"Mas Laut, nanti jangan langsung pulang, ya," pintaku.
"Kenapa?" tanyanya dengan kening berkerut.
"Lanjut ngerjain tugas kemarin, kan belum selesai."
"Mau ngerjain dimana?" tanya.
"Di perpus aja gimana?" usulku.
"Tapi perpus tutupnya jam 3," jawab Mas Laut.
"Ya nggak papa," kataku. "Yang penting tugasnya bisa dicicil dan nggak cuma aku aja yang ngerjain."
"Okey," jawabnya.
"Kalau kamu mau ngajak Banyu juga nggak papa, sih." Aku teringat kalau mereka berdua memang tidak terpisahkan.
"Enggak, kasian Banyu. Nanti bosan. Nunggunya kelamaan."
"Terus dia ntar pulangnya gimana?" tanyaku, mengingat jarak rumah mereka ke sekolah lumayan jauh dan tidak ada angkutan umum ke arah sana.
"Biar aku kabarin Bapak, minta jemput Banyu."
Bel tanda istirahat telah berakhir, berbunyi diseluruh penjuru sekolah. Menandakan bahwa para murid yang meninggalkan kelas, harus segera kembali ke kelas karena pelajaran akan dilanjutkan kembali. Aku pun duduk di kursiku dan fokus mendengarkan pelajaran selanjutnya.
Hari ini kelasku pulang lebih awal karena gurunya takzizah, ada temannya yang meninggal. Jadinya aku dan Mas Laut bisa memanfaatkan waktu luang ini untuk mengerjakan tugas kelompok dari Pak Banu.
Ponselku berdenting, ada notifikasi chat dari Mas Laut.
Mas Laut:
kamu dimana?
aku udah di perpus
Aku tersenyum membacanya. Cepat sekali Mas Laut sampainya. Sedangkan aku bukannya langsung ke perpus untuk mengerjakan tugas, justru melipir ke kantin untuk jajan.
Tunggu bentar
aku masih jajan
kamu mau nitip ngga?
Enggak
Aku saat ini berdiri di depan kulkas pendingin berisi berbagai macam minuman dingin. Dari aneka kopi dalam kemasan botol, air mineral, bahkan susu kotak berbagai merk pun ada. Aku mengambil foto deretan minuman tersebut, lalu mengirimkan fotonya ke room chatku dengan Mas Laut.
Mau yang mana?
Aku nggak nitip Buih
Aku beliin
Nggak usah Buih
aku udah bawa minuman sendiri
Aku bergeser ke kulkas pendingin lainnya dan mengambil banyak sosis, kemudian aku kirimkan fotonya pada room chatku dengan Mas Laut.
Yaudah kalau gitu aku beliin sosis ini buat kamu ya
Nggak usah Buih
Terus kamu nggak makan gitu?
Di perpus nggak boleh bawa makanan
Boleh
asal nggak ketahuan
Siapa yang ngajarin kamu nakal gitu?
Aku tersenyum membaca chatnya. Aku tidak peduli, aku tetap membeli makanan dan minuman yang aku inginkan untuk bekal bertempur mengerjakan tugas di perpustakaan. Sedangkan Mas Laut masih menungguku di perpustakaan. Biarin sekali-kali dia yang menungguku. Aku menyembunyikan jajanku dengan kresek hitam lalu kumasukan ke dalam tas sekolah. Beruntung tidak ada pemeriksaan, jadinya aku lolos membawa masuk makanan dan minuman itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buih di Lautan
Teen FictionKarena ada suatu masalah, Buih Pitaloka harus pindah dari ibu kota hingga ia bertemu dengan laki-laki bernama Laut Makrib, putra seorang nelayan laut Jawa. Keduanya meramu kasih ditengah perbedaan strata sosial hingga menyebabkan pertentangan dan me...