Aku melangkah menuju kamar Palung. Saat aku memutar knop pintunya, ternyata pintunya tidak terkunci, aku kemudian masuk ke dalam. Kudapati Palung sedang tertidur di atas kasur dengan posisi tengkurap. Aku melangkah mendekat ke arahnya.
"Palung, temenin gue jalan-jalan, yuk. Gue bosen di rumah," pintaku sembari mengguncang pundaknya pelan.
Palung menepis tanganku dari pundaknya dan tanpa membuka mata, ia melenguh. "Ugh, ngantuk."
"Ya lo sih, semalem pulang nongkrong jam 2 pagi. Mentang-mentang Om Malbi keluar kota," gerutuku.
Palung masih tidak bergerak dari posisi tidurannya. Ia tampaknya memang benar-benar mengantuk.
Aku berdecak, "Ish, ngeselin banget."
Aku lantas keluar dari kamar Palung dan meninggalkan cowok itu masih tertidur pulas di posisinya semula. Yasudah, mau bagimana lagi, tidak ada yang bisa menemaniku, aku akan jalan-jalan sendiri saja.
Ketika aku membuka pintu rumah, seorang gadis bersurai hitam panjang dengan setelan rok cream yang dipadupadankan baju polo warna biru, berdiri di depan pintu.
Dia adalah Sandra, gadis yang saat ini resmi menjadi kekasih Palung.
Sandra menatapku tajam.
"Palung mana?" Tanyanya tidak ramah.
Masih pagi, tapi Sandra sudah berkunjung ke sini.
"Di dalem," kataku.
"Panggilin. Bilang, pacarnya dateng," titah Sandra.
Aku memutar bola mata malas. Namun tak urung aku masuk ke dalam rumah untuk memanggil Palung. Aku melangkahkan kaki ke kamar Palung, kusentuh knop pintunya lalu kedorong pelan. Dan pintu kamarnya terbuka.
Saat masuk ke dalam kamar Palung, cowok itu masih tertidur di atas kasur.
"Lung, dicariin cewek lo."
"Ugh, usir ajaaah," lenguhnya.
"Ngantuk, mau tidur," lanjutnya tanpa membuka mata sedikit pun.
Aku berdecak, "ck!"
Aku kembali turun ke bawah, menemui Sandra yang masih duduk di sofa ruang tamu.
"Palung tidur," kataku.
"Bangunin," titah Sandra.
"Dia masih mau tidur katanya."
Sandra berdecak, "aku udah jauh-jauh ke sini."
"Bilang aja kalau kamu nggak ngebolehin aku buat ketemu Palung," tuduh Sandra.
"Dih, apaan sih lo," aku menatapnya tidak kalah tajam.
"Minggir, biar aku aja yang bangunin Palung."
"Palung bilang dia masih ngantuk," kataku. Mencegahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buih di Lautan
Teen FictionKarena ada suatu masalah, Buih Pitaloka harus pindah dari ibu kota hingga ia bertemu dengan laki-laki bernama Laut Makrib, putra seorang nelayan laut Jawa. Keduanya meramu kasih ditengah perbedaan strata sosial hingga menyebabkan pertentangan dan me...