13. Hanya permen biasa

38 5 0
                                    

Hayyiii yorobunnnn💐💐

Jangan lupa votteuuu dan komenneuu
Devanka menunggu untuk dibaca

Nanti aku bakal bikin ch tele buat infoin kalian tentang Devanka dkk, tapi kalau udah 2k view hehe

Nanti aku bakal bikin ch tele buat infoin kalian tentang Devanka dkk, tapi kalau udah 2k view hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Sejenak keterdiaman melanda Lavanya. Berhadapan dengan Devanka membuat hati kecilnya meronta ingin memeluk laki-laki itu. Namun, Lavanya ingin sadar diri, jika dirinya tidak pantas bersanding dengan Devanka. Apalagi Athalia orang yang Devanka suka. Lavanya tahu dirinya cantik, tapi melihat pesona yang Athalia miliki membuat Lavanya merasa dirinya tidak cantik lagi.

Wajah Athalia yang terpahat sempurna, senyuman manis, suara bagus, apa lagi yang kurang? Tipe Devanka juga bukan orang yang suka menyusahkan seperti Lavanya. Apa Lavanya harus sadar diri jika dirinya memang tidak bisa memiliki Devanka?

Devanka melambaikan tangannya didepan wajah Lavanya. Mengapa gadis itu terdiam sambil menatap dirinya? Ia tahu kok dirinya ganteng, tapi jangan natap kaya gitu. "Lo gapapa, Van?"

Lavanya menggeleng cepat. "Gapapa, kok. Kak Devan nyari siapa? Kak Bhalen, ya? Dia lagi meditasi balikan sama Kak Khaia, mending masuk aja." Lavanya menjawab sedikit gugup. Gadis itu menahan salah tingkahnya. Apa Athalia tidak melihat pahatan wajah Devanka? Semoga saja Athalia tidak pernah membalas cinta Devanka.

"Gue gamau nanya soal itu." Devanka tertawa sumbang. Lavanya itu lucu menurutnya. Ia kemudian melanjutkan perkataannya, "Gue mau nyari Gumi. Ada nggak? Gak pulang dari tadi," jelas Devanka membuat Lavanya semakin salah tingkah.

"Van, lo oke? Kaya orang kesurupan senyum-senyum sendiri." Devanka memundurkan langkahnya takut. Ia memang takut dengan orang kesurupan, tapi lebih takut lagi jika dirinya yang ikut kesurupan.

Lavanya gelagapan. Apa Devanka merasa dirinya aneh? Apa dia memang aneh? Lavanya tidak bisa bertingkah normal di dekat Devanka. Sial, dirinya hilang kendali.

"Lo gapapa?" Devanka bertanya memegang bahu gadis itu memastikan jika Lavanya baik-baik saja. Kalau balik dalam kondisi diam kaya tadi, bisa aja dia dibunuh sama Bhalendra.

"Aku gapapa, Kak. Gumi tadi lagi keluar nyari makan, Kakak masuk aja. Tapi jangan ke taman belakang, Kak Khaia sama Kak Bhalen lagi semedi." Devanka mengangguk. Ia masuk kedalam rumah Bhalendra. Rumah itu sunyi, dan sepi. Di ruang tamu terpajang foto keluarga Bhalendra. Ada pula Lavanya yang hanya memasang wajah datar di foto itu. Mengapa? Sedangkan yang lain tersenyum lebar.

"Kak Devan mau minum apa? Biar aku buatin. Maaf, ya. Rumah lagi sepi, Kak. Biasanya ramai sama Tante atau Om yang berkunjung." Lavanya menjelaskan namun matanya mengikuti arah tatapan Devanka. Ia tersenyum tipis menatap dirinya di foto itu.

Lowbattery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang