PART 38

7 3 0
                                    

"Kyaaa!!"

Tiga puluh anak berteriak gembira setelah membuka mata dan mendapati diri mereka masing-masing berada di lapangan utama Ethergale. Tanpa berkurang sensasi euforia sedikitpun, kami kembali melakukan tos dan berpelukan seperti saat menyelesaikan tugas kedua. Kelas alpha memang teman kerja, sahabat bahkan keluarga kecil terbaik setelah keluarga utama masing-masing.

PROK, PROKK!!
PROK!! PROK!!

Kami menoleh kesana kemari, mendapati seluruh jajaran guru Ethergale datang dari berbagai sudut dan bertepuk tangan atas keberhasilan kecil kami. "Miss Aimee, apakah kelas kami menjadi yang pertama dalam menyelesaikan ujian kali ini?" tanya Inka.

"Yah, dalam lingkup seluruh kelas, tidak. Sebab kelas-kelas tahun akhir sudah selesai terlebih dahulu dibanding kalian. Dan, entah kalian sadari atau tidak, kami kembali mengacak kalian dalam kumpulan yang baru, meski tak benar-benar baru." Aku memandang anak-anak satu persatu. Benar, ada beberapa muka yang masih cukup asing dalam ingatan ku namun khas murid Ethergale yang tak ku sadari saat berada di ruang ujian. Padahal saat melakukan atcalling aku dan Oxen benar-benar menyebutkan nama anak-anak utama kelas alpha versi tahun kedua tetapi guru Ethergale seolah memanipulasinya dan mendatangkan anak-anak dari kelas lain tanpa kami sadari.

"Rasa-rasanya wajah baru selalu ada dalam kumpulan kelas baru, Miss Aimee. Kecuali anak pintar kita. Meski begitu, wajah baru ini tak pernah terasa begitu asing." ujar Eric sembari memandang ke arahku, Oxen kemudian seluruh anak dalam kumpulan. Miss Aimee tersenyum manis memandang kami semua.

Jadi, saat kami datang pertama kali ke Ethergale, tiga ratus anak dibagi secara acak dalam sepuluh kelas yang diberi nama dengan alphabet yunani. Alpha, beta, gamma, delta, epsilon, zeta, eta, theta, iota dan kappa. Tetapi kemudian saat ada ujian praktik, kami kerap dipindahkan dan masuk menjadi anak kelas lain. Itu selalu berganti setiap ujian praktik baik yang diadakan mingguan, bulanan maupun akhir semester seperti sekarang ini. Jadilah kami punya dua status keanggotaan murid, bagian utama yang dikelompokkan oleh Ethergale tiap 2 semester atau tiap tahunnya serta bagian cabang saat kami diacak dan menjadi bagian dari kelas lain.

"Ini adalah kelas alpha yang sebenarnya. Saat pertama kali datang ke Ethergale. Kelas tahun pertama!" seru Inka. Gadis satu ini memang punya ingatan cemerlang jika berhubungan dengan manusia. Inka memang punya jiwa-jiwa sosial dan bermasyarakat yang tinggi.

"Ingatan yang luar biasa, Inka. Maka, aku dengan senang hati mengucapkan selamat bahwa untuk angkatan kedua, kumpulan kalian ini lah yang pertama kali keluar dan menyelesaikan ujian dengan baik."

Anak kelas bersorak ramai kemudian berkumpul meletakkan salah satu tangan masing-masing di tengah-tengah. "Alpha, winner!"

Hal ini memicu kebingungan, awalnya. Karena kelas kami berganti-ganti hampir tiap minggunya, bahkan pernah tiap harinya sebab ada suatu masa dimana dalam satu minggu penuh kami melakukan kelas praktik. Beruntung, tak lama setelahnya, kepala sekolah memberi arahan bahwa kami cukup melihat siapa pemimpin tetap dari kumpulan tempat kami berada.

Sebelum dikelompokkan dalam berbagai kelas, sudah dibentuk 10 anak yang menjadi ketua kelas tetap dan tak akan pernah berubah. Yakni Eric ketua kelas alpha, Ryan ketua kelas beta, Lorient ketua kelas gamma, disusul Philo, Gustav, Tue, Mads, Ole dan Bjarne secara berurutan untuk kelas berikutnya. ERYLOPHI GUTUMA OBJA, ini adalah jembatan keledai yang sering digumamkan kami saat tahun pertama dulu untuk menghafal nama ketua kelas tetap. Dengan begini, bisa dibilang syarat tak tertulis menjadi murid Ethergale adalah tidak pikun. Karena tidak hanya menghafal nama ketua kelas tetap ini, kami juga menghafal slogan tiap kelas.

Tentu saja yang paling ku hafal adalah slogan kelas alpha karena aku sering menjadi bagian darinya. Winner, unbeatable, leaders, greatest, magnificient, plenary, vigorous, capable, supple dan valorous. WIUNLEA GREMAPLE VICASUVA, jembatan keledai untuk menghafal slogan tiap kelas. Sistem kelas berpindah yang dilakukan di Ethergale ini sangat membantu kami untuk menjadi makhluk dengan jiwa adaptasi yang tak perlu diragukan lagi. Sekolah kebanggaan kami memang luar biasa.

"Sebelum kalian beristirahat dan berkumpul kembali untuk makan malam besar-besaran. Sebagai guru, kami semua ingin mengetahui tentang suatu hal. Selain, merekatkan lebih kuat ilmu sihir yang sudah kalian pelajari, hal apa yang kalian dapatkan pada ujian kali ini?" Miss Aimee bertanya dengan ekspresi bersemangat menunggu ragam jawaban yang akan keluar dari anak didiknya.

"Seperti pesan moral, Miss Aimee?" tanya Petrine yang dibalas anggukan Miss Aimee. "Kalau aku jadi sadar bahwa terkadang ada sesuatu dibalik sesuatu. Beberapa hal ada yang bermakna secara implisit. Dengan ini, aku ingin bertanya, Miss Aimee. Apakah jawaban tugas ini seharusnya diartikan secara eksplisit atau implisit? Apa kami tidak akan diberi tahu jawaban benar yang sebenarnya dalam ujian ini?"

"Jika aku bertanya kepada kalian: apa definisi dari 'benar'? Aku yakin kalian akan menjawabnya dengan cara yang berbeda meski esensi nya sama. Sebab sesuatu yang benar dari sisi kita belum tentu benar dari sisi orang lain. Melalui ujian ini, kami para guru ingin mengajarkan kalian salah satunya untuk menghormati persepsi dan interpretasi tiap-tiap individu." Kami semua membisu dan terpesona dengan penjelasan yang diberikan Miss Aimee. "Bagaimana dengan yang lain?"

"Serumit apapun kondisi mu, jika kau punya teman, semuanya baik-baik saja." Beberapa tertawa mendengar pernyataan Rhodes.

"Benar. Dengan bersama seolah tak ada hal yang tak bisa untuk dilakukan." imbuh Kyle.

"Sendirian itu membosankan." sahut Inka.

"Yah, meskipun tidak secara langsung, aku belajar bahwa kita semua punya peranan dalam suatu sistem kehidupan. Meski ide penyelesaian seluruhnya berasal dari Shiya maupun Oxen, kita tetap mengambil andil dalam melakukan aksi penyelesaiannya." Eric meringis sembari menggaruk tengkuk.

"Hei, kita juga solid!" seru Hugo.

"Benar, kita pun percaya seratus persen pada keduanya. Kepercayaan itu mahal." ujar salah seorang anak yang ku lupa namanya.

Miss Aimee tertawa kecil. "Itu kenapa aku mengatakan kalian berhasil menyelesaikan ujian kali ini. Kalian mengerjakan dengan baik secara individu, ber-partner maupun bersama-sama. Bagaimana dengan anak pintar yang dibangga-banggakan temannya ini? Apa pesan moral yang kalian dapat dari ujian akhir ini?"

Semua pandangan makhluk mengarah pada aku dan Oxen. Kami berdua pun saling melempar pandangan, tertawa kecil kemudian menjawab dengan tegas dan kompak. "Hal sepele kerap disepelekan."

***

Catatan penulis:
Anak-anak Ethergale yang selesai ujian tapi aku yang lega, wkwk.
Happy reading, all!

ETHERGALE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang