20. Fakta

39 3 0
                                    

Bhalendra terus mengumpat sepanjang jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bhalendra terus mengumpat sepanjang jalan. Jika dia melihat Raes, maka dengan segera Bhalendra akan menghajar cowok itu tanpa ampun.  Raes sialan! Untuk apa dia menjadikan Lavanya yang tidak punya salah apapun untuk fantasi liarnya.

Bhalendra terus menunduk. Menatap Lavanya, matanya terpejam dengan badan penuh lebam. Ganesh duduk dibelakang bersama Athalia. Sementara Valgumi berada didepan bersama Besta.

"Janji kamu bakal serahin diri kamu kalau Raes sama pelaku yang lain ketangkap?" tanya Besta dari depan mengundang atensi Athalia untuk menatap Ganesh.

Apa kakaknya akan ikut dengan Bhalendra jika nanti dia menyerahkan diri ke polisi? Atau Devanka yang juga ikut menyerahkan diri?

"Saya janji, Om. Saya minta maaf karena saya, Devanka jadi ikut ke jalan yang salah."

Valgumi menoleh kebelakang, dia menatap Ganesh dengan alis dipecutkan. "Maksud Kak Bhalen, apa?"

Bhalendra tidak menjawab. Ganesh menghindari tatapan Athalia. Besta yang melihat reaksi kedua gadis itu hanya bisa diam. Alangkah baiknya jika Besta tidak ikut campur di masalah persaudaraan mereka.

Dering ponsel Athalia membuat Ganesh segera melirik ponsel yang Athalia pegang. Melihat nama di layar pipih itu membuat Ganesh menatap curiga pada Athalia. Ada hubungan apa adiknya dengan orang itu? Mengapa sepertinya nampak dekat sampai menelfon. Athalia langsung tidak menjawab panggilan itu. Wajahnya berubah pucat. Ganesh semakin yakin jika adiknya menyembunyikan sesuatu.

"Ke rumah sakit dulu, Om. Nanti saya sendiri yang cari Raes."

Besta menuruti perintah Bhalendra. Hendak menyusul Devanka, tetapi Lavanya lebih penting. Biarlah Devanka bersama Farraz menyusul Raes entah dimana.

"Yang gue takutin beneran kejadian," guman Valgumi hanya bisa didengar oleh Besta. Melirik dari ujung mata melihat anak gadisnya mengusap wajah kasar.

•••

Raes duduk di ruang tamu seorang diri. Bajunya bahkan tidak diganti. Membayangkan kelakuannya sudah menggagahi Lavanya membuat cowok itu merasa bersalah. Mengapa dia tidak bisa menahan nafsunya saat itu? Lavanya sudah banyak baik padanya, namun Raes malah membalas dengan hal yang akan membuat gadis itu trauma.

Dari sekian banyak korban, baru kali ini Raes merasa bersalah.

"Sudah pulang, nak?"

Raes menoleh. Matanya memanas menatap seorang wanita yang berdiri diambang pintu. Raes dengan segera memeluk wanita itu erat. Tangisannya tidak bisa ia tahan. Raes merasa bersalah, sangat bersalah.

"Kenapa Mama mau adopsi Raes?" tanya Raes disela tangisnya.

Raes yang sewaktu kecil tinggal di panti asuhan. Tidak ada yang mau mengadopsi Raes, entah kenapa. Raes mati-matian menahan rasa iri pada teman-temannya.

Lowbattery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang