20

160 7 0
                                    

Kejadian yang Naka alami kali ini, tanpa Eji. Tak ada Eji di sisinya.

Walaupun Eji tak ada di sini, tapi Nathan menjadi penenang ketakutan Naka. Naka hanya duduk di kursi yang tersedia, dan melihat Nathan yang sedang berusaha menelpon teman satu bus nya.

Wajah Naka merah karena sedari tadi Naka menghabiskan waktunya untuk menangis.

"Ayo!" Nathan mengulurkan tangannya pada Naka. Naka menerimanya dan menggenggam sangat erat.

Setelah berjalan cukup lama, kaki Naka terasa mulai pegal. Rasa pegal di kaki Naka akan bertambah jika dirinya terus memaksakan untuk berjalan.

"Kak, sakit"

"Why?"

"Kakinya Naka sakit"

"Don't cry"

Nathan memeriksa kaki Naka. Meraba-raba bagian mana yang terasa sakit.

Nathan rasa, kaki Naka memang tidak  mempunyai kemampuan untuk berjalan lama. Sama seperti adiknya, adik Nathan akan mengeluh sakit di malam hari karena kegiatan yang dilakukan pada siang hari.

"Tahan sedikit lagi, ya? Naka bisa, kan?"

Perjalanan mereka kembali berlanjut. Nathan yang memimpin arah untuk Naka, sesekali Nathan memeriksa kondisi Naka.

Naka yang awalnya terus menunduk, seketika terkejut ketika menegakkan kepalanya. Bus yang mereka tumpangi ada di depannya.

Mr. Radian ternyata sedari tadi menunggu kedatangan Naka dan Nathan. Radian menyambut Naka dengan permintaan maafnya.

Naka berlari ke pelukan Mr. Radian. Naka menangis sejadi-jadinya. Rasa takut Naka kini berkurang. Naka takut sekali jika ditinggalkan dan hidup luntang-lantung tak tahu arah.

Radian membalas pelukan Naka. Berkali-kali kata maaf Naka dengarkan dari Mr. Radian.

Mr. Radian menjelaskan bahwa mereka hanya berpindah parkir dari gerbang 1 menuju gerbang 2. Kedua gerbang itu memang cukup jauh jaraknya.

Radian tak lupa pada Naka dan Nathan. Kalian tahu? Radian sama-sama tertinggal. Jadi, Radian pun sama terkejutnya melihat bus yang tak ada di parkiran awal.

Sebagai permintaan maaf Radian, Naka akan menjadi fokus utama Radian kali ini. Murid-murid yang lain pun akan tetap di fokuskan. Tetapi karena kesalahan pihak bus, Naka harus lebih diprotective kan.

Tak lupa Radian pun meminta maaf pada Nathan. Nathan hanya menganggukkan kepalanya dan mengajak Naka untuk masuk kedalam.

Bus itu mulai berjalan keluar rest area. Semua yang berada di bus bernyanyi ria, kecuali Naka.

Naka ingin mengadu pada Nathan perihal rasa tidak enak pada badannya, tapi Nathan tertidur. Untung saja Mr. Radian berjalan mengecek satu persatu murid.

Ketika Radian bertanya keadaan Naka, Naka dengan cepatnya menjawab bahwa dirinya pusing dan mual.

Naka disuruh Radian untuk keluar dari kursinya, sebab Radian tak bisa mengecek langsung keadaan Naka karena terhalang oleh Nathan yang sedang tertidur.

Setelah Radian cek, suhu tubuh Naka stabil. Mungkin Naka hanya lemas saja. Radian menuntun Naka untuk berjalan ke depan, ke arah pengemudi.

Radian meminta teman kerjanya untuk mengeluarkan minyak hangat dan keresek untuk berjaga-jaga. Minyak itu sudah Radian balurkan pada tubuh Naka, tapi Naka tetap merengek tak enak badan.

Radian waspada, sepertinya Naka akan memuntahkan isi perutnya. Radian menyuruh Naka duduk pada kursi yang Radian tempati.

Di bagian depan bus, terdapat tiga kursi. Kursi untuk supir di sebelah kanan, dan dua kursi untuk tour guide di sebelah kiri.

Pohon Permata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang