PART 1

147 12 1
                                    

Larangan adalah perintah. Sudah ku peringati untuk tidak berada di daerah Ethergale tetapi kalian tidak mengindahkannya. Tidak masalah. Nyali kalian cukup berani, kalau begitu.

Semua tahu, penyihir itu terkutuk adanya. Terkutuk karena mengutuk, sehingga mereka terasingkan. Dan, kehidupan ku berada diantaranya.

Disaat semuanya membuktikan bahwa diri mereka bukan bagian dari penyihir, aku dan temanku-yang beberapa hanya ku kenal namanya atau ingat wajahnya-membuktikan bahwa kami adalah penyihir sejati. Mempelajari sihir seperti Hogwarts, dan terasingkan seperti Nevermore membuatnya terdengar sangat menantang untuk dijalani.

Aku Shiya. Disini, aku tak akan berbagi mantra aneh dan absurd untuk membantu mu menjalani hidup dengan instan. Aku akan menyihirmu ke dalam dunia cerita dan kau berada dalam kendaliku.

***

BRAK!!!!

"Pagi, vampir gadungan! Kupikir sudah saatnya kau pergi sebab tempat Ratu Gelap saat ini sudah ku terangi dengan seluruh cahaya yang dimiliki alam semesta!" Sepasang tangan membuka paksa kelopak mata ku.

Itu Inka. Pengacau paling hebat dan teman terbaik. Yap, dia sahabatku. Setiap harinya, dia punya jadwal khusus pukul 6 pagi tepat dengan berbagai rencana menyebalkannya yang tak terduga. Yang paling ku benci, jendela terbuka lebar. Menyebabkan cahaya matahari yang tak panas namun menyilaukan membuat rusuh alam mimpi ku.

BUKKK!!

"Awww!!! Sialan, rambutku!!!!" Bantal yang ku lempar dengan tenaga dalam sepenuhnya meski mata masih terpejam dan nyawa tak terkumpul sempurna tak disangka mengenai kepalanya.

"Shiya, kalau kau tak segera bangun, ku pastikan tak ada celah bagi kegelapan memasuki kamar mu lagi. Ku robohkan semuanya hingga lebih rendah daripada tanah!"

Aku tertawa kecil. Inka sangat peduli, pada rambutnya. Dan fashion, tentu saja. Dia bangun lebih awal dari jam bangun tidur seluruh makhluk di dunia untuk menampilkan gaya cetar membahana yang bervariasi tiap harinya.

"Kalau begitu, kita akan bertukar kamar. Dan ku tendang semua barang-barang mu kemari." balasku sembari melakukan peregangan kecil untuk melemaskan tubuh yang kaku.

Sahabatku itu sedang sibuk merapikan rambut sehalus sutra kesayangannya. Dengan ekspresi nakal dan yakin, aku bangun dari posisi lalu mengambil ancang-ancang. Kemudian aku berlari ke arahnya, mengacak rambut tak tentu arah dan meninggalkan ruang kamar untuk melindungi diri.

"10 menit lagi, kita akan segera sarapan!" Inka memperingatkan.

Aku tak akan memberi tahu apa menu sarapan pagi ini, yang jelas aku lebih memilih menahan lapar sampai siang. Percayalah, hanya makhluk omnivora yang mau memakannya.

"Pagi, Shiya. Sudah mengambil jatah merajuk saja." Hugo menowel dagu yang ku sangga menggunakan tangan kanan. Teman laki-laki yang paling lama bertahan dengan sikap judes dan membosankan-kata orang-orang-yang ku miliki.

"Makan saja rumput lembek berwarna gelap itu." Aku menggelengkan kepala pelan, bergidik geli menatap kumpulan sayuran hijau yang membentuk sup tak terdefinisi rasanya.

Saat mengalihkan pandangan, mataku bertaut dengan mata anak laki-laki di meja seberang. Si peringkat 1, bagaimana bisa laki-laki sepintar itu? Biasanya dalam urusan sekolah, perempuan menempati posisi teratas. Bukan berarti laki-laki tidak bisa. Hanya saja.... Terlalu unik dan langka jika ada.

Kami sebenarnya saling mengenal, satu kelas. Namun, hanya saat berurusan dengan materi sekolah dan tugas saja dia bersikap ramah. Selebihnya, labil. Kadang seperti orang asing, kadang bak teman lama yang kembali berjumpa. Ingin ku bertanya mengenai hal ini tapi selalu ku tepis pikiran itu begitu saja. Nyatanya, kami memang tak sedekat itu. Perlu sering-sering ku ingatkan pada diriku sendiri bahwa kami hanya saling mengenal. Tapi aku merasa ada hal lain.

***

Catatan penulis:

Haiii!!!
Ini cerita pertama yang dibikin setelah lama hiatus.... hibernasi lebih tepat mungkin. 😅
Enjoy, btw! 😗

ETHERGALE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang