Berkali-kali Renjun mematut penampilannya didepan cermin, dia akan makan malam ditempat Jeno dulu melamarnya
Dia tersenyum dan menggenggam kado yang akan dia serahkan kepada Jeno
Tespek dengan garis dua...
Dia meletakkan tespek nya dia dalam tas tangan yang dia bawa
Menunggu taksi yang akan membawanya ke tempat makan tersebut sedangkan Jeno langsung berangkat dari kantor
"Jeno..." panggil Renjun ketika melihat Jeno sudah duduk rapi
"Duduklah Ren..."
Renjun pun duduk dengan anggun di hadapan Jeno
Merekapun memulai makan dengan hening, tidak ada yang memulai pembicaraan
Setelah menyelesaikan makannya, Renjun hendak memberi hadiahnya sebelum Jeno memanggil namanya
"Ren... Maaf sudah mengabaikanmu selama ini"
"Tak apa, Aku tau kamu sibuk"
"Aku bukan sibuk, aku hanya belajar hidup tanpamu"
"Hah? Maksudmu?" heran Renjun
"Bagaimana hubunganmu dengan Jaemin? Masih lancarkan? Kulihat kalian kembali dekat"
"Apa maksudmu Jeno? Itu tidak seperti yang kamu bayangkan... Aku dan Jaemin hanya berteman"
"Renjun... Aku pernah berjanji kepada diriku sendiri, aku memberi waktu satu tahun untuk hatiku. Jika dalam waktu satu tahun kamu masih mencintai Jaemin dan tidak melihatku, aku akan melepasmu agar kau bisa bahagia"
Renjun benar-benar kaget dan tak menyangka akan seperti ini jadinya
Bahkan dia sudah tak bisa mengeluarkan kata-katanya pagi
"Aku tau, selama ini kau masih sering memikirkan dia, menangis untuknya, dan aku tak pernah melihatmu benar-benar bahagia selama kita menikah, kecuali belakangan ini saat kau mulai bersama lagi dengan Jaemin"
"Aku sudah memikirkan ini baik-baik Ren... Aku akan terluka tapi aku akan lebih terluka lagi saat melihatmu tak bahagia bersamaku"
"Kuharap ini menjadi hadiah terindah untukmu"
Renjun bergetar menerima berkas yang Jeno berikan
Surat gugatan cerai
"Jen..."
Jeno melangkah menghampiri Renjun dan memeluknya
"Aku yakin Jaemin lebih bisa membahagiakanmu dibanding aku, dia akan berkorban segalanya untukmu"
"Seharusnya aku tak ada diantara kalian, tapi terima kasih sudah menerimaku dan mencoba mencintaiku"
Lalu dia pergi meninggalkan Renjun yang termenung sendiri
Tuhaann...
Inikah hukumanmu atas kesalahanku, batinnya seraya menenggelamkan wajahnya pada tangannya
Malam ini, dia putuskan untuk melakukan penerbangan ke Jilin kerumah orangtuanya
Karna dia sudah tak punya siapa-siapa lagi disini
------------
Ibu Renjun sangat terkejut melihat anaknya berada didepan rumah, keadaannya kacau
Dia tak membawa apapun kecuali dress yang dia pakai dan tas tangan
"Mama...." ujarnya seraya menangis dalam pelukan mamanya
Setelahnya gelap, tapi dia sempat mendengar sang mama meneriakkan namanya dengan keras
----------
"Apa maksudmu Jeno? " sang ayah sempat kaget dengan penuturan anak tunggalnya
Tapi dia mencoba memahami keputusan sang anak, walaupun belum tau letak masalah mereka
"Aku akan mengurus perusahaan di Jepang appa, biarkan aku meninggalkan Korea untuk sementara waktu"
Sang appa tau, Jeno sangat mencintai istrinya, jika Jeno mengambil keputusan berpisah, itu artinya masalah mereka sudah benar-benar diambang batas
Sang appa pun menyetujuinya dan membantu mengurus kepindahannya
-------------
Dia sedikit menyesali keputusannya pisah dari Renjun tapi dia sadar, Renjun akan semakin tertekan jika memaksa terus bersamanya
Jeno mencintai Renjun, bahkan jika harus mengorbankan nyawanya untuk kebahagiaan Renjun akan dia lakukan apalagi hanya mengorbankan perasaannya
------------
"Ada apa denganmu sayang?" tangis sang mama semakin menjadi ketika melihat sang anak tak sadarkan diri sedang dokter mengatakan bahwa Renjun sedang hamil muda
"Tenang sayang... Renjun akan baik-baik saja" ujar sang suami menenangkan
"Mama..."
"Sayaang kau sudah bangun?"
"Mamaaa..." Renjun terisak ketika sekali lagi dia mengingat Jeno dan anak yang berada dalam kandungannya
"Cup cup... Semua akan baik-baik saja, percaya pada mama... Semua akan baik-baik saja"
"Maaf mama... Maaf"
"Syuut sudah, jangan meminta maaf, mama disini kamu harus sembuh dulu sayang"
Sang papa kembali dengan dokter dibelakangnya
"Pasien mengalami stress dan guncangan, perhatikan kesehatan mental dan pola makannya, jika perlu bawa pasien ke psikiater untuk melakukan terapi, kita patut bersyukur kandungan pasien bisa bertahan sejauh ini"
sang papa pun mengucapkan beribu terima kasih kepada sang dokter
disinilah Renjun berada
dalam perlindungan dan dekapan orang tuanya, dia bersyukur masih memiliki orang tua yang tulus dan menyayanginya, walaupun sekarang dia mengetahui fakta tentang papa kandungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Huang Renjun (Noren gs)
Short Storykarna sekarang... cinta bukan hanya tentang rasa... tapi juga LOGIKA