12'。*゚

500 19 0
                                        

"Terimakasih tuhan, atas izin mu, Naka dan keluarga masih diberikan umur panjang. Masih bisa tersenyum, dan bahagia"

"Potong kuenya.. potong kuenya.. potong kuenya sekarang juga... sekarang..juga..sekarang juga.."

"Di hari pertama Naka berumur 17 tahun ini, Naka minta agar orang terdekat Naka diberikan kesehatan, hidupnya bahagia, hidupnya sejahtera, rezekinya lancar. Naka juga minta sama tuhan, supaya orang terdekat Naka dijauhkan dari hal yang buruk, didekatkan kepada kebaikan. Semua orang yang baca cerita Naka ini, selalu Naka doakan juga. Permudah lah urusan Naka dan mereka, berikanlah jalan keluar di setiap permasalahan mereka. Naka tahu, tuhan mendengar perkataan Naka, dan akan mengabulkannya"

Dua bulan, Naka telah merasakan masa bahagianya. Masa dimana ia diperlakukan seperti bayi yang baru lahir, disayang tanpa memandang dari mana Naka berasal. Diterima dengan baik oleh orang sekitarnya, sudah Naka syukuri.

Dunia tak kejam, dunia hanya tempat untuk kita menjalani kehidupan kita. Manusia itu sendirilah, yang membuat dunia dianggap kejam. Dunia tak melakukan kesalahan, manusialah yang egois.

Menjadi anak terkecil dalam keluarga barunya. Menjadi permata suci bagi keluarga barunya. Permata yang sedang tumbuh dimasa perkembangannya.

Inilah Naka, manusia yang baru mengurangi masa hidupnya. Tujuh belas tahun lalu Naka lahir, tujuh belas tahun pula Naka hidup.

Naka kini berulang tahun, untuk ke 17 tahunnya. Keluarga Naka mengharapkan agar Naka lebih dewasa, namun mereka pun tak rela jika Naka dewasa.

Acara ulang tahun Naka, dirayakan kecil-kecilan. Rumah yang sudah lama mereka tinggali menjadi saksi kisah hidup Naka, walaupun belum lama. Rumah itu juga yang hari ini digunakan untuk mensyukuri hari ulang tahun Naka.

Setelah acara potong kue tadi, mereka akan mengadakan foto studio. Kini mereka sedang memakan makanan yang telah Biang masak. Berkumpul di meja makan, mengobrol dengan asyiknya.

"Nyam, nyam, nyam, nyam"

"Amang, jangan lari-lari!.. jangan ganggu kue Naka, ih..." Naka memakan makanannya dengan lahap, tapi kucing kesayangan Naka membuat Naka tak nyaman untuk makan. Kucing itu tak bisa diam, terus berlari ke sana kemari. Naka tak ingin, jika kue ulang tahun Naka dirusak oleh kucing itu.

Kue ulang tahun Naka berada di ruang keluarga, Naka berada di ruang makan. Kucing Naka terus menerus tak bisa diam, Naka terus memantau kucing itu.

Makanan Naka telah habis. Saatnya kembali menemui kue ulang tahunnya. Syukurlah, kue Naka masih aman, tak dirusak Amang.

"Amang... Meng.." Amang melayang di atas gendongan Naka.

'Crek'

'Crek'

'Crek'

"Amang diem dong, Naka lagi foto-foto nih!"

"Ih.. diem... Hiks.. Naka bilang diem, Amang!" Dasar kucing, kucing yang aktif tak bisa diam.

Tangan Naka dicakar, menimbulkan luka merah. Naka melepaskan kucing itu, dan naasnya kucing itu terjatuh pada kue milik Naka.

Naka tak kuat. Berlari menuju ruang makan, lalu berdiri di ambang pintu. Muka cemburu dan mata merah, membuat semua orang kebingungan.

"Jahat!"

"Siapa yang jahat, sayang?" Biang tak tahu, kata jahat untuk siapa yang Naka ucapkan.

"Amang harus dipenjara!"

"Kenapa Amang harus dipenjara? Emang Amang salah apa?"

"Amang hancurin kue Naka, Biang! Padahal Naka mau makan kuenya"

Pohon Permata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang