23

621 25 3
                                    

Siang ini, Naka sedang bermain sepeda ditemani Eji. Naka mengayuh sepeda sekuat tenaga, sedangkan Eji berjalan santai di belakangnya.

"Eji, jajan ya?!"

"Naka mau jajan apa, sayang?"

"Eskrim"

"Ya sudah, nanti di minimarket depan kita beli"

"Yeay!"

"Ayo, maju lagi"

"Capek, Eji"

Inilah yang menjadi kebiasaan Naka, Naka akan berhenti dan mengatakan bahwa ia tak kuat. Padahal baru setengah perjalanan.

"Sebentar lagi sampai, sayang. Naka pasti kuat"

"Gak kuat, Eji..."

Jika sudah begini, Eji tak tega pada Naka. Eji menuntun Naka di sebelah kiri, dan di sebelah kanan Eji, menuntun sepeda.

Awalnya Naka berjalan santai, namun ketika Naka melihat anak kucing berlari, Naka ikut berlari mengejar kucing itu.

Gerakan tiba-tiba Naka membuat Eji sadar, bahwa Naka melepaskan genggamannya. Biarkan saja, yang terpenting Naka masih dapat Eji pantau.

Naka berlari dengan cepat, tentu saja meninggalkan Eji yang masih berjalan santai.

Sesuai permintaannya sendiri, Naka sudah standby di depan minimarket untuk membeli makanan ringan. Ia menunggu Eji yang tertinggal olehnya.

Eji melihat adiknya sudah berdiri di depan pintu minimarket, dan Eji melihat jelas perbedaan raut wajah anak itu. Beberapa menit lalu Naka terlihat ceria, kini Naka mengeluarkan ekspresi cemberut. Sepeda Naka diparkirkan terlebih dahulu, lalu Eji mengajak Naka untuk masuk.

"Eji"

"Ya, sayang. Kenapa?"

"Eji, kenapa kakak-kakak di sana keren banget?"

"Iya, keren"

Mendengar jawaban dari Eji, Naka semakin melengkungkan bibirnya ke bawah. Entah apa yang anak itu inginkan, Eji tak tahu.

"Naka mau jajan apa?"

"Gak mau, gak jadi"

"Lho, kenapa?"

Naka menghentakkan kakinya, berjalan menuju ujung rak dan berjongkok di sana. Naka terlihat menyedihkan, dengan kedua tangan yang dilipat dan kepala yang disembunyikan dikedua tangan itu.

"Naka kenapa? Mau cerita sama Eji?" Yang lebih dewasa menghampiri si kecil, menggendongnya dan menanyakan perihal keinginan anak itu.

Naka menyembunyikan wajahnya pada pundak Eji, lalu menangis kecil agar orang lain tak mendengarnya.

"Naka mau keren juga, Eji.... Hiks..."

Ujung kepala Naka dielus Eji, lalu kening Naka dikecup Eji "Naka sudah keren, sayang.."

"Tapi Naka mau keren kayak kakak-kakak itu"

"Sayang, kamu terlalu kecil buat masuk genk kayak gitu"

"Tapi Naka mau, Eji.."

"Nanti kalo Naka sudah besar, ya? Kamu kan masih bayi, masih perlu dijaga" Mendengar nasihat Eji, Naka hanya mengangguk.

Jika kalian ingin tahu, setelah Naka mengejar anak kucing yang berlari, Naka memutuskan untuk menunggu Eji di depan minimarket. Namun, di sebelah Naka terdapat perkumpulan club' motor yang juga sedang beristirahat di depan minimarket itu.

Naka tertarik untuk bergabung, sepertinya menyenangkan menjadi anak motor seperti itu dan hal itu terlihat keren bagi Naka. Namun apalah daya, Eji tidak mengijinkan, dan kenyataannya Naka tidak bisa membawa kendaraan roda dua itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pohon Permata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang