19•'~

222 13 2
                                    

"Yesa! Mandiin Naka. Kakak mau masak"

"Yesa! Bajunya Naka ada di belakang pintu"

"Yesa! Bawa Naka ke bawah! Jangan lama-lama di kamar, keburu telat"

"Yesa! Tas Naka ambilin, kakak lagi pakein Naka sepatu"

Di balik cerianya Naka yang akan pergi bertamasya, ada dua orang dewasa yang ikut andil mengurus segala keperluan Naka.

Ketiganya sudah berada di dalam mobil. Naka tadi tak sempat meminum susu, jadilah Naka meminumnya di mobil.

Awalnya Naka duduk dibelakang sendiri. Tapi, ketika Naka diberi dot oleh Eji, anak itu rewel tak ingin duduk sendiri. Yesa dengan senang hati mengangkat Naka untuk duduk di pangkuannya.

Posisi Naka menyamping dengan kaki yang diselonjorkan pada paha Eji. Eji menasehati Naka, bahwa apa yang bayi kecil itu lakukan sangat berbahaya.

Namun apalah daya, keinginan sang bayi tak bisa ditentang. Eji tetap mengemudi dengan hati-hati, sesekali mengusap kaki Naka yang sangat berbeda ketika pertama kali Naka bertemu dengannya.

Dulu, kaki itu lumayan banyak bekas koreng. Dengan ketelatenan Eji mengurus Naka, kini kaki itu bak kulit bayi yang baru lahir.

Aduh! Naka kali ini tak mau lepas dari Eji. Lokasi berkumpul kini sudah lumayan ramai. Dari awal mobil Eji masuk parkiran, Naka sudah bergerak gelisah. Perasaan Naka didominasi rasa takut dan malu.

Dibujuknya Naka oleh Eji berkali-kali, Yesa pun yang tak kalah dari Eji terus berusaha membujuk Naka. Walaupun Naka takut, minimal Naka berani keluar mobil.

Eji dan Yesa sudah pasrah membujuk bayi itu. Dengan sedikit paksaan, Eji menggendong Naka keluar dengan berontakan kuat yang Eji rasakan.

Ransel yang akan Naka bawa dijinjing Yesa. Yesa meminimalisir rasa takut Naka dengan memegang tangan anak itu.

Sudah Naka tahan rasa ingin menangis itu. Eji tak lagi merasakan berontakan, Naka mulai diam dengan kepala ditenggelamkan pada leher Eji.

Tatapan Eji berhenti pada Lusi, kala Lusi melambaikan tangannya pada Eji. Lusi menghampiri Naka, bertanya apa yang terjadi pada Naka. Naka tak menggerakkan kepalanya, tetap pada posisi awalnya.

"Hey, lihat Miss, Naka. Semua teman Naka ada di sana sudah berkumpul. Mereka semua gak sabar kenalan sama Naka. Naka gak perlu takut, karena mereka semua baik-baik"

Naka menolehkan kepalanya melihat situasi sekitar. Hatinya sedikit tergerak, merasakan bahwa mereka akan menerima dirinya. Mungkin.

Eji menurunkan Naka untuk berdiri. Dirasa jika Naka sudah mulai membaik, Yesa memberikan tas milik Naka pada anak itu. Eji dan Yesa memberi kata-kata pada Naka, lalu berpamitan untuk menitipkan Naka pada Lusi.

Lusi menggenggam pergelangan tangan Naka, mengajaknya pada kumpulan anak-anak yang sekiranya akan cocok jika Naka bergabung.

Naka tipikal anak penurut, pendiam, imut dan manis. Naka akan mudah berbaur jika disatukan dengan orang yang perilakunya satu tipe dengan Naka.

Walaupun tubuhnya mengobrol dengan temannya, tapi pikiran Naka terus memikirkan kedua kakaknya itu. Apa Naka sudah ditinggal oleh sang kakak, Naka harap kedua kakaknya menunggu Naka hingga Naka berangkat menuju tempat tujuan.

Disisi lain, Eji dan Yesa hanya tertawa kecil melihat adik bayinya. Bagaimana perilaku Naka yang menyesuaikan dengan temannya, sesekali Naka menoleh ke arah mobil Eji parkir tadi ketika datang. Sepertinya Naka mengira jika dirinya ditinggalkan, padahal Eji hanya memindahkan mobilnya di tempat lain. Tapi masih dapat menjangkau Naka.

Pohon Permata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang