Masih dengan tangan diikat dan kondisi yang berantakan. Mereka dibawa ke tengah-tengah semacam tempat berkumpulnya para penduduk tersebut.
"Kakak, sebenarnya kita ini akan diapakan oleh mereka?" dengan hidung memerah dan juga air mata yang bercucuran dengan deras Chiquita bertanya pada kakaknya.
"Berdoa saja kita tidak akan diapa-apakan oleh mereka"
Tak lama kemudian seseorang yang mereka yakini sebagai kepala suku dari desa itu pun berdiri di hadapan mereka.
Kenapa mereka bisa tau jika itu kepala suku?. Karena pria itu menggunakan pakaian yang sedikit berbeda dengan penduduk lainnya. Pakaian mungkin terlihat biasa, tapi lebih menonjol dari pada yang lainnya. Juga kalung tengkorak yang melingkar di leher pria tersebut.
"Siapa kalian?"
"Darimana asal kalian?"
Ketujuh muda-mudi itu saling melirik dan menyuruh untuk menjawab kepala suku tersebut. Tapi tidak ada yang ingin menjawab. Pada akhirnya Lisa yang menjawab pertanyaan kepala desa.
Lisa menjelaskan kronologi dari A sampai Z bagaimana mereka bisa tiba di tempat ini. Kepala suku tersebut pun paham dengan apa yang menimpa mereka. Dan menyuruh penduduk itu melepaskan tali yang mengikat mereka.
Mereka pun dijamu secara besar-besaran. Banyak makanan seperti ubi dan buah-buahan berjejer rapi beralaskan daun pisang.
Mereka yang pada dasarnya lapar pun melahap semua makanan itu hingga tak tersisa.
"Perutku rasanya ingin meledak" ucap Chiquita sembari mengelus perutnya.
"Kau benar. Aku seperti orang yang tidak makan selama 3 hari rasanya"
"Nikmat mana yang kau dustakan"
Lisa tampak menghampiri kepala suku tersebut dan mengucapkan sesuatu.
"Terimakasih karena kau telah menjamu kami. Kami tidak mengira kalian akan menolong orang asing seperti kami" senyumnya tulus pada kepala suku.
"Tidak masalah. Itu memang kewajiban kami sebagai tuan rumah untuk menjamu kalian sebagai tamu" kepala suku tersebut membalas ucapan Lisa tak kalah ramahnya.
Lisa kemudian melihat kearah para teman-temannya yang sedang sibuk bercanda ria bersama para penduduk.
Entah apa yang sedang mereka bicarakan hingga tertawa terbahak-bahak seperti itu. Tapi mereka tampak senang.
"Jika kalian tidak keberatan. Bagaimana jika kalian menginap disini sampai matahari terbit?"
Lisa sedang berpikir dengan tawaran kepala suku. Apakah lebih baik mereka menginap disini selama satu malam?. Atau pergi melanjutkan perjalanan mencari jalan pulang?.
Pada akhirnya Lisa menerima tawaran kepala suku yang menyuruh mereka menginap di desa ini. Lagipula untuk apa menolak?. Ini sudah malam dan teman-temannya itu ia yakin pasti lelah.
"Tentu"
ᏐᏐᏐ
Malam hari di desa tempat mereka berlibur. Rami dan Junghwan masih setia menunggu kepulangan mereka.
Keduanya duduk berdampingan menatap kosong api yang berkobar di atas tumpukan kayu didepannya.
Pikiran mereka melalang buana bagaikan ombak yang beriak-riak. Ini sudah 2 hari semenjak temannya hilang di dalam hutan. Dan tidak ada tanda-tanda mereka akan kembali.
Apakah mereka baik-baik saja di hutan?.
Entahlah mereka juga tidak tau jawabannya.
"Hei Junghwan" Rami memulai pembicaraan. Junghwan yang duduk di samping menoleh kepada kakak tingkatnya itu.
"Menurutmu apa yang sedang mereka lakukan di sana?"
"Entahlah. Mungkin Chiquita dan Rora yang sedang bertengkar" pemuda itu mengendikan bahunya asal menebak.
Bisa saja bukan?, Chiquita dan Rora adalah orang yang hobi bertengkar. Dimana pun kedua gadis itu berada, mereka tidak akan lepas dengan yang namanya bertengkar.
Rami tertawa kecil mendengar jawaban yang dilontarkan Junghwan. Ya, ia juga setuju dengan itu. Sedetik kemudian raut wajah Rami menjadi sendu.
"Ini semua salahku" Rami berucap lirih.
"Tidak, itu bukan salahmu"
"Ya, ini salahku"
"Jika kemarin aku mendengarkan makhluk itu dan memaksa kalian untuk membatalkan liburan ini. Semuanya pasti baik-baik saja"
Menyesal pun tak ada gunanya. Semuanya sudah terlambat.
Junghwan mengernyitkan dahinya bingung.
"Makhluk?"
"Ya, saat aku izin untuk pergi ke toilet kemarin ada suatu makhluk yang mendatangiku. Dia melarangku untuk pergi. Tetapi karena aku tidak ingin mengacaukan liburan, aku tidak mendengarkan makhluk itu dan memilih untuk pergi"
Dengan pandangan sayunya gadis itu berkata. Rami mengeratkan jaketnya untuk menutupi rasa dingin karena angin malam.
"Apa kejadian Haruto waktu itu juga ada kaitannya?. Mahkluk entah apa itu mencoba untuk memberi pesan kepada kita?"
Benar apa kata Junghwan, mereka sebenarnya sudah diperingatkan oleh makhluk itu. Tetapi mereka tidak menggubris peringatan-peringatan tersebut. Alhasil inilah yang mereka dapat.
Junghwan harap semua akan baik-baik saja. Semoga teman-temannya segera pulang dengan keadaan normal sama seperti saat mereka pergi memasuki hutan.
26 Agustus 2023
Note:
😁😁.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cannibal Village In The Forest [END]
FanfictionMenceritakan sekelompok siswa berlibur ke desa karena mendapat cuti dari sekolah. Desa itu sangat indah dan juga asri. Jauh berbeda dengan tempat tinggal mereka di Ibukota yang penuh dengan polusi. Mereka kira liburan kali ini akan sangat menyenangk...