"Yesa!...."
"Yesa!... Biang, Yesa dimana?"
Eji dan Naka masih diberikan keselamatan untuk masih bisa menginjakkan kakinya di rumah ini.
Naka dan Eji sudah sampai rumah. Setelah berpelukan dengan Biang dan Ayah, mereka langsung pergi ke kamar. Namun Naka melupakan seseorang, YESA.
Naka memasuki kamar Yesa, namun Yesa tak ada di sana. Berlari-lari menyusuri semua ruangan di rumah itu, pun Yesa masih tak ada.
Naka kembali berlari menuju kamarnya, Naka sudah capek. Besok masih ada waktu untuk bertemu dengan Yesa.
Entah keajaiban apa, ketika Naka berlari, Naka malah melayang. Naka melihat ke arah belakangnya dan Yesa lah yang mengangkatnya. Yesa langsung tercekik, Naka memeluk lehernya erat. Seluruh muka Naka diciumi Yesa. Naka dibawa Yesa menuju kamarnya, malam ini Naka akan tidur dikamar Yesa.
Eji baru saja keluar dari toilet, tapi Naka tak ada dikamar nya. Jika tadi Naka duduk tenang di kasur, tapi sekarang Eji tak tahu Naka kemana.
"Yesa, kemarin Naka ketemu Abang Fahren sama ketemu Gatha. Terus Naka main main sama Gatha, terus Naka jalan jalan, terus Naka makan makan, terus.."
"Terus apa? Ayo terusin, kok malah diem"
Mereka mengobrol ngobrol di kamar Yesa. Yesa bersandar pada kepala ranjang dan Naka duduk dipinggir Yesa, menghadap Yesa.
"Terus Naka banyak nangis"
"Kenapa Naka nangis? Harusnya Naka happy dong di sana"
"Karena..."
"Karena apa?"
"Karena Naka sayang Yesa... Yeay..."
Yesa geram. Dalam pemikiran Yesa, Naka menangis karena hal serius "Apa sih lho bocah... Berani beraninya, ya!.. rawrr..."
"Hahaha...." Naka tertawa terbahak-bahak, Yesa langsung menggelitik dirinya, mengangkat Naka untuk duduk di perut Yesa.
Yesa dan Naka terus menerus tertawa, membahas hal yang lucu walaupun hal yang tak jelas. Pintu kamar Yesa terbuka, terpampang lah Eji di sana.
"Naka badannya dilap dulu, ya. Gak usah mandi, udah malem"
Sedang asiknya tertawa, Naka malah disuruh Eji untuk mengelap badannya.
"Enggak!!!!!!" Dipeluknya Heyesa oleh Naka, menempelkan pipinya pada Yesa. "Aduh" rambut Yesa dijambak Naka, tapi tak terlalu sakit. Karena Naka mengepalkan tangannya tak terlalu kuat.
"Hey, sayang. Eji minta tolong sama Naka, turutin permintaan Eji, ya. Eji cuma mau lap badan Naka. Kalo udah dilap, Naka boleh ngobrol sama Yesa lagi, boleh tidur sama Yesa. Eji tahu, permintaan Eji gak memberatkan Naka kan?"
"Maaf Eji, Naka minta maaf. Eji gak marah sama Naka, kan? Naka anak baik, Eji. Naka gak bandel"
Naka tak menuruti Eji, Eji tak akan marah. Hanya diberikan kata-kata, itupun dengan nada lembut. Jika perkataan Eji lembut, melebihi lembutnya sutra, maka Naka tahu, Eji sedang dalam keadaan sabar. Semarah-marahnya Eji, Eji tak pernah melukai hati Naka. Karena Eji tahu, hati Naka tak sekuat itu.
"Sayang, Eji gak marah sama kamu. Peluk Eji sini, Na!"
Naka menghampiri Eji, memeluk Eji. Naka diangkat Eji agar bisa Eji gendong. "Sorry Eji, Naka sayang Eji" suara Naka teredam, tak terlalu terdengar. Itu karena Naka menyembunyikan mukanya pada leher Eji, tapi lebih tepat pada jakun Eji.
"Eji juga minta maaf, ya. Dan Eji lebih sayang Naka melebihi apapun"
"Yesa juga sayang kalian... Masa Yesa gak dipeluk" Yesa iri, kakaknya memeluk Naka. Yesa pun ingin dipeluk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pohon Permata
FantasyApakah ini yang dinamakan kasih sayang? Tapi sayang sekali, apapun yang Naka jalani akan berakhir seperti obat. Tak manis, tetapi PAHIT. Sayang, orang yang disayang menyayangi diriku. Sayang, orang yang disayang mulai menyayangi orang lain. Sayang...