

"Apakah kau tertidur? tanyaku.

"Jika kau tertidur baiklah, tapi izinkan aku memeriksa suhu badanmu lagi" sambungku, aku benar-benar ingin memastikan bahwa ia baik-baik saja.

Tok Tok Tok

"Tzu?"

"Tzuyu, tolong jangan membuatku khawatir" kataku yang berpikiran tidak-tidak, air mata pun kembali membanjiriku.

"Aku tidak akan bunuh diri, Minatozaki Sana" katanya sedikit keras.

Aku benar lega mendengar suaranya, terlebih-lebih ia sendiri mengatakan bahwa ia tidak akan melakukan hal bodoh itu. Aku bersyukur, Tzuyu benar-benar bersikap dewasa. Tidak mengalah dengan keadaan yang menimpanya. Tidak sepertiku saat itu, yang menganggap bunuh diri adalah solusinya. Ya, dari Tzuyu aku mendapatkan pelajaran bahwa kamu tidak bisa lari dari pahitnya kenyataan, tapi kamu masih dapat memilih jalan mana yang salah dan jalan mana yang benar.





























Baru pemula. Silakan berikan kritik dan sarannya. Terima kasih 🙏🥰🥰



CACTUS ||MisatzuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang