*Sana POV
Saat ini aku sedang menyiapkan makan malam. Meskipun aku tahu, Tzuyu jarang makan satu meja denganku. Jika pun kita makan bersama maka tidak ada pembicaraan diantara kita. Tzuyu mendiamiku, mungkin ia masih marah dan kecewa padaku. Aku juga tidak berani berbicara padanya, aku tidak ingin merusak suasana hatinya.
Sejujurnya aku sedih dengan situasi sekarang. Aku merindukan kehangatan Tzuyu kepadaku dan aku merindukan persahabatan kita seperti dulu. Aku tidak memintanya untuk menerima pernikahan ini. Namun, aku masih mengharapkannya sosok seorang Sahabat.
Suara mobil membuyarkan lamunanku.
"Ah, sepertinya Tzuyu sudah pulang" gumamku.
Segera aku melangkah keluar. Kubuka pintu dan...
"Tzuyu" kataku.
Aku melihat Tzuyu sangat berantakan. Matanya sayu dan lembab, wajahnya sedikit pucat.
"Apakah ia menangis? ataukah dia sedang sakit?" tanyaku dalam hati.
Cukup lama kami berdiam diri di depan pintu ini. Begitu banyak pertanyaan dalam pikiranku. Tzuyu menatapku, kubalas tatapan itu. Namun, kulihat hanyalah kesedihan dari ruang netranya.
Beberapa menit kemudian, tiba-tiba Tzuyu memelukku. Dia memelukku dengan sangat erat. Aku tertegun.
"Duniaku sudah hancur, Sana" ucapnya lirih tapi aku masih mendengarnya.
"Dia meninggalkanku" sambungnya.
Aku kaget, siapa yang Tzuyu katakan? Apakah Mina meninggalkannya? Tidak! Mina tidak akan meninggalkan Tzuyu kan? Aku tahu, Mina sangat mencintai Tzuyu.
Tzuyu mengeratkan pelukannya, kali ini ia menangis. Aku membalas pelukannya, aku ingin menenangkannya. Aku bisa merasakan tangisan Tzuyu benar-benar sesak. Ia benar-benar kesakitan.
"Tzu, ada apa denganmu?" batinku.
Cukup lama kami dalam posisi seperti ini, rasanya kakiku mulai keram. Aku tidak mendengar lagi tangisan Tzuyu.
"Tzu?" kataku
"Tzu?" aku menepuk pundaknya.
Tidak ada sahutan darinya. Aku melepaskan pelukannya.
"Tzu" kagetku, saatku rasa tubuh Tzuyu ingin terjatuh.
"Apakah ia tidur atau pingsan?" gumamku.
Aku berusaha memapahnya. Sedikit sulit karena tubuh Tzuyu lebih tinggi dariku. Tertatih-tatih aku membawa Tzuyu menuju kamarnya.
***
Setelah menyelimuti Tzuyu dengan selimut hangat, rasanya aku tidak tega meninggalkannya. Aku benar-benar khawatir padanya.
Aku masih bertanya, siapakah yang Tzuyu maksud? siapakah yang meninggalkannya?
"Mina tidak mungkin meninggalkan Tzuyu" kataku dalam hati.
Bukankah sudah kuberitahu Mina bahwa Tzuyu merindukannya dan mencintainya. Tapi tadi Tzuyu mengatakan bahwa dunianya sudah hancur? yang kutahu dunia Tzuyu adalah Mina. Namun, jika benar Mina meninggalkan Tzuyu, lalu apa alasannya? Jika ia marah pada Tzuyu karena menikah denganku, bukankah itu keputusannya? Ada apa denganmu, Mina-ya? Ah, aku benar-benar merasa bersalah. Ini semua tentunya karenaku.
"Tolong, jangan tinggalkan aku Minari" ucap Tzuyu.
Deg!
Lagi-lagi aku mendengar Tzuyu menyebut nama Mina dalam lelapnya. Tapi kali ini, Tzuyu memohon agar Mina tidak meninggalkannya.
"Apakah Mina benar-benar akan meninggalkan, Tzuyu?" tanyaku dalam hati.
Tzuyu kembali mengigau, aku mendekatinya. Keringat bercucuran didahi dan wajahnya. Aku ingin mengelapnya, tapi setelah kusentuh dahinya.
"Astaga Tzu, badanmu panas sekali" kataku panik.
Aku beranjak ke dapur untuk mengambil obat dan handuk untuk mengompresnya.
Sana POV end
SKIP
*Jeongyeon POV
Aku sudah berada di depan Apartemen Mina sejak 15 Menit yang lalu. Aku ingin mengembalikan mobilnya karena ia menyuruhku pergi tadi malam dengan membawa mobilnya bersamaku. Sejujurnya aku khawatir padanya. Aku masih ingat ia bertengkar dengan pria itu tadi malam. Aku yakin pria itu adalah kekasihnya yang bernama Chou Tzuyu, seperti yang Mina katakan padaku.
Flashback.
Tempat paling nyaman dalam diri adalah pergi dari keramaian. Aku terlalu banyak gagal dalam hidup, hingga kesendirian adalah pilihanku. Ini adalah tempat favoriteku. Berdiri diatas jurang, berteriak sangat keras dan berbicara pada lembah.
"Aaaaaaaaaa..."teriakku.
"Dunia tidak adil untukku!" kesalku dengan hidupku.
Sudah hampir 3 jam aku disini, meratapi takdir yang tak selalu berpihak padaku. Sejak kecil aku hidup dipanti asuhan, tidak tahu siapa kedua orang tuaku? Setelah dewasa jatuh cinta pada Im Nayeon, menjalankan hubungan, lalu kandas ditengah jalan. Orang tuanya tak setuju karena tak tahu asal usulku. Aku menangis seperti orang gila.
Setelah diri merasa cukup baik. Aku beranjak meninggalkan tempatku. Tiba-tiba aku melihat wanita berparas cantik keluar dari mobilnya.
Dapat kulihat ekspresinya seperti mau marah, kecewa, kesal, menangis, sedih, campur aduk begitu.
"Apakah ia mau bunuh diri" gumamku.
Hampir satu setengah jam aku mengawasi wanita itu. Aku lihat ia cukup lebih tenang. Aku memberanikan diri untuk mendekatinya.
"Siapa tahu dia butuh teman cerita" kataku dalam hati.
Dia sedikit kaget dengan keberadaanku. Lalu dia kembali diam dengan tatapan kosong. Hening! cukup hening!
Beberapa saat kemudian, Dia menghela napasnya dengan kasar.
"Apakah kau mau mendengar ceritaku?" katanya, tanpa menoleh kepadaku.
"Ya" kataku.
Dia menceritakan kisahnya, cerita cintanya. Sangat menyayatkan. Aku pikir kisahku dengan Nayeon adalah cinta paling menyedihkan. Namun, setelah kudengar kisahnya, cinta yang dialaminya lebih menyedihkan dan menyakitkan. Aku benar-benar menjadi pendengar yang baik. Sepertinya ia nyaman bercerita denganku, padahal kita belum saling mengenal.
Kita berkenalan saat kita meninggalkan tempat itu.
Flashback end.
"Lalu mengapa tadi malam Mina mengambil keputusan untuk putus dengan Tzuyu?" tanyaku dalam hati.
"Bukankah ia teramat mencintainya? dan ia juga menyakiti Tzuyu dengan berbohong bahwa aku kekasihnya?" kataku dalam hati.
"Ada apa denganmu, Mina?" gumamku.
Baru pemula. Silakan berikan kritik dan sarannya. Terima kasih 🙏🥰🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
CACTUS ||Misatzu
Random"Aku tidak punya pilihan jika kekasihku memohon penuh harap" -TZUYU- "Maaf...aku merepotkanmu dan menghancurkan hidupmu" -SANA- "Keputusanku kadang menyakitiku, tapi tidak melakukan apapun adalah salahku" -MINA-