Menu makan siang kali ini tidak berat. Malah aku seperti melewatkan makanan utama. Meski hanya makanan manis, sepotong cukup besar kue black forest membuat perut ku tidak ribut. Uniknya, aku makan siang di kedai es krim.
Sedangkan gadis itu, menikmati es krim coklat nya dengan perlahan dan tenang tanpa terganggu oleh apapun. Ia bahkan seolah-olah duduk memakannya sendiri karena mengabaikan keberadaan ku yang duduk di hadapannya.
Aku setuju menyatakan hal ini aneh. Bahwa aku benci berbicara terlalu banyak tetapi tidak suka dengan suasana hening jika sedang tidak sendirian. Benar, kami memikirkan urusan masing-masing tetapi selayaknya makhluk, bukankah sebaiknya ada interaksi?
Aku berdeham, membuat perhatiannya terarah padaku. "Terimakasih sudah menemaniku makan."
Seolah mempertimbangkan sesuatu, dia memutar bola matanya ke samping kanan dan kiri hingga akhirnya mengangguk pelan. "Tidak masalah.
"Bagaimana menjadi murid angkatan kedua Ethergale?" tanya ku yang tidak mau suasana dikendalikan keheningan begitu saja. "Menurutmu." Aku menambah keterangan saat Shiya menatapku cukup lekat.
Sial, aku larut dalam bola matanya yang jernih, menampakkan jelas bagian iris nya yang berwarna coklat madu. Menghipnotis laksana danau tenang yang tak akan membiarkanmu berdiri di pinggiran tetapi menuntun mu ke tengah dan menarik mu ke pusat dasar danau yang dalam.
Aku mengalihkan pandangan begitu sadar diriku mulai tak terkendali. Dia menggumam sebentar. "Merasa lebih baik dalam artian lebih tangkas dan memahami bagaimana sihir dan dunia sihir itu sendiri. Saat tahun pertama, aku merasa hanya membawa darah penyihir tanpa tahu aku harus bagaimana dan melakukan apa untuk menunjukkan pengabdian ku pada kaum asal. Sekarang, aku merasa lebih berguna untuk dunia sekitarku. Tapi gila juga sih kalau mengerjakan tugas yang lumayan berbobot. Biarlah, begitulah sekolah. Menyenangkan kok, belajar dan bersenang-senang disaat yang sama."
Aku menarik satu sudut bibir mendengar penjelasannya yang selalu mendetail saat menjawab pertanyaanku. "Kau bagaimana?" Shiya melontarkan kembali pertanyaan yang ku ajukan.
"Tidak buruk. Apalagi kemampuanku tidak menurun. Aku suka belajar kehidupan dari guru-guru Ethergale terutama yang sudah lanjut usia. Mereka tidak rewel jika seandainya aku tidak menjawab pertanyaan yang mereka beri." Shiya tertawa kecil. Manis. Eh?! Siapa yang berbisik kata itu di otak ku?! Tidak, itu bukan diriku! Sama sekali bukan aku. Senyum nya juga biasa saja.
"Kenapa memangnya kalau kemampuanmu turun? Sepertinya posisi teratas mu tak akan semudah itu tergeser olehku kan?"
Aku menggeser piring kecil tempat kue ke sebelah kanan kemudian berdiri. "Maaf, sebentar." Dia tersenyum dan mengangguk ke arahku sebagai respon.
Aku menuju etalase es krim yang berada cukup jauh dari meja tempat duduk kami yang berada di pinggir jendela. Dua sekop es krim vanila ku letakkan dalam mangkuk lalu kembali ke tempat Shiya berada. "Yah, aku akan dikeluarkan secara tidak elit dari Ethergale." ucapku mengatakan jawaban yang sempat tertunda.
"Sadis sekali. Mengapa bisa begitu?"
"Perjanjian ku dengan keluarga ku." Lidahku berhenti mencerna setelah menyadari apa yang ku katakan. Dengan keadaan masih terkejut, sorot mataku tertuju pada Shiya yang hendak menyuap sendok ke dalam mulutnya. "Apa? Aku bukan penjual rahasia dan cerita. Tenang saja, jangan seperti hampir sekarat begitu." Ia bersuara tenang. Bisa-bisanya dia meledek ekspresi ku di akhir ucapan?!
"Baguslah."
Kami berdua menikmati es krim masing-masing sembari memandang ke arah luar jendela dimana matahari mulai tenggelam ke ufuk barat. Entah mengapa, tiba-tiba Shiya memejamkan matanya cukup kuat kemudian mencuri pandang ke arahku. "Kau baik-baik saja?" tanyaku keheranan.
Dia berbuat yang sama kembali. Memejamkan mata kuat lalu menghembuskan napas kasar. "Anu...bolehkah aku minta punyamu?" Jari telunjuknya mengarah pada mangkuk ku. "Iya iya, aku tahu, aku punya kaki yang masih berfungsi dimana aku seharusnya bisa mengambil sendiri tapi—"
Aku mencuri sesendok es krim dari mangkuknya. "Barter." Dengan semangat, dia mendorong mangkuk nya ke tengah hingga mangkuk es krim kami berdekatan satu sama lain.
"Katakan saja jika menginginkan sesuatu. Yang tadi tidak seperti Shiya."
"Memangnya seperti apa aku di mata mu?" Dagu nya maju ke depan sekilas seolah menantang ku untuk memberi jawaban yang mendukung argumentasi tadi.
"Berani, kadang nekat. Aktif, untung saja tidak hiper. Tau apa yang diinginkan dan dituju juga berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya. Cantik..."
Shiya yang awalnya mendengarkan dengan santai seketika mengernyit. Aku tersenyum menyendok es krim ke dalam mulut dan mencerna nya perlahan untuk menggodanya yang menunggu penjelasan lebih lanjut mengenai pernyataan terakhir.
"...otaknya. Sampai-sampai aku tak boleh lengah mempertahankan posisi kalau tidak mau direbut oleh nya begitu saja." jelas ku dengan wajah mendekat ke arahnya.
Salah satu ujung bibirnya tertarik ke atas. Dia tersenyum simpul kemudian mengangguk mantap seolah bangga dengan deskripsi diri nya yang ku jabarkan.
Terkekeh aku dibuatnya. Dasar nona nomor dua.
***
Catatan penulis:
NO COMMENT!
NGENESS BET, BUTUH OXEN!!!
(╥﹏╥)( ⚈̥̥̥̥̥́⌢⚈̥̥̥̥̥̀)ʕ´• ᴥ•̥'ʔ
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHERGALE [COMPLETE]
FantasyDunia ini... Terlalu membosankan untuk dianggap serius. Terlalu berbahaya untuk dianggap menyenangkan. Setidaknya aku tahu keduanya akan selalu seimbang takarannya. Tapi, sepertinya spesial untuk penyihir. Makhluk yang dianalogikan terbungkuk dengan...