Gedung putih lantai tiga. Anak-anak angkatan kedua berdiri di hadapan rak-rak tanaman yang tidak kami mengerti namanya dan fungsinya. Celemek berkebun dan sarung tangan dikenakan masing-masing murid yang beberapa diantaranya masih dalam keadaan mengantuk.
Makan malam Ethergale biasanya tidak sampai tengah malam, hanya menuju waktu tidur murid pada umumnya. Tetapi murid itulah ya ng biasanya melakukan kegiatan tersendiri. Meski asrama selalu di cek secara berkala, kegiatan tersebut tak dilarang sebab kami dianggap telah dewasa dan bisa bertanggung jawab terhadap apa yang kami lakukan.
Miss Brisa datang sebagai pendamping dari kegiatan hari ini. Meski ujian sudah selesai dan hasil nilai sudah dibuat, hari pertama setelah ujian tidak akan libur. Semua murid akan melakukan kegiatan bersama guru, baik di Ethergale maupun lingkungan sekitar sebelum akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing saat libur nanti.
"Baik, anak-anak. Aku memiliki bibit tumbuhan baru yang unik. Tumbuhan ini tidak bisa disiram hanya dengan air biasa ataupun air pupuk tetapi dengan campuran ekstrak tanaman. Disini, kalian akan membuat ekstrak tersebut secara berkelompok dengan jumlah anggota sebanyak dua murid. Nantinya jika bibit tumbuhan sudah bertumbuh dan berkembang dengan baik, kita akan menggunakannya untuk pembelajaran semester berikutnya." Murid angkatan kedua Ethergale hanya manggut-manggut saja merespon penjelasan Miss Brisa.
"Sekarang silahkan berkelompok dengan teman tim kalian masing-masing." perintah Miss Brisa.
Seketika aku bak ulat ditengah-tengah badai. Semua anak bergerak kesana kemari berlalu hingga membuatku terombang-ambing. Saat sudah tenang dan tak ada yang berlalu-lalang, tak ada seorang anak pun tersisa yang berdiri sendirian. Padahal aku belum punya teman satu tim!
"Shiya, apa kau sendirian?" tanya Miss Brisa yang membuat semua mata tertuju padaku.
Mulutku sudah terbuka dan suara ku sudah diujung tenggorokan untuk keluar. Namun, bersamaan dengan itu, sebuah tangan mendarat di pundak sebelah kanan ku, merangkul dan menarikku ke arah kiri. Tubuhku menubruk tubuh seseorang yang lebih tinggi dariku. Oxen! Aku membeku.
"Bersama ku, Miss." Oxen membalas pertanyaan Miss Brisa.
"Apakah hanya aku atau yang lainnya pun setuju bahwa kalian terlihat lebih dekat? Bukan secara jarak tetapi hubungan, kalian terlihat lebih damai."
Beberapa anak menyatakan setuju, beberapa lainnya bersorak dan bersiul. Oxen mengeratkan rangkulannya yang membuatku melotot sempurna. "Ujian kali ini sedikit mempererat hubungan kami. Bukan begitu, Shiya?" Oxen menatap ku dengan seulas senyum usil diwajahnya.
Aku balas menatapnya dengan senyuman tak kalah tidak tulusnya. Entah apa yang sedang dimainkan anak satu ini. Meski begitu, aku tidak menolak jika diajak bermain dan mengangguk merespon perkataannya tadi.
"Baiklah. Karena kalian sudah pernah ku ajari cara mengekstrak tumbuhan. Maka silakan kalian melakukannya pada daftar tumbuhan di kertas yang tadi dibagikan oleh pemimpin tetap. Aku tidak bisa mendampingi kalian secara penuh. Sebagai gantinya, pemimpin tetap akan mengambil posisiku sementara untuk mengawasi dan bertanggung jawab terhadap apapun yang kalian perbuat. Lalu, untuk langkah selanjutnya akan ku jelaskan nanti. Sekian, anak-anak. Selamat bersenang-senang dengan tanaman dan teman kalian!" Miss Brisa pun meninggalkan kawasan lantai tiga yang merupakan kebun kecil hasil sulapannya.
Sekarang, aku beralih pada Oxen. "Darimana kau? Kenapa terlambat?"
"Aku tidak bisa tidur."
"Karena berisik?"
Oxen seolah berpikir sejenak. "Karena memang tidak bisa tidur. Insomnia."
Salah satu alisku terangkat. "Kau tidak punya itu."
"Memangnya kau tahu?" Sudut bibir Oxen terangkat.
Aku tergagap. "Y-ya, tidak sih. Tetapi kau tidak pernah bermasalah dengan tidurmu."
"Aku punya. Dan selalu ku paksakan mataku untuk terpejam saat jam tidur datang. Biasanya itu membuatku tidur setelah beberapa menit, tetapi untuk kali ini tidak."
"Kau memikirkan sesuatu." ucapku sembari menyerahkan kertas bertuliskan empat nama tanaman pada Oxen karena sadar bahwa anak-anak lain sudah mulai bekerja. Kebetulan dua dari tanaman tersebut berada di rak tepat di hadapan kami.
"Benar. Diri mu."
Aku meliriknya sinis. "Dari kemarin kau berbicara aneh sekali. Kau kemarin sempat jatuh? Kepalamu terbentur? Atau ada yang berhasil menyihir otakmu itu?" Ekstrak berwarna hijau kebiruan ku pindahkan dari gelas tabung ke dalam tabung reaksi yang tinggi ramping.
"Yang ketiga, Nona. Dan sekali lagi, itu dirimu."
Aku berpindah menuju rak di seberang serong kanan untuk mengekstrak tumbuhan pada daftar ketiga. Herannya, tumbuhan di daftar keempat berada di sebelah tumbuhan yang akan ku ekstrak sehingga Oxen pun berpindah tetapi kembali berada di sebelah ku.
Tanganku sibuk menggeser dan mengoperasikan beragam gelas tabung dan peralatan lain sementara mata ku juga fokus pada apa yang sedang ku kerjakan. Kendatipun, sudut mata ku masih menangkap sosok makhluk yang memandangku bak petani yang menjaga ladangnya dari gangguan kancil. "Oxen.."
"Baik-baik. Aku ingin berbicara denganmu." Botol berisi ekstrak tumbuhan serta beragam peralatan yang telah digunakan, ku rapatkan berjejer di tepian rak tanaman.
Diriku memandang Oxen tepat di matanya. "Ingat pertanyaan yang kau lontarkan padaku tepat setelah lampu di kota kecil dalam ruang ujian padam?" Aku mengangguk.
"Apa, Shiya? Jawab aku dengan suaramu." ucap Oxen dengan tegas.
"Iya, aku mengingatnya."
"Tanyakan kembali padaku."
Mungkin ada magnet di sekitar aku dan Oxen yang membuat suasana menjadi hening dan perhatian seluruhnya tertuju pada kami. "Oxen. Apa benar kau menyukaiku?"
Oxen menatapku dalam-dalam. "Benar. Aku menyukaimu, Shiya Kolinka."
~THE END~
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHERGALE [COMPLETE]
FantasíaDunia ini... Terlalu membosankan untuk dianggap serius. Terlalu berbahaya untuk dianggap menyenangkan. Setidaknya aku tahu keduanya akan selalu seimbang takarannya. Tapi, sepertinya spesial untuk penyihir. Makhluk yang dianalogikan terbungkuk dengan...