15◕。)ノ.

265 7 0
                                    

"Naka tidur, ya? Maaf ya, merepotkan"
kedatangan mereka disambut oleh Herfan dan Akmal. Mereka menunggu pulangnya Naka sedari tadi.

"Terimakasih. Naka biar om gendong saja" jujur saja, Herfan sangat takut sekarang. Sang anak pertama pasti akan marah padanya, karena membawa Naka hingga larut malam. Eji sudah menunggunya di rumah. Eji khawatir akan keadaan Naka.

Herfan akan mengambil alih Naka ke gendongannya. Tapi saat melihat Naka terusik, Herfan memilih agar Naka tetap pada gendongan Aldhika.

"Naka nginep di sini aja, Om. Biar besok kita anterin Naka pulang. Om pulang duluan aja"

Herfan bingung menentukan pilihan. Tapi mengingat Eji sang anak pertama menunggu Naka di rumah, ia tetap akan membawanya pulang.

"Tidak perlu. Naka biar pulang aja sama Om. Ini sudah terlalu malam, Kakaknya Naka pasti nungguin di rumah"

Tawaran Aldhika ditolak lembut oleh Herfan. Tapi di satu sisi Herfan bingung, apakah lebih baik jika Naka menginap di sini? Ataukah membuat Naka terusik dan menangis ketika di ajak pulang.

Kring.....

Suara dering terdengar dari handphone Herfan. Tertulis nama Hejima di sana.

"Iya, Eji. Ayah sebentar lagi pulang sama Naka"

"Eji sekarang mau berangkat ke Bandung, ayah. Eji titip Naka sama ayah, sama Biang, ya. Temen Eji meninggal, mau dikebumikan besok"

"Naka gak ikut sama kamu?"

"Engga, takutnya Naka rewel. Lagian Eji gak akan lama"

"Ya udah, hati-hati. Ayah di sini jagain Naka"

"Iya ayah. Eji mau pamit dulu sama Biang"

Telpon diberhentikan sepihak. Dua anak muda didepannya terlihat kebingungan, seakan-akan bertanya apa yang terjadi.

"Anak Om yang pertama pergi ke Bandung" semua yang mendengar hanya mengangguk. Tak ingin berlama lagi, Herfan berusaha mengambil Naka untuk kedua kalinya.

Upaya apa yang lagi harus dilakukan oleh Herfan. Susah sekali mengambil alih Naka. Naka selalu terusik, ditambah sekarang Naka semakin tidak nyaman. Sepertinya akan terbangun.

"Aduh, bagaimana ya?" Herfan menahan dirinya agar tak egois terhadap Naka.

"Pak Akmal. Apakah boleh jika Naka bermalam di sini? Hanya satu hari saja"

"Oh, boleh. Boleh sekali. Tak apa jika Naka di sini. Ada Aldhika dan Albian yang akan menjaga Naka"

Apakah anak-anak dari Akmal senang jika Naka menginap? Tentu saja! Wajah kakak beradik itu terlihat sumringah. Malam ini mereka akan bersama adik kecil.

Herfan berpamitan terhadap pemilik rumah, berjalan ke arah mobil dengan di dampingi oleh rekan kerjanya itu.

Setelah mengucapkan beberapa kata, mobil yang Herfan tumpangi meninggalkan pekarangan rumah.

Aldhika masuk terlebih dahulu, berjalan menuju kamarnya dan meninggalkan Albian yang sedang berbicara dengan sang Papa.

Albian sadar, jika sang kakak telah masuk terlebih dahulu. Pasti Naka akan berada di kamar Aldhika. Besar kemungkinan jika kamar itu akan selalu terkunci, membuat Albian tak bisa menjumpai Naka.

Naka sudah terbaring di kasur, dengan susah payah Aldhika meletakkannya. Aldhika akan membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, lalu setelah itu dirinya akan menyeka tubuh Naka.

Tadi, sebelum Aldhika pergi ke kamar mandi, tubuh Naka tertutup oleh selimut. Namun kini, anak itu sudah berganti posisi tidur dan menjatuhkan selimutnya. Tentulah kaki Naka yang tak memakai celana terekspos.

Pohon Permata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang