PART 15

11 4 0
                                    

Setelah padang rumput hijau, menuju hutan kering. Mungkin ruang ujian selanjutnya ialah tundra. Padang es tanpa vegetasi kecuali lumut, hanya jika suhunya optimum untuk tumbuh.

Jujur, aku lebih suka ujian tahun ini yang mengadakan tugas individu sebagai tahap pertama penilaian. Aku menikmati segala hal yang ku lakukan sendiri. Semua berada dalam kendali dan pengawasan ku yang pastinya berkualitas. Tak perlu diragukan apalagi diremehkan.

Sekeluarnya dari hutan, terbentanglah sepetak kota kecil. Anehnya, tak ada bangunan yang tampak seperti rumah, wisma penginapan, atau bangunan yang terlihat seperti tempat tinggal makhluk hidup. Semua yang berjejer adalah toko, tanpa penjaga sama sekali. Luar biasa, guru pengawas masih memiliki hati nurani untuk mencukupi kebutuhan sandang dan pangan kami. Bagaimana dengan papan? Tidur dimana saja tak masalah, asal tak terlalu panas ataupun dingin. Kenapa aku jadi seperti tumbuhan yang dipengaruhi suhu dalam pertahanan hidupnya? Masa bodoh.

Aku mengambil roti lapis dan air mineral dari toko dan swalayan yang ada, kemudian duduk di bangku yang nampak seperti bangku taman. Aku mengucapkan terimakasih dalam hati atas apa yang ku dapat. Ajaran keluarga yang selalu ku genggam, tak pernah ada istilah 'too much to say thank you.' Bantuan apapun perlu dibalas kembali, setidaknya dengan ucapan terimakasih. Meski subjek yang ditujukan rasa terimakasih dalam situasi kali ini tak pasti, mengingat hanya ada diriku sendiri di tempat ini.

Selepas sarapan, aku merenungkan tugas pertama yang telah diberikan. Mencari bunga Rocket. Jarang sekali, aku mendengar nama bunga itu.
Mungkinkah bunga liar? Jika iya, kemungkinan hanya ditemukan dalam hutan tetapi mustahil untuk kondisi sekarang yang kering seperti itu.

Aku memikirkan kemungkinan yang lebih realistis. Toko bunga, setidaknya hal bernama bunga ada disana ketimbang di hutan kering yang mulai tandus. Langkahku pun mengarah pada toko bunga terdekat. Sesampainya disana aku mulai memandangi lekat-lekat satu per satu bunga yang dipajang.

"Huh?? Bunga Rocket itu seperti apa??"

Aku menepuk jidat merasa begitu bodoh. Sungguh memalukan!

Aku masuk ke bagian dalam toko bunga, mengitari tiap jalan setapak yang bisa dijajaki. Aku tersenyum berhenti di sebuah sudut yang menyemburatkan warna mengkilat dari benda seperti kenop pintu. Langkah ku menghampiri lebih dekat sudut tersebut.

Nampaknya tak perlu berpikir lagi perihal tempat tidur malam ini. Sebuah ranjang lengkap dengan bantal dan selimut berada dalam ruangan kecil tanpa lemari atau barang pelengkap apapun. Hanya gantungan pakaian dinding yang terletak di sebelah kanan dari pintu yang tertutup oleh tanaman merambat yang mengingatkan ku akan Cleaothes. Cara yang cukup kuno untuk menyembunyikan sebuah tempat dengan tanaman merambat tapi sepertinya sengaja dibuat seperti ini agar murid mudah untuk menemukannya karena teringat pada Cleaothes.

Beberapa menit selanjutnya, ku sibukkan diri dengan meraba tiap dinding yang terhalang oleh jajaran bunga ataupun tanaman. Lalu tanganku merasakan sedikit pergeseran sesuatu setelah mendapati peralihan dinding bertekstur kasar menuju kayu yang bertekstur halus. Sebuah ruangan kembali ditemukan dibalik untaian tumbuhan berbunga Mandevilla yang menutupi pintu bersistem geser. Ternyata perpustakaan kecil.

Sebelum memasukinya, insting berhati-hati ku kembali bergejolak. Memberi fasilitas pemenuhan kebutuhan hidup saat ujian, tentu saja wajar. Itu salah satu kewajiban Ethergale pada muridnya. Namun, mengingat kembali tugas yang diberikan di tempat yang tidak seharusnya—mustahil menemukan bunga di hutan kering–mungkin saja... Mereka menyembunyikan sesuatu di suatu tempat, bukan? Tetapi mengapa tiap jengkal yang disembunyikan dapat ditemukan dengan mudah? Bukankah itu aneh?

Aku mengusir pikiran-pikiran merepotkan itu tanpa menghilangkan rasa kehati-hatian ku. Tiap jejer buku disusuri oleh jari jemariku hingga akhirnya aku menemukan buku yang ku cari. Semua tentang bunga. Didalamnya terdapat deskripsi serta sketsa hitam putih dari bunga yang dimaksud. Segera ku cari halaman yang membahas mengenai bunga Rocket.

PRANGG!!

Suara vas bunga dari tanah liat yang pecah berbunyi nyaring dan menarik perhatian ku dari lembaran buku, membuatku keluar dari perpustakaan kecil itu dengan tergesa-gesa. Seekor tupai kecil berlari dari sudut dibalik meja penjaga, menabrak vas bunga lain, menjatuhkan serta memecahkannya hingga tercerai berai tiap potongannya. Aku mengacungkan tongkat untuk memastikan tupai itu bukan jelmaan makhluk atau siapapun. Beruntung, hanya tupai biasa. Hewan kecil itu lenyap dalam sudut lain dibalik seikat bunga ageratum yang setelah ku pindah keberadaannya, memunculkan lubang cukup besar yang dimanfaatkan sebagai jalur masuk oleh hewan-hewan kecil.

Aku menyeringai. Sihir penunjuk wujud asli yang sebenarnya selalu berhasil mengingatkan ku pada Shiya. Dibalik kemampuan belajarnya yang cepat dan photographic memory yang selalu membuat semua murid bahkan guru terperangah, sihir itu bagai pengecualian untuknya. Aku ingat bagaimana ia meminta maaf karena berulang kali memintaku mengulangi penjelasan dan tahapan pelaksanaan mengenai sihir yang cukup kompleks ini.

Waktu itu kami belum sedekat sekarang yang memiliki waktu untuk bertengkar tiap saat. Dia masih irit bicara dan mengenakan topeng lugu yang kalem dibalik karakter aslinya yang cukup aktif.

Aku mengagumi ketenangannya menghadapi kecelakaan kecil yang terjadi 1 tahun lalu. Juga bagaimana ia tak menyalahkan partner-nya dan sama-sama bertanggung jawab untuk itu. Gadis yang tangguh.

***

Catatan penulis:
ALL!!! MINTA MAAF SEBESAR-BESARNYA KARENA DIRIKU KELUPAAN UPDATE CEPAT...🙏🏻😓
But, di part ini asik gak sie..😗
Baru kali ini nih, anak pintar ngerasa bodoh~ 😋💃🏻
Lucu kali lagi reaksinya 😆🤌🏻
ENJOY ALL!! SORRY AGAIN, ALSO...
HAPPY WEEKEND!!! ⁽⁠⁽⁠ଘ⁠(⁠ ⁠ˊ⁠ᵕ⁠ˋ⁠ ⁠)⁠ଓ⁠⁾⁠⁾

ETHERGALE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang