Persis seperti yang diucapkan, terlihat Oxen sedang duduk menyender tembok dengan pandangan mengikuti arah datangku.
"Serius? Kau memelototi koridor yang mengarah ke ruang Mister Emilio sedari tadi??" tanyaku saat jarak kami sudah cukup dekat. Kami langsung melakukan perjalanan bersama menuju gedung putih.
"Kura-kura dengan kelinci berlomba lari. Siapa yang menang?" tanya nya mengalihkan topik.
"Kura-kura." Ku jawab dengan cepat dan percaya diri.
"Hhh, bodoh." Langkahku terhenti. Lihat-lihat, betapa kasarnya dia.
"Perhatikan bicaramu! Berdasarkan cerita, dalam perlombaan itu, kelinci terlalu meremehkan kura-kura hingga dia tidur di pohon, sementara kura-kura terus berlari sampai garis finish. Kau yang bodoh."
"Kura-kura menang, kelinci tetap tidak kalah. Dia menang melawanmu. 30 menit menunggumu, gila!" omelnya. Sesampainya di tujuan, ia membuka pintu depan gerbang dan mempersilakan ku untuk masuk terlebih dahulu.
"Semua orang tahu, mengerti dan paham bahwa ruang Mister Emilio berada di lantai 3. Butuh waktu dan usaha untuk datang dan kembali dari sana. Dan, atas kemauanmu sendiri untuk menunggu, aku tidak memintanya. Sama sekali!"
Dia tak menghiraukan ocehan panjangku, malah melemparkan sebuah buku dan kertas yang ku tangkap dengan gerak refleks. Buku itu merupakan permintaan tolong dari Miss Brisa kepada ku untuk dibawa di hari pengumpulan tugas akhir karya tulis. Kenapa ada pada Oxen? Dia juga yang sukarela menentengnya untuk ku. Lihat, sebenarnya dia sendiri yang ingin melakukan tetapi dia pula yang kerap mengeluh atas keputusan yang diambil nya.
Tugas kali ini bukan tentang sejarah dan kandungan unsur sihir nya juga lebih sedikit, topik materi paling manusiawi yang dipelajari di Ethergale. Bagaimana menggunakan tumbuhan—misalnya untuk menyembuhkan luka–saat sihir tidak dapat bekerja atau digunakan pada suatu tempat. Sihir penyembuh dengan Miss Brisa difokuskan pada pemanfaatan obat-obatan fisik daripada mantra.
Tubuh kita ada dan nyata, apabila terluka maka obati lah dengan sesuatu yang ada dan nyata pula. Berbeda bahasan dengan jiwa, dia berkaitan dengan energi disitulah keajaiban sihir berperan untuk menyembuhkan. Penyihir adalah makhluk hidup yang memiliki kemampuan dan ahli dalam ilmu sihir. Ia nyata berwujud, sehingga perlu untuk tetap bersinggungan dengan hal yang nyata berwujud. Tidak melulu tentang sihir yang hanya ada tapi tak berwujud. Begitulah yang Miss Brisa tekankan pada anak didiknya selalu.
"Cek dulu hasil tugasku."
Aku terbelalak. "Kenapa tidak dilakukan di ruang baca tadi?!" omelku sembari tetap mengoreksinya.
Kebetulan kami bertemu dengan Miss Brisa di luar ruangan sehingga kami dipersilakan untuk langsung memasuki ruangan. Tidak satu per satu, berdua. Maksudku bertiga dengan Miss Brisa.
"Aku tidak membutuhkan karya tulis itu sebenarnya. Sihir terlalu dangkal dari sekadar tulisan karena itu kalian lebih sering praktik dan latihan." Kami berdua mengangguk, memahami dan membenarkan ucapan beliau.
"Miss Brisa, ini permintaan tolong mu." Aku maju ke depan menyerahkan buku cukup tebal yang tadi dilemparkan si mulut pedas.
"Terimakasih." Miss Brisa membuka beberapa lembar dari buku dan membacanya secara singkat dan acak.
"Praktik dan latihan tidak memandang waktu. Bisa saja kalian tanpa persiapan."
Ssszzz! Sszzzz!
Sebilah pisau menggores punggung tangan kanan Oxen. Aku sigap memegangnya dan mengucapkan mantra penyembuh luka fisik dalam batin. Tanpa ku ketahui, pisau itu ternyata juga menggores punggung tangan kiriku. Rasa sakit sedikit ku rasakan di akhir, kurang dari 2 detik.
Kami memegang tangan satu sama lain serta beradu tatap. Disitu aku mengetahui, matanya tak berwarna biru pudar, itu hanya bayangan warna sekilas yang terpancar. Warna mata nya seperti madu yang cerah dan jernih. Entahlah, aku melihat warna itu berkilauan tapi tidak dengan sorot yang ditampakkan oleh pemiliknya. Seperti.... Apa sih?! Aku melihat ada yang berbeda dari sorotnya tapi tidak begitu kesulitan menerjemahkannya.
"Nilai a untuk Shiya dan Oxen." Suara Miss Brisa memecah keheningan. Membuat kami berdua kembali pada posisi siap semula.
Miss Brisa menggaruk tengkuknya seraya mengulum bibir, kemudian memandang masing-masing dari kami secara bergantian. "Kalian bagus untuk satu sama lain. Hanya saja, aku heran kenapa kalian tidak sigap untuk menyembuhkan diri sendiri. Lebih dahulu."
Tidak ada komentar. Meski bingung, aku membenarkan ucapan Miss Brisa. Kenapa gerak refleks lebih fokus bekerja pada orang lain?
"Beberapa orang, fokus pada apa yang dilihat. Bukan apa yang dirasakannya." Aku menoleh pada sumber suara disamping. Sumber tersebut menoleh sesaat setelahnya.
"Yah. Kemampuan kalian berdua lumayan kok. Tidak dipungkiri. Silakan keluar dan sukses untuk ujian akhirnya." Aku dan Oxen menunduk sebagai salam penghormatan kemudian keluar dari ruangan.
Keheningan bagai orang ketiga yang muncul kembali diantara kami. "Sungguh, jangan berharap! Aku tidak akan mengucapkan terimakasih padamu. Aku tidak menyukai kata 'berdua' jika itu berarti denganmu!"
"Kau pikir aku akan mengucapkannya pula padamu? Dih, aku juga benci kata 'dan' jika bersanding dengan nama mu!"
Kami saling melontarkan tatapan dan sikap mengejek.
Hhh, sialan. Aku jadi tidak bisa menikmati nuansa Eropa yang tercerminkan dari gedung putih ini. Jendela yang mengarah ke ruang baca terbuka di sebelah kiri bangunan adalah yang terbaik yang pernah ku lihat. Ornamennya merupakan favorit-ku yang tidak pernah absen tersentuh pada pilar ataupun dinding bangunan koridor yang ku lewati. Hanya bisa dilakukan jika bersama Inka ataupun Hugo. Hidup berjalan perlahan dan mengalir bersama mereka.
Tidak kaku dan membosankan seperti yang satu ini. Awas saja jika dia masih mengekor sebab dua mata pelajaran tersisa tak punya tugas karya tulis. Tak ada tanggungan bagiku untuk mengoreksi atau membandingkan dengan hasil tugasku yang pada hakikatnya memang bukan tanggung jawabku!
***
Catatan penulis:
Hati-hati yang love language nya physical touch~ 😗
Yang love language nya physical attack mah tidak mempan yee. 🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHERGALE [COMPLETE]
FantasyDunia ini... Terlalu membosankan untuk dianggap serius. Terlalu berbahaya untuk dianggap menyenangkan. Setidaknya aku tahu keduanya akan selalu seimbang takarannya. Tapi, sepertinya spesial untuk penyihir. Makhluk yang dianalogikan terbungkuk dengan...