"Ayo kita jajan~ ayo kita jajan~ Naka jajan sama Yesa~~~"
Mereka sudah sampai di supermaket, dengan Yesa yang bersenandung tak jelas. Untuk hari pertama Yesa mempunyai adik, ia tak akan melepaskan adiknya itu. Seperti sekarang Yesa yang terus menggendong Naka, padahal Naka ingin berjalan sendiri.
Naka memilih milih beberapa makanan yang diinginkannya. Tak masalah bagi Yesa untuk membayar semua itu, kan uangnya banyak, masa harus pelit. Berakhir dengan Naka yang berjalan sendiri, karena engap digendong gendong Yesa.
"Naka, kamu sama siapa?" Naka dipanggil oleh seseorang, Naka menoleh dan mengenali orang itu. Kakak tirinya. Naka, harus apa?
Naka lebih memilih untuk merentangkan tangannya pada Yesa. Yesa akan melindunginya, Naka pikir begitu. "Yesa, ayo pergi. Naka mau Eji. Ayo Yesa pergi!" Yesa pun mengangkat Naka ke gendongannya.
Orang yang memanggil Naka itu siapa? Kenapa kenal Naka? Kenapa memanggil dirinya kakak pada Naka? Ya Tuhan, tolong Yesa. Yesa bingung.
"Naka, tunggu! Kamu lupa sama kakak? Kakak kemarin nyari kamu seharian. Kakak udah nyari kamu, kamu jangan lupa sama kakak Naka! Kakak beda sama mamah, kakak baik. Kakak gak akan jahatin kamu!"
Yesa berjalan cepat dengan Naka yang terus berbicara ingin pulang. "Yesa ayo cepet, Naka gak mau ketemu kakak tiri Naka. Dia jahat Yesa, dia jahat. Hiks... Hiks..."
"Naka tenang dulu ya, kita akan segera pulang. Naka jangan nangis, nanti Yesa sama kak Eji sedih" akhirnya Yesa sampai di mobilnya. Kakak tiri Naka mengetuk ngetuk kaca mobil Yesa.
"Naka, kakak mau bicara dulu sebentar sama kamu. Kakak minta tolong, kamu dengerin kakak!" Kakak tirinya menatap Yesa, agar membuka kaca mobilnya. Tapi tak akan mungkin, sebab Yesa pasti akan berusaha untuk melindungi Naka. Kakak tirinya Naka, berdiri mematung melihat kepergian adiknya.
"Kak Eji, kak Eji! Tadi kita ketemu kakak tirinya Naka. Tapi aku bingung, kenapa Naka nangis" Naka dan Yesa sampai dengan keadaan selamat. Sedari tadi Naka terus menangis dan Yesa pun terus menenangkan Naka.
Melihat Naka yang merentangkan tangan padanya, Eji langsung mengambil alih Naka. Lama kelamaan Naka tertidur pada gendongan Eji. Jam pun sudah menunjukkan pukul setengah lima, mereka bertiga berniat untuk pulang. Yesa terus membujuk sang kakak agar dirinya bisa ikut ke apartemen, tapi Eji tetap menyuruh Yesa agar pulang kerumahnya.
Kini Naka di apartemen Eji. Ia dimandikan Eji. Eji takut jika Naka kembali terpeleset. Eji tak masalah melihat badan toples Naka, begitupun Naka yang anteng tanpa rasa malu.
Naka request agar nanti saat makan malam mereka makan rendang, karena Naka sudah lama tidak memakannya. Eji hanya meng iya kan.
"Naka, besok kita beli perlengkapan kamu ya. Eji gak punya baju kecil kecil. Sekarang kamu pake baju ini aja" Eji menunjukkan baju yang akan di pakai Naka, piyama kancing dengan celana Jersey bola tak nyambung emang.
"Naka, kamu gak papa kan gak pake celana dalem? Eji gak punya celana dalem yang kecil" jika tadi siang Naka memanglah memakai celana dalam miliknya sendiri yang dicuci kemarin ketika Naka selesai mandi.
"Gak papa Eji. Kemarin juga kan Naka tidur gak pake celana dalem, malahan nyaman gak sesek"
Urusan baju selesai, makan malam selesai, kini mereka bersiap untuk tidur. Berbeda dengan kemarin, kini Eji tak bekerja malam. Tak ingin Naka terbangun dari tidurnya, iya lebih memilih untuk menemani Naka tidur.
"Eji, Eji yakin mau nampung Naka?" Naka berbicara dengan kepala diatas dada Eji. Ia risau akan hidupnya saat ini.
"Emang Naka gak yakin sama Eji? Emang Eji kelihatannya bakal ngebuang Naka?"
Kepala Naka mulai diusap Eji, namun Naka malah melontarkan kembali pertanyaan.
"Terus nanti kalau misalkan Eji nikah, Naka gimana? Hidup Naka gak mungkin bergantung terus sama Eji, Naka juga harus mandiri, harus cari kerja. Naka gak mau egois, Naka mau Eji nanti bahagia sama keluarga Eji"
"Sekarang kan Naka masih kecil, masih dibawah umur. Maka dari itu, Eji yang ngurus Naka. Untuk waktu sekarang, Naka belum bisa kerja, Naka belum bisa mandiri, Naka juga butuh disayangi kan? Makanya, Naka ditakdirkan sama Eji" Eji berusaha meyakinkan Naka, bawa dirinya aman bersama Eji.
"Untuk waktu sekarang mungkin Naka terlihat anak anak. Tapi nanti, Naka bakal bisa bikin anak. Eji juga sama, Eji nanti pasti punya anak, nanti Eji punya istri, punya keluarga kecil. Tapi untuk sekarang, Eji mau fokus dulu sama diri Eji, Eji mau fokus dulu sama Naka" perkataan Eji membuat Naka ingin menangis. Eji benar sekali, dan Naka harus mulai mandiri dari sekarang.
Eji tak mau Naka berlarut dalam pemikirannya, Eji lebih memilih mendongengkan Naka, Naka pun setuju.
"Diego merupakan seorang anak pintar, tapi ia sering di bully. Di bully oleh temannya, oleh tetangganya, orang yang ada disekitar Diego pasti akan membully Diego. Tapi ketika Diego sedang berjalan, Diego menemukan secarik kertas, terus Diego baca. 'Untuk kamu yang membaca ini, aku harap kamu kuat atas apa yang terjadi. Kamu hebat, kamu spesial. Orang mungkin tak akan mengerti tentang mu, tapi Tuhan selalu mengerti tentang dirimu. Tuhan yang menciptakan mu, tuhan juga yang mengambil nyawa mu. Selama kamu hidup, berusahalah, agar Tuhan yang menciptakan kamu pun ikut tersenyum. Tuhan pasti membantu mu, untuk apa tuhan menciptakan mu jika tidak menyayangi mu. God and me always loving you'. Tapi setelah baca itu, Diego malah ketabrak, dan meninggal. Tamat"
"Eji, Naka juga percaya kalau misalkan Tuhan sayang sama Naka. Tapi Naka nya aja yang gak mau berusaha dan bersyukur, makanya Naka gak ngerasa Tuhan sayang Naka. Tapi setelah Naka bersyukur, berusaha, dan terus berdoa, ternyata emang bener sedari kita belum ada di dunia ini, sebelum kita jadi janin pun tuhan udah sayang sama kita"
"Naka, ngerti kan? Hidup itu gak melulu fokus sama satu hal, kalo kita lihat sudut pandang lain, kita pasti bakal sadar sama semuanya. Dan sekarang Naka tidur ya, udah malem"
"Eji besok kerja?" Awalnya Naka akan tidur, tetapi ia ingat satu hal. Apakah esok Eji akan meninggalkannya kerja?
"Iya, Eji besok kerja. Kemungkinan Naka besok Eji anter kerumahnya Yesa. Besok Naka bakal ketemu Biangnya Eji, ayahnya Eji. Soalnya Yesa tinggalnya sama biang, sama ayah"
Eji bangun mengambil parfum dirinya, menyemprotkan pada tangan dan lehernya. "Eji, Naka juga mau" Naka malah mau ikut ikutan Eji.
"Mau apa?" Eji tahu Naka ingin juga, tapi Eji pura pura tidak mengerti.
"Itu! biar wangi. Naka mau semprot semprot juga" Eji hanya tertawa lalu menyemprotkannya juga kepada Naka.
Mereka tidur dengan Naka yang memeluk kaki Eji, katanya dirumah Eji gak ada guling, jadi Naka peluknya kaki Eji.
Malam malam Eji bangun, si Yesa malah nelpon dirinya, kangen Naka katanya. Padahal Naka tidur. Jadilah Eji mengirim foto Naka yang memeluk kakinya.
Heyesa aja
Send a picture
Naka ileran ternyata, hahahaha...
Tapi lucu, soalnya adikku.Bukan adik mu, itu adikku!
Naka lebih cocok jadi anak daripada jadi adik, kalo sama kakak.
Emang kakak setua itu?
Muda, muda banget malah. Transfer 3 juta plis🙏🙏🙏
Read
Tidur dengan damai, dalam satu selimut. Hujan diluar membuat kenyamanan tiada tara.
Bagian 5, selesai.
28 Juni 23
KAMU SEDANG MEMBACA
Pohon Permata
FantastikApakah ini yang dinamakan kasih sayang? Tapi sayang sekali, apapun yang Naka jalani akan berakhir seperti obat. Tak manis, tetapi PAHIT. Sayang, orang yang disayang menyayangi diriku. Sayang, orang yang disayang mulai menyayangi orang lain. Sayang...