BAB 27 | HILANG (END)

1.2K 88 6
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote sama komen dulu yak !

Selamat membaca sayang

---000---

Setelah Mas Laut pergi untuk bekerja, ia sama sekali tidak meninggalkan kabar untukku. Bahkan untuk menghubunginya saja sangat sulit. Aku mengerti dia saat ini sedang berada di tengah laut, menjalankan pekerjaannya sebagai anak buah kapal. Di lautan pasti susah untuk bisa mendapatkan sinyal. Namun, aku begitu mengkhawatirkannya.

Bagaimana kondisinya saat ini? Apa yang dia lakukan? Apa dia sudah makan ataukah belum? Apa dia sudah cukup istirahat? Kata Banyu, Mas Laut itu orangnya tidak kuat dengan udara dingin. Tapi dia saat ini sedang di lautan lepas yang setiap hari harus bersahabat dengan udara dingin.  Apakah dia baik-baik saja? Aku yakin pasti dia menggigil.

Mas Laut. Aku benar-benar rindu akan kehadiranmu. Aku ingin sekali melihatnya disini, di sampingku, bersamaku. Aku ingin bisa memelukmu. Sekali saja. Aku juga ingin tahu bagaimana kondisi jiwanya saat ini? Apakah dia juga merindukanku sama seperti aku yang merindukannya?

Laut Makrib, aku rindu. Sungguh. Aku ingin bercengkrama denganmu sama seperti dulu.

Aku ingin kamu pulang. Kapan aku akan pulang? Ibu sama Banyu juga rindu sama kamu.

Kemarin aku sempat mampir dan berkunjung ke rumah Mas Laut. Aku hanya bertemu dengan Banyu, karena Ibu sedang pergi ke pasar waktu itu. Kutanya Banyu, bagaimana kabarnya. Selain kabar Banyu, yang paling aku ingin tahu sebenarnya adalah kabar mas-nya. Banyu bercerita kalau dia dan ibu selalu dapat kiriman uang dari Mas Laut. Bukan Mas Laut yang mengantarkannya langsung, melainkan lewat saluran tangan Pak Dono.

Baik Banyu maupun Ibu, mereka sama-sama tidak tahu bagaimana kondisi Mas Laut di lautan lepas sana. Apakah Mas Laut sakit ataukah tidak, kita sama-sama tidak tahu. Kita di sini sama-sama masih bisa makan enak dan tidur nyaman di atas kasur, tapi bagaimana dengan Laut Makrib di lautan sana?

Tidak ada yang tahu. Laut Makrib menghilang bagaikan di telan bumi.

Setelah Bapak meninggal, Laut Makrib lah yang harus pontang-panting mencari uang untuk keluarganya sampai-sampai ia harus menelan harapan akan semua mimpi-mimpinya selama ini. Demi mewujudkan mimpi adiknya, ia bahkan sampai rela kehilangan mimpinya dan menjadi tulang punggung keluarga.

Malam ini, lagi-lagi aku belajar untuk tes masuk perguruan tinggi yang akan dilaksanakan beberapa minggu ke depan. Ada buku latihan soal yang lumayan tebal di hadapanku. Hingga mendekati masa-masa ujian seperti saat ini, nyatanya masih banyak materi yang belum aku pahami. Soal-soal ini masih terasa sulit bagiku, meskipun sudah aku pelajari berhari-hari. Entah soalnya yang susah, atau memang aku yang bodoh?

Rasanya berat sekali untuk melewati semua ini. Untuk menembus perguruan tinggi negeri nyatanya sesusah ini. Aku harus berjuang melawan ratusan ribu orang ditengah kemelut permasalahanku yang belum usai dan gemuruh rindu akan laki-laki bernama Laut Makrib itu.

Namun, aku harus bisa. Aku harus membuat Mas Laut bangga denganku. Aku ingin setelah Mas Laut pulang, dia bisa melihatku meraih mimpiku tembus salah satu universitas impianku. Mas Laut bisa menepati janjinya untuk selalu berproses menjadi lebih baik. Aku juga harus bisa sama sepertinya. Aku tidak boleh kalah, aku harus sama-sama berproses.

---000---

Pertempuran telah di mulai. Hari ini ujian penyaringan ke universitas negeri dilaksanakan. Aku mendapatkan pembagian tempat ujian di UNDIP pada sesi pertama. Ujian masuk PTN memang biasanya bertempat di kampus-kampus negeri, namun ketika kita mendapat tempat ujian di suatu PTN, bukan berarti kita harus mendaftar di kampus tersebut. Aku tadi ke tempat ujian dengan naik ojek online. Jantungku sedari tadi tidak berhenti berdetak dengan kencang karena sebentar lagi ujian benar-benar dimulai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Buih di LautanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang