PART 10

18 4 0
                                    

Aku berjalan beriringan dengannya kembali saat perjalanan keluar dari hutan Ethergale menuju asrama. Kami tak banyak mengobrol, tak seperti sebelumnya, sebab mulai banyak murid lain yang sudah mulai berkelana mencari keberadaan Cleaothes yang sudah berpindah tempat dalam sekejap. Selain penjaga penatu yang melayani murid, secara kasat mata, Cleaothes dijaga oleh roh nenek moyang penyihir terdahulu sehingga muncul dan hilangnya penatu Ethergale yang terkenal itu bergantung pada keinginan roh untuk menunjukkan atau tetap menyembunyikannya.

Kami berdua juga berpapasan dengan teman satu kelompoknya, seorang gadis nyentrik yang ku dengar-dengar namanya Inka dan seorang tikus buruanku saat ujian akhir sihir penyerang dengan Mister Alban, Hugo. Aku tak terlalu menyukainya, tapi tidak juga membencinya. Satu hal darinya yang bermasalah denganku hanya betapa ia suka sekali mencari perhatian. Begitu natural dan alami dibuatnya tetapi menurutku berlebihan.

"Tatapannya sungguh berbeda jika tertuju pada Shiya. Sepertinya ia benar-benar menyukai gadis itu. Tak heran sih, Shiya pintar juga berpenampilan menarik dan attractive." ucap Argus saat Shiya sedang sibuk bercanda bersama kedua temannya. Aku menyorot tajam Hugo yang tersenyum menatap Shiya begitu intens.

"Tapi, tenang saja. Shiya begitu luar biasa. Pasti standar lelakinya juga tinggi. Hanya kau yang terbaik diantara kami, para murid cowok angkatan kedua Ethergale. Shiya juga terlihat tak tertarik menjalin hubungan lebih dari teman dengan kakak kelas maupun adik kelas. Kak Rasmus saja waktu itu terang-terangan mendekatinya dan Shiya mundur pelan-pelan menunjukkan penolakan dengan begitu halus." timpal temanku panjang lebar. Argus adalah orang kedua yang paling dalam masuk ke duniaku setelah Shiya. Kami dekat karena tumbuh remaja di lingkungan yang sama sebelum menjadi murid Ethergale.

"Aku tidak peduli. Aku hanya jijik pada orang yang menunjukkan rasa suka begitu terang-terangan. Lagipula, bukan dia tujuanku berada di Ethergale." balasku tanpa mengalihkan pandangan dari objek yang sedari tadi aku lihat.

"Sejujurnya, aku ingin mengungkit dirimu yang seolah mengelompokkan ku dalam bagian orang yang menjijikan karena menunjukkan cinta dengan jelas pada pacar ku. Tapi, aku lebih suka membahas yang satu ini...ada apa dengan sorot mata mu itu, hm??"

Tatapan menyelidik ku berpindah cepat kepada Argus, membuatnya memalingkan wajah secara acak ke lain arah. Mereka bertiga sudah selesai membuat keributan dengan ocehan bising begitu aku kembali memperhatikan titik dimana mereka bertemu. Shiya memandang ke arah ku dan Argus selama beberapa detik tanpa menghentikan langkahnya.
Aku menyusulnya setelah mendoakan keberuntungan Argus dalam mencari Cleaothes. Langkahku melamban setelah berada di sampingnya. Dia menoleh. "Aku tidak tahu kau punya teman, atau kenalan. Selain, anak-anak yang suka mencontek jawaban tugasmu, maksudku."

"Tempat tinggal kami berdekatan sebelum masuk ke Ethergale." Dia mengangguk-angguk lalu berjalan cepat karena waktu sudah menunjukkan apel siang dimulai sekitar 2 jam lagi.

***

Di siang yang terik, beberapa murid Ethergale berbaris dalam kelompoknya masing-masing memakai seragam bitterblack kebanggaan yang didapat dengan penuh perjuangan. Beberapa sisa nya masih berjuang untuk mendapatkan seragam mereka dan akan mendapatkan pengumuman terpisah saat hendak memasuki ruang ujian nanti. Murid angkatan pertama melakukan apel di lapangan rumput, murid angkatan kedua di aula terbuka sementara murid angkatan ketiga di lapangan utama. Apel angkatan kedua kembali dipimpin oleh guru kesiswaan kami, Miss Aimee. Ia tersenyum mengawali pemberitahuan terkait pengadaan ujian akhir bagi murid angkatan kedua.

"Mencari Cleaothes seperti bermain ular tangga, bukan? Kadang kau beruntung bertemu tangga dan naik alias menemukan Cleaothes sebenarnya dalam waktu singkat. Atau bertemu ular dan memulai perjalanan kembali, mencari Cleaothes yang sebenarnya. Tapi, itu petualangan yang menjadi bagian dari memori di Ethergale."

Beberapa murid tertawa, atau sekedar tersenyum mengingat perjalanan mereka tadi. Aku refleks menoleh ke belakang mencari keberadaannya dan mendapati dirinya sedari tadi sudah memandangku. Aku berhenti menoleh. Otakku bertanya-tanya, sedang apa dia berkelakuan seperti itu?

"Baiklah. Ini dia pemberitahuan mengenai ujian akhir. Akan ada 3 tahapan, ujian individu, ujian partner dan ujian berkelompok. Mengenai partner akan ditentukan oleh guru pengawas ujian." Murid Ethergale membuat keributan dengan keluhan. Mereka berharap dapat berpasangan dengan teman dekat yang mereka inginkan. Aku sendiri hanya berharap tak mendapat pasangan yang bodoh. Cukup itu.

Miss Aimee membuat isyarat diam dan berhasil membuat kondisi sunyi tenang seperti semula. "Ujian kelompok dilakukan per kelas. Peraturan tiap ujian akan diberitahukan langsung sebelum pelaksanaan. Dan sebagai guru kesiswaan angkatan kedua, saya ingin memberi nasihat bahwa... Menjadi penyihir berarti logis, bukan sekedar magis. Terimakasih."

Riuh tepuk tangan selalu ditujukan untuk kalimat terakhir Miss Aimee yang seolah bak oasis di gurun pasir yang tandus. Membakar semangat dan memberi harapan. Murid Ethergale pun diperbolehkan kembali ke asrama masing-masing.

"Yang menjadi partner-mu sungguh beruntung dan terjamin. Siapa ya agaknya? Bolehkah aku berharap?" ujar anak lelaki di kelasku yang tak ku ketahui namanya. Aku merespon dengan seringai kecil dan melenggang ke gedung asrama.

"Hei, semuanya! Bagaimana dengan tarung kecil antar kelas nanti sore? Untuk latihan saja. Tak boleh ada yang terluka fisik, tak boleh berlebihan. Bagaimana?" usul ketua angkatan kami. Semua terdengar menyetujuinya sedangkan aku menurut saja.

Sesampainya di kamar, aku memilih melakukan tidur siang untuk beberapa menit ke depan sembari menunggu sore datang. Aku merasakan diri ini mulai tidak rasional.

Benarkah gerbang ini sudah berada dekat dengan kuncinya?

***

Catatan penulis:
Penulis menyatakan, bahwa saat menulis cerita menggunakan POV Oxen, penulis merasa sangat tidak punya hati...😭
Kek...lepas aja gitu semuanya, gak perlu mikir kasar/sarkas tapi saat dibaca rasanya kayak..ni tokoh gak ada sopan santunnya..😞
Besok Senin, all !!~
Jangan lupa nugas! ƪ⁠(⁠˘⁠⌣⁠˘⁠)⁠ʃ

ETHERGALE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang