CHAPTER 19 | REALISTIS

6.7K 743 24
                                    

Setelah kemarin aku membicarakan tentang hubunganku dengan Mas Laut kepada Bang Laksmana, malam ini mama menelponku melalui panggilan gruop. Sepertinya malam ini akan ada pembicaraan penting yang menyangkut perihal diriku.

Mama tidak langsung menanyakan keintinya, tapi dengan suara lembutnya, Mama berbasa-basi dulu kepadaku, menanyakan kepadaku apakah aku sudah makan atau belum. Kujawab dengan jujur kalau aku sudah makan. Tadi sore Palung membelikanku ayam geprek, itupun karena disuruh oleh Om Malbi. Mama bersyukur karena selama aku tinggal dengan Om Malbi, aku makan dengan baik.

"Bang Laksmana sudah cerita semuanya ke Mama," ucap Mama melalui sambungan telpon.

Tanpa aku bertanya, aku sudah tahu kemana arah pembicaraan Mama. Bang Laksmana juga bisa mendengarkan pembicaraan kami karena panggilan ini adalah panggilan group.

"Boleh Mama tau tentang pacar kamu, sayang?" tanya Mama. Suaranya lembut, namun tetap saja mampu membuat jantungku berdegup dengan kencang, aku seperti disidang oleh Mama.

Dengan perasaan tidak karuan, kujawab, "Boleh, Ma."

"Namanya Mas Laut, ya?"

Aku mengangguk. "Iya, Ma."

Aku tidak tahu sejauh mana Bang Laksmana menceritakan perihal kekasihku, sampai-sampai Mama saja tahu siapa namanya.

"Dia nanti lulus SMA mau kuliah dimana?"

Kujawab, "belum tau, Ma."

"Mama harap setelah lulus SMA nanti, Mas Laut bisa lanjut kuliah. Mama lebih suka dengan laki-laki yang berpendidikan tinggi karena dari dulu sampai sekarang, seluruh keluarga kita berpendidikan, Buih," kata Mama.

Keluargaku dari dulu memang selalu berkecukupan, jadi pendidikan tinggi sudah seperti sebuah kewajiban.

"Iya, Ma. Buih tau."

Kemudian Mama kembali bertanya padaku. "Mama sama Papanya Mas Laut kerjanya, apa?"

"Bapaknya Mas Laut nelayan, Ma. Kalau ibunya jual ikan di pasar," jujurku. Tanganku mulai gemetar memegang ponsel di telinga.

"Buih sayang sama Mas Laut, Ma," lanjutku dengan nada memohon.

Firasatku sudah tidak enak. Aku takut dengan kata-kata yang akan keluar dari mulut Mama selanjutnya.

"Buih pacaran sama Mas Laut tujuannya untuk apa? Kalau tujuan Buih pacaran sama Mas Laut hanya untuk penyemangat, mama izinin. Tapi kalau tujuan kamu pacaran untuk melangkah ke jenjang masa depan yang lebih serius, Mama rasa kamu harus pikir ulang ya, sayang."

Kemudian dengan nada ketus, tiba-tiba Bang Laksmana menimpali.

"Lebih baik akhirin hubungan lo sama Mas Laut, Bu. Sebelum terlambat dan perasaan lo makin dalam lagi buat dia."

Belum sempat aku memprotesnya, Mama lalu menyahut.

"Mama setuju sama apa yang diomongin sama abang kamu," katanya.

Air mataku pelan-pelan menetes. Dadaku rasanya sesak sekali, seperti ada sesuatu yang menghimpit.

Dengan suara parau, kujawab, "Tapi Buih sayang sama Mas Laut, Ma. Buih nggak mau mengakhiri hubungan Buih sama Mas Laut."

"Bukannya Mama mau menghina Mas Laut dan keluarganya, tapi sejak kecil sampai sekarang Mama selalu berusaha mati-matian buat penuhin semua kebutuhan kamu. Hal ini semata-mata biar kamu nggak hidup susah."

"Mama sayang sama kamu. Mama nggak mau anak mama diajak hidup susah. Kamu juga harus berpikir realistis, Buih. Buat bertahan hidup, cinta aja nggak cukup. Kamu liat sekarang, di pengadilan ada berapa banyak perceraian karena masalah ekonomi."

Mama berusaha memberiku pengertian, tapi tetap saja aku tidak ingin mengerti. Mau diberikan pengertian model apapun, rasanya akan sama menyakitkannya untukku. Aku menyeka air mataku.

"Tapi Mas Laut baik, Ma," kataku. Masih ingin membela Mas Laut dan berusaha meninggikan derajatnya dimata keluargaku.

"Di luar sana juga masih banyak laki-laki baik yang lebih oke dari Mas Laut," sahut Bang Laksmana. Menusuk hatiku.

"Buih maunya cuma Mas Laut!" 

__________________________________

Menurut kalian sendiri gimana? Apa Mamanya Buih salah?

caaay_

copyright©2023

More info Instagram :

caaay_

___________________________________

●a l l r i g h t r e s e r v e d●

Buih di LautanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang