Pagi yang cerah matahari mulai keluar dari ufuk timur dan menerangi bumi. Para manusia bangun untuk melakukan aktivitasnya.
Di rumah para pemuda sendiri mereka sudah bangun dan berpakaian rapi. Itu dikarenakan mereka akan berjalan-jalan di desa sesuai apa yang sudah direncanakan.
Junghwan dan Hyunsuk sedang menonton TV menunggu kedua teman mereka selesai membersihkan diri.
Haruto keluar dari kamarnya dan berjalan mendekati Junghwan dan Hyunsuk. Ia berdiri disebelah merek berdua.
Tak berselang lama Jeongwoo juga sudah siap dengan pakaian rapi. Pemuda itu berjalan menghampiri teman-temannya yang sudah menunggu.
Disaat langkahnya mulai mendekat kearah mereka, Jeongwoo dibuat terheran-heran, ia tak mengerti.
"Kau bisa berjalan Haruto?"
Hyunsuk menolehkan kepala menatap kaki Haruto dan ikut merasa bingung juga.
"Dimana perban mu?"
Tunggu! Bukankah kemarin Haruto pulang dengan dipapah oleh Hyunsuk karena kakinya pincang. Lantas bagaimana ia bisa berjalan sekarang?. Dan lebih tak masuk akalnya, kenapa tidak ada bekas cakaran sama sekali di kaki Haruto?!. Itu sangat tidak mungkin.
Haruto hanya bisa membisu tidak tau harus menjawab apa. Ia juga tidak tau kenapa hal ini bisa terjadi. Pemuda itu ingat betul ia tidak melepaskan perban dikakinya. Siapa yang melepasnya?. Kenapa tidak ada bekas cakaran sama sekali dikakinya?.
TOK TOK TOK
Suara ketukan pintu terdengar mengalihkan mereka dari kejadian barusan. Junghwan membuka pintu dan mendapati Kai berada didepan rumah.
"Hello guys. Kalian sudah siap?" tanya pria itu dengan riang. Ia tampak bersemangat sekali hari ini.
Para pemuda itu langsung mengikuti Kai untuk pergi. Sejenak mereka melupakan kejadian yang baru saja terjadi. Sebelum berjalan-jalan mereka terlebih dulu menjemput para gadis yang berada dirumah sebelah.
ᏐᏐᏐ
"Hai Kai" sapa Lisa pada Kai yang dibalas senyuman menawan pria itu.
"Baiklah karena kita sudah lengkap. Mari kita mulai jalan-jalannya"
Mereka memulai acara jalan-jalan dengan Kai sebagai tour guide. Kai memandu mereka dengan memperkenalkan berbagai aktivitas warga.
Mulai dari sawah tempat dimana para warga bercocok tanam, lalu ke sungai yang terdapat kincir air besar yang mengalirkan air ke sawah.
Terdapat juga beberapa anak yang sedang berenang di sungai, mereka tampak sangat bergembira.
Mereka senang bisa berjalan-jalan seperti ini. Ditambah udara pagi disini sangat segar, pikiran mereka menjadi fresh seketika. Tidak ada polusi, tidak ada suara klakson kendaraan, dan tidak ada gedung-gedung pencakar langit.
Hanya ada rumah-rumah sederhana milik warga, pepohonan hijau yang enak dipandang mata, dan juga suasana yang damai.
Disela-sela Kai memberikan penjelasan tentang tempat-tempat yang sedang mereka kunjungi. Ahyeon mendekat kearah Haruto dan berbisik dengan pelan.
"Kemana bekas cakaranmu?"
Haruto menatap kearah Ahyeon. Ia jadi teringat kejadian tadi pagi. Pemuda itu balas berbisik pada Ahyeon.
"Aku tidak tau. Tiba-tiba saja bekas cakarannya hilang"
Ahyeon mengernyit bingung. Itu sangat tidak masuk kedalam logika. Bagaimana bekas cakaran bisa hilang dalam satu malam?.
"Dan tibalah kita disini. Ini adalah lapangan yang kemarin malam kita gunakan untuk acara api unggun. Kalian pasti mengingat nya bukan?"
Tibalah mereka di lapangan desa. Sepertinya ini adalah tempat terakhir yang diperkenalkan oleh Kai. Karena sudah hampir semua tempat mereka kunjungi.
"Mengapa lapangan ini sepi?. Apakah lapangan ini tidak pernah digunakan jika tidak ada kepentingan?" tanya Chiquita pada Kai.
"Itu karena-"
Seketika Kai merubah mimik wajahnya 180 derajat menjadi serius dan dingin.
"Disini terdapat makhluk tak kasat mata"
Satu kalimat yang Kai lontarkan membuat mereka terdiam seketika.
Tak berselang kemudian Rora menyahut ucapan Kai dengan penuh semangat dan tepuk tangan yang heboh.
"Woww, really?! Lalu kemana mereka? Aku ingin mengajak mereka ber-selfie"
KRIK KRIK KRIK
Mendengar apa yang diucapkan oleh Rora, Kai pun tertawa terbahak-bahak. Suara tawa bas pria itu menggelegar di lapangan.
"Ohh sorry girl. I just kidding. Tidak ada hal-hal seperti itu disini" ucap pria itu sembari menyeka sudut matanya yang berair karena terlalu banyak tertawa.
Rora menurunkan bahunya lesu. Ia kira ada hantu sungguhan disini. Ia sangat-sangat ingin bertemu dengan hantu kemudian ber-selfie.
Para teman-temannya hanya memandang Rora dengan tatapan datar. Entah mengapa teman mereka yang satu ini agak lain.
10 Juli 2023
Note:
Oke.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cannibal Village In The Forest [END]
Fiksi PenggemarMenceritakan sekelompok siswa berlibur ke desa karena mendapat cuti dari sekolah. Desa itu sangat indah dan juga asri. Jauh berbeda dengan tempat tinggal mereka di Ibukota yang penuh dengan polusi. Mereka kira liburan kali ini akan sangat menyenangk...