Aku sedang tiduran di kasur ketika Bang Laksmana mengirimiku sebuah pesan yang berisi pertanyaan.
Bang Laksmana:
Buih
Lulus SMA nanti lo udah punya pandangan mau lanjut ke universitas mana?
Jujur saja, aku sama sekali belum memikirkan hal ini. Padahal aku sudah kelas 3 SMA yang notabene sebentar lagi akan melaksanakan berbagai ujian. Mungkin orang lain sudah pada mempersiapkan diri untuk bisa ke universitas impian, sedangkan aku masih begini-begini saja. Aku mengatakan yang sejujurnya kepada Bang Laksmana kalau memang sampai saat ini aku masih belum kepikiran. Kemudian Bang Laksmana kembali mengirimiku pesan beruntun.
Bang Laksmana memintaku untuk kembali ke Jakarta, dia bilang, katanya mendingan aku kuliah di Jakarta saja. Syukur-syukur aku bisa keterima kuliah di Universitas Indonesia yang notabene salah satu kampus terbaik yang ada di Indonesia. Aku merasa itu terlalu berat untukku. Bang Laksmana tidak ingin terlalu memaksaku. Dia hanya menyarankan saja.
Bang Laksmana:
Kalau UI keberatan buat lo
Kuliah di swasta juga its okey
Yang penting lo balik ke Jakarta
Nggak enak juga ngrepotin Om Malbi lama-lama
Bang Laksmana memang ada benarnya. Tidak enak juga kalau kelamaan disini. Kasian Om Malbi yang selalu aku repotkan. Meskipun Om Malbi sudah menganggapku seperti anaknya sendiri, tapi aku juga masih tau diri.
Aku termenung beberapa saat.
Kuliah di Jakarta, itu artinya aku harus meninggalkan kota ini. Dan meninggalkan Mas Laut.
Rasanya berat sekali untukku mengambil sebuah keputusan. Seharusnya dari awal aku ingat, aku ke Semarang hanya untuk sementara, bukan menetap selamanya.
Aku beralih menanyakan bagaimana kabar Mama disana karena tadi sore Mama sempat menelponku, namun panggilannya tidak terjawab lantaran aku sedang tidak memegang ponsel. Waktu itu ponselku sedang diisi daya baterainya karena habis. Kemudian waktu aku telpon balik, malah ponsel Mama yang mati.
Bang Laksmana menjawab kalalu Mama dan dirinya di Jakarta baik-baik saja. Ia juga menyampaikan sebuah kabar baik, katanya, bisnis Mama sekarang sudah mulai berangsur-angsur pulih. Namun, tidak bisa dipungkiri kalau hal ini juga karena ikut campur tangan Om Malbi yang mempercaiku Mama dengan menginvestasikan sejumlah dananya supaya bisnis Mama bisa kembali berkembang.
Aku bingung dengan perasaanku sendiri. Seharusnya aku senang dengan kabar ini. Bukannya hal ini yang aku mau dari dulu? Keuangan Mama, bisnis Mama, semuanya baik-baik saja. Namun, aku justru tidak bereaksi apapun. Aku membeku selama sekian detik di atas tempat tidur.
Mendadak aku jadi teringat dengan ucapan Mas Laut beberapa waktu yang lalu.
"Buih, aku ini orang nggak punya."
Aku menyeka rambutku ke belakang. Dadaku mendadak menjadi sesak seperti ada sesuatu yang mengganjalnya.
Bang Laksmana:
Gue denger katanya lo disana udah punya pacar
kata siapa?
Palung
Aku menggerutu kesal. Dasar Palung tukang ngadu!
Bang Laksmana:
Kenapa lo nggak bilang-bilang sama gue?
Apa sekarang gue udah nggak penting lagi buat lo sampe-sampe
hal sebesar ini lo umpetin dari gue?
Aku mengembuskan napas berat, kemudian kujawab,
bukan gitu Bang
Sekarang bilang sama gue
Siapa pacar lo?
Mau tidak mau aku harus menceritakan tentang Mas Laut kekasihku kepada Bang Laksmana. Kukatakan kepada Bang Laksmana kalau nama kekasihku adalah Mas Laut. Dia sosok laki-laki yang baik, jadi kuminta Bang Laksmana supaya tidak mengkhawatirkanku. Namun, jawaban Bang Laksmana justru terkesan ketus.
Gue nggak percaya sama lo
Dulu lo bilang temen-temen lo baik,
tapi nyatanya jelmaan babi semua
Aku mengerutkan kening. Kenapa Bang Laksmana menjadi sensian begini, tidak biasanya ia seperti ini. Apakah dia punya masalah sendiri? Kenapa jadi seperti melampiaskannya padaku? Tapi dari dulu sampai sekarang, Bang Laksamana memang bisa mendadak menjadi bawel kalau sudah menyangkut aku didekatin oleh cowok.
Gue bawel because i want to protect you
Gue udah banyak ketemu cowok-cowok redflag
gue nggak mau aja adek gue satu-satunya kecantol sama
cowok modelan begitu
Aku lantas menjelaskan lebih detail kepada Bang Laksmana tentang bagaimana karakter Mas Laut yang aku kenal. Kutekankan berkali-kali kalau Mas Laut itu orang yang baik. Dia juga punya adik, namanya Banyu. Adiknya itu tunawicara. Dari cara Mas Laut yang setiap hari mengantarkan Banyu ke sekolah, kemudian juga dia yang siap pasang badan untuk membela Banyu ketika di bully, sangat terlihat jelas kalau memang Mas Laut adalah seorang yang penyanyang.
Kujelaskan juga pada Bang Laksmana kalau Mas Laut dapat membuatku bahagia meskipun dengan cara-cara yang sederhana.
Bang Laksmana:
Gue nggak bakalan percaya sama cowok lo itu
sebelum gue ketemu sendiri.
Bang Laksmana juga bilang, katanya Mama harus mengetahui hal ini. Kalau aku di Semarang sudah punya pacar. Namun, aku memintanya untuk tidak mengatakan hal ini kepada Mama. Bang Laksmana justru menjawab;
Bang Laksmana:
Kalau dia berani pacarin lo, dia juga harus berani
berhadapan sama keluarga lo.
Malam ini Bang Laksmana lebih banyak menceramahiku. Dari kata-kata yang dia ketik menunjukan bahwa dia tidak menyukai hubunganku dengan Mas Laut.
__________________________________
copyright©2023
More info Instagram :
caaay_
___________________________________
●a l l r i g h t r e s e r v e d●
KAMU SEDANG MEMBACA
Buih di Lautan
Fiksi RemajaKarena ada suatu masalah, Buih Pitaloka harus pindah dari ibu kota hingga ia bertemu dengan laki-laki bernama Laut Makrib, putra seorang nelayan laut Jawa. Keduanya meramu kasih ditengah perbedaan strata sosial hingga menyebabkan pertentangan dan me...