PART 19

12 4 0
                                    

Aku berdiri di tengah jalan diatas teriknya matahari yang mulai condong ke barat. Dengan bunga rockets ku genggam erat menggunakan kedua tangan, dalam hati hendak ku teriak sebuah kata untuk mengumpulkan jawabanku. Namun, setiap kata itu sudah sampai di ujung lidah, otakku seolah berteriak keras melarangnya. Ada sebagian dari diriku yang belum yakin bahwa ini merupakan jawaban yang tepat.

Kalau memang bunga rockets adalah tujuan akhir, meski dijatuhkan di hutan gersang lalu akhirnya bisa keluar menuju sepetak kota kecil ini, tanpa menemukan bunga yang diperintahkan untuk dicari di tempat manapun. Itu tidak masalah. Kami sebagai murid sekolah sihir tentu punya tongkat. Dan kami bisa mewujudkan apa saja asal tahu mengenai ilmunya.

Berarti, seharusnya sedari tadi semua siswa sudah mengumpulkan tugas mereka, bukan? Namun, aku tak mengetahuinya. Sepertinya guru pengawas juga tak berniat membagikan informasi mengenai siapa saja yang sudah menyelesaikan tugas ini sebelum tenggat waktu berakhir. Juga ada sedikit yang membuat kami sebagai muridnya, terlena. Ethergale tak pernah menyalahkan jawaban kami, konon katanya tak ada jawaban yang salah, hanya kurang tepat. Walau begitu, jawaban kami apapun juga, saat dikumpulkan pasti selalu diterima. Tahu-tahu, jika jawaban banyak yang kurang tepat, nilai kami seperti suhu udara dingin. Minus.

"Mengikuti kecurigaanku, sepertinya aku perlu mengetahui apa saja yang ada di dalam perpustakaan itu." tukas ku pada diri sendiri.

Aku tak akan berlebihan apalagi sampai kurang percaya diri terhadap jawabanku seperti ini jika saja aku tak mendengar ada sekumpulan kakak kelas yang membicarakan bahwa ujian angkatan kedua sama sekali di luar bayangan mereka dan sangat jauh dari ujian tahun sebelumnya. Itu bisa berarti begitu susah, tak dapat ditebak, dan banyak kejutan di luar nalar yang tersembunyi jika tak dianalisis dengan sungguh-sungguh.

"... Dalam sesuatu selalu tersembunyi sesuatu yang lain. Gunakan kemampuan mu sesungguhnya, maka selalu ada yang bisa kau lakukan. Semoga berhasil, Shiya."

Suara Miss Aimee terngiang-ngiang di telingaku.

"... Begitu matahari sudah menyembul, tugas awal untuk hari pertama ujian akhir tahun angkata kedua ialah... Mencari setangkai bunga Rocket."

"... Dan sebagai guru kesiswaan angkatan kedua, saya ingin memberi nasihat bahwa... Menjadi penyihir berarti logis, bukan sekedar magis. ..."

Bukan bunga rocket dalam bentuk fisik yang diminta dalam tugas kali ini!! Sesuatu dibalik sesuatu... Sesuatu dibalik bunga... Makna... Filosofi! Filosofi bunga rocket!!

Aku berlari sekuat tenaga, berusaha untuk segera sampai di perpustakaan kecil itu. Pintu toko ku dorong seenaknya hingga menimbulkan suara lonceng yang keras namun tak merdu sama sekali. Aku menyibak tanaman merambat pada sisi di sebelah meja penjaga yang memunculkan pintu perpustakaan.
Di dalamnya, jari jemariku dengan gesit menelusuri tiap susunan buku yang ada. Semua buku tentang bunga dari fisiologi, khasiat, hingga efeknya dalam mengundang suasana tertentu jika diletakkan di rumah. Dan, tentu saja, the language of flower, bahasa dari bunga.

Halaman dengan abjad awal R langsung menjadi tujuanku. Rosebay.. Rhubarb... Rocket!! Uh oh..?? Rivalry, persaingan. Ujian akhir tentu saja terdapat persaingan untuk mendapat dan menjadi yang terbaik. Kalau begitu...

"Espectáculo!"

TTRINGG!!~

Sesosok makhluk berdiri berhadapan denganku yang juga sedang berdiri di sisi lain meja. Dalam sikap siaganya yang kukuh, dia mengangkat tongkatnya setinggi bahu seolah ia siap mengacungkan dan menyihirku menjadi apa saja jika berbuat yang tidak-tidak. Aku terkesiap hingga menarik tubuh ke belakang beberapa sentimeter.

Sementara aku mendekat kembali hingga tak membentuk jarak dengan meja, ia menurunkan tongkatnya perlahan. Aku menjulurkan tangan ke arahnya, berusaha membuktikan kalau mahluk ini bukan jadi-jadian atau imajinasi semata. Dan, dia menangkap tanganku dengan cepat.

Kami menatap satu sama lain. "DONE!!" ucapku dan sosok itu secara bersamaan.

Suara Miss Aimee menggema.

"Selamat, seluruh anak yang mengikuti ujian akhir angkatan kedua berhasil menyelesaikan tugas pertama. Tugas kedua, akan diberitahukan malam ini dengan waktu pelaksanaan sejak matahari terbit hingga terbenam. Waktu yang tersisa dapat digunakan untuk beristirahat. Terimakasih semoga kalian mendapat nilai hasil akhir yang terbaik!"

Aku menghembuskan napas panjang. "Karena aku yang berpindah kesini, sepertinya kau yang akan mendapatkan nilai plus, ya? Menyebalkan." keluh sosok itu.

"Baguslah. Siapa tau aku bisa merebut posisi mu tahun ini!" balasku dengan tegas.

Dia menyeringai. "Seperti bulan terbit di siang hari. Tidak tahu tempat."

Mata ku terpejam perlahan sembari menarik dan membuang napas teratur. Sudah biasa, memang Oxen seperti itu. Apalagi berhubungan dengan pendidikan, dia mematikan hati dan membakar habis ambisi hingga ia berada pada posisi teratas dimana tidak ada siapapun yang bisa menjangkau bahkan melihatnya.

"Jadi, aku ber-partner denganmu di ujian sekarang?" Giliranku bertanya.

"Siapa suruh memikirkan ku saat menjawab tugas tadi." Geer sekali jawabannya.

"Berarti tugas tadi itu... Dibalik pencarian bunga rocket bermakna persaingan, sebenarnya kita diperbolehkan memilih partner sendiri dimana ia adalah saingan kita, bukan? Itu kamu, yang tak mau kalah dari ku. Kau juga menyetujuinya, untuk menjadi partner-ku."

Dia menyentil dahi ku cukup keras, membuatku berteriak karena dampak rasa sakitnya yang bersahut-sahutan begitu terasa di kulit sampai tulang tengkorak. "Karena kau memang saingan ku maka nya aku tidak mau dan tidak akan pernah mau untuk kalah dari mu. Kau juga akan cukup berguna sebagai seorang partner, dan aku juga kandidat partner yang menguntungkan dan menjanjikan."

"Fret." umpat ku terang-terangan. Kekehan kecil keluar dari nya.

"Ayo makan." ajak Oxen.

"Aku sudah makan siang."

Dia mengernyitkan dahi. "Temani aku kalau begitu. Sudah berdua begini, kau mau tetap sendirian saja." Oxen meninggalkan ruang perpustakaan kecil tanpa menunggu respon balasan dariku.

Seperti anak ayam yang mengekor kemanapun induknya melangkah, seperti itulah yang diriku sekarang lakukan pada Oxen. Sebuah pilihan yang diambil dengan secuil amat kecil hati.

***

Catatan penulis:
I came with a new look!!~~
Musik rekomendasi, yang terinspirasi dari sebuah buku (lupa judulnya apa) yang ngasih rekomendasi playlist. So, i do the same, hehe. Juga karena aku suka nulis sambil muter musik..~
//
Aku enjoy kali kalau nulis adegan mereka berdua di satu panggung begini...pembaca juga adem kan ya liatnya meskipun dialog dan act mereka suka agak-agak bikin ngenes..?? ☺️☺️
//
Malam ini diriku tanpa tugas!! Euforia \⁠(⁠๑⁠╹⁠◡⁠╹⁠๑⁠)⁠ノ⁠♬

ETHERGALE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang