3. Ice cream

78 9 3
                                    

Lowbattery

•••

Valgumi menarik tangan Devanka. Gadis itu mengajak Devanka ke ruang tamu. "Bener bener gak ada yang lain selain mereka, Kak?"

Devanka berdehen. "Gue cuma nurut kata Papa."

Valgumi berdecak. "Kak, lo nggak tahu mereka gimana. Mereka kriminal, dan lo? Lo cuma orang yang pengen keluar dari zona nyaman." Mata Valgumi berkaca menatap Devanka. Apakah kakaknya tidak bisa membedakan yang baik dan benar?

"Gue ngerti, gue mau keluar dari zona nyaman." Devanka meninggalkan Valgumi yang terdiam mendengar jawabannya.

"GUE CUMA MAU LO NGGAK SALAH JALAN, ANJ-sabar Gumi sabar." Kali ini mungkin dia gagal, tapi nanti dia harus membuat Devanka sadar kalau teman barunya tidak baik.

Valgumi berjalan ke arah dapur, disana ada Mamanya tengah memasak. Dengan musik terdengar, Valgumi yakin Mamanya tidak akan mendengar percakapan dia dengan Devanka.

"Mama..."

Yunita menoleh. Dia tersenyum simpul menyambut Valgumi. Dia mengelus pundak putrinya. Matanya melirik ke ruang tamu, dan tidak ada siapa siapa.

"Devan dimana? Udah pulang? Di sekolahnya gimana?"

Valgumi berdecak. "Papa salah banget masukin Kakak ke kelasnya Kak Ganesh, Ma. Aku takut nanti Kakak salah pergaulan." Valgumi mengadu. Yunita menggulum bibirnya.

"Biarin nanti jadi urusan Papa kamu, Devan juga bilang kalau dia mau keluar dari zona nyaman. Mama gamau maksa dia belajar lagi," jelas Yunita. Mendengar ini Valgumi memeluk Mamanya. Merasa senang jika sang Mama tidak menekan Kakaknya lagi.

"Kamu ganti baju dulu, gih! Habis itu suruh Devan turun. Kita makan bareng, Papa gak pulang, dia masih ada urusan."

Valgumi mengangguk. Dia berlari menaiki tangga, meninggalkan Yunita yang sudah meluncurkan senyumannya.

"Kamu bakal nyesel, Mas. Devan bakal pergi ke jalan yang salah."

Yunita sudah wanti wanti memberi nasihat untuk suaminya, namun suaminya malah mengalihkan percakapan dengan alasan Devanka terus dibully jika begitu terus. Ibu dua anak itu menatap ke lantai atas, dari dapur dia bisa melihat kamar Devanka. Tertutup tidak seperti biasa, mungkin kamar itu tidak dikunci. Yunita juga punya alasan selalu menyuruh Devanka agar fokus belajar, agar dia tidak mengikuti jejak Papanya di politik. Malah kejadian yang tidak diinginkan terjadi.

•••

Devanka tengah mengecek jadwal, dia mendengar notifikasi handphone.  Menatap kejap hpnya di kasur, dengan cepat dia mengambil hpnya.

Dia melihat nomor tidak dikenal mengirimkan dia pesan. Devanka berdecak membaca isi pesannya. Menghela nafas sebelum membaca.

+62812*******

Hai sayang
Ini gue Bhalendra
Sv y

Kali ini Devanka harus bisa bertahan dengan manusia satu ini.

Ok

Bhalendra🖕🏼

Singkat?
Ok
See u tmrw bb💕

Lowbattery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang