9\๑╹◡ノ♬

352 13 0
                                    

Tamunya baru saja datang, Eji menghampirinya dengan Naka tetap digendong.

"Ohh.. Hai.. baru dateng ya?"

Sebenarnya mereka berbicara dengan bahasa Inggris, tapi supaya dimengerti, jadilah ditulis bahasa Indonesia.

Naka diapit oleh dua orang pria, mereka berpelukan dengan Naka yang berada ditengah-tengah nya.

"Hhhh... Hiks.. hiks.." Naka tak nyaman ketika Eji berpelukan dengan temannya, ditambah ia tak tahu siapa orang itu. Ia takut orang asing.

"Sttt... Maaf ya. Naka gak nyaman ya?" Posisi Naka kini menjadi menyamping, Naka terlihat lemah dengan kepala yang menyender berada di dada Eji.

Semua sudah berkumpul, lima orang di sana dan hanya berjenis kelamin laki laki. Eji, Naka, Fahren, Gatha, dan Ravel.

Eji, Fahren dan Ravel sudah berteman semasa kuliah. Berkuliah disalah satu universitas yang berada di Singapura.

"Bertemu kalian sudah tiga tahun lalu, dan wah kalian tampak berbeda" Ravel lulus terlebih dahulu dibanding Eji dan Fahren. Perbedaan antara ketiganya sangat terlihat, semakin tampan.

"of course, lebih tampan" Fahren dengan tingkat ke pedean nya itu, sangat mengakui jika dirinya tampan.

"Hahaha.." Gelak tawa mereka keluarkan, tapi memang ketiganya sangat tampan.

"Siapa itu?" Sedari tadi Ravel penasaran dengan manusia yang berada dipangkuan Eji.

"Naka, adikku"

"Oh my God, kamu punya adik? Adikmu lucu sekali"

"Ya, Naka memang adikku, walaupun adik angkat, dia tetap adikku"

"Hi Naka" perut Naka digelitik Ravel. Naka tersenyum malu, dan bersembunyi di ketiak Eji.

"Sini Naka.." Ravel merentangkan tangannya, meminta agar ia bisa memeluk Naka.

"Naka gak bisa bahasa Inggris, ya? Haha.. katanya Om Ravel mau peluk Naka. Sana samperin!" Naka mengakui perkataan Eji. Memang, dirinya tak mengerti dengan ucapan Ravel, karena Ravel menggunakan bahasa Inggris. Dan ia tak mau untuk menghampiri Ravel, Naka menggelengkan kepalanya.

"Naka? Kamu tak bisa berbahasa Inggris?" Ravel tahu, Naka memang tak pandai berbahasa Inggris, sama seperti Fahren saat awal awal menetap di Singapura.

"Keep learning Naka.... Naka sini, aku mau peluk Naka" keinginan Ravel untuk memeluk Naka sangat tidak mungkin, Naka tak kan mau memeluknya.

"Katanya, Om Ravel mau peluk Naka. Om Ravel baik kok, sayang sama anak anak. Coba Naka peluk om Ravel nya, pasti om Ravel seneng" terus menerus Eji mengeluarkan perkataan agar Naka mau memeluk Ravel.

"Enggak mau, Eji.." Naka turun dari pangkuan Eji, memilih berlari ke kamarnya.

"Sorry, Ravel. Dia malu ketika bertemu orang asing" Eji meminta maaf atas perlakuan tidak sopan Naka, Ravel pun mengerti.

Menghabiskan beberapa waktu untuk mengobrol satu sama lain, kini saatnya mereka untuk menyantap makan siang.

"Hey, Naka. Kamu masih tak mau memeluk diriku?! Ohh... I'm so sad Naka, om mau nangis aja!" Naka telah duduk dengan tenang di meja makan, kursi Naka berdempetan dengan Eji.

Sedari Naka datang untuk menyantap makan siang, Ravel terus menerus membujuk Naka agar memeluk dirinya. Hingga santapan mereka telah habis, Naka tetap tak mau memeluk dirinya.

Gatha tidur di kamarnya, Naka pun sama di kamarnya. Hingga tersisa tiga manusia dewasa yang berencana akan pergi ke suatu tempat.

Naka ditugaskan untuk menjaga Gatha ketika Eji, Fahren, dan Ravel akan pergi ke showroom mobil. Semua telah bersiap, saatnya untuk berangkat.

Pohon Permata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang