What Are You Doing Here?

198 29 1
                                    

Sudah terhitung berapa lama mereka berjalan, tetapi tidak juga menemukan jalan pulang. Pada akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti.

Mereka sudah berkali-kali berteriak meminta tolong, tetapi tidak ada tanda-tanda orang akan mendengar teriakan mereka. Yang ada hanya tenggorokan mereka sakit dibuatnya.

Mereka berisitirahat dibawah pohon karena kelelahan berjalan. Hari sudah malam dan tidak ada pencahayaan selain bulan yang melihat kemalangan mereka.

"Apakah dari kalian tidak ada yang membawa smartphone ?" tanya Jeongwoo pada yang lainnya.

"Aku bawa" jawab Chiquita sambil merogoh saku celananya. Dahinya tampak berkerut saat menyadari barang yang ia cari tidak ada di sakunya. Chiquita terdiam sejenak. Ia menepuk pelan dahinya.

"Maaf Jeongwoo. Sepertinya smartphone miliku terjatuh saat aku berlari tadi"

Jeongwoo menurunkan bahunya lesu. Tapi tak lama kemudian ia menaikan bahunya lagi saat mendengar ucapan Rora.

"Aku membawanya. Kau mau pinjam?" Rora kemudian menyerahkan smartphone miliknya kepada Jeongwoo.

Jika kalian bertanya mengapa mereka tidak menelepon menggunakan smartphone dan meminta bantuan pada warga desa. Maka jawabannya adalah "Tidak ada gunanya".

Mereka sudah menelepon berkali-kali tetapi tidak bisa tersambung. Dikarenakan minimnya sinyal ditempat itu. Itulah mengapa mereka tidak lagi menelepon, karena hanya akan sia-sia.

Jeongwoo menyalahkan senter dari smartphone milik Rora. Itu jauh lebih baik dari pada gelap-gelapan seperti tadi.

Terjadi keheningan diantara mereka. Tidak ada satupun kata keluar dari mulut.
Hanya ada suara jangkrik yang bernyanyi menemani kesunyian.

Berharap ada bantuan datang dan membawa mereka keluar dari hutan yang gelap. Tapi itu hanya harapan belaka, nyatanya tidak ada orang pun selain mereka di hutan itu.

Seharusnya mereka menuruti perkataan Kai tadi. Mereka menyesal, tetapi mau bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur.

"Ouchh" pekikan kecil itu membuat keheningan beberapa lalu terhenti.

Tampak Chiquita memegang tangannya dan mengusap pelan. Gadis berponi itu melirik sinis pada Rora.

"Mengapa kau memukuliku?!"

"Aku tidak sengaja melihat nyamuk di tangan mu. Oleh karena itu aku memukulnya" Rora menjelaskan alasan apa ia memukul Chiquita. Tapi sepertinya Chiquita tak terima akan hal itu.

"Tetap saja ini sakit" dumelnya sembari mengusap-usap tangannya. Rora melirik dan merotasikan bola matanya malas.

"Seharusnya kau berterimakasih padaku. Bukan malah marah" sindir nya pelan.

"Ouchh"

Tepukan keras dari Chiquita membuat Rora mengaduh. Gadis cantik itu ikut mengusap pelan tangannya yang dipukul oleh Chiquita.

Rora balik menatap Chiquita marah. Sepertinya akan terjadi keributan sebentar lagi.

"Apa-apaan kau ini?!. Mengapa kau memukulku?" tatapan sengit dilayangkan Rora. Ia tak terima akan hal itu tentu saja.

"Memangnya kenapa?. Kita impas bukan?" Chiquita berkata dengan ekspresi yang membuat Rora gatal ingin menonjoknya.

"Dasar orang gila" gumamnya pelan. Sepelan apapun gumaman Rora Chiquita masih bisa mendengarnya.

"Apa?!! Gila?!! Bukankah selama ini kau yang gila?? Dasar sinting!" balas Chiquita tak terima dikatai gila.

Bisakah temannya yang satu ini bercermin. Dialah satu-satunya orang yang gila diantara teman-temannya yang lain. Orang waras mana yang ingin berselfie bersama hantu jika bukan Rora.

"Apa?? Asal kau tau, aku pernah mendapatimu berbicara di kamar sendiri bahkan tersenyum tidak jelas hingga bibirmu itu akan robek rasanya. Lalu apa namanya jika bukan gila?"

"Kau ini sepertinya tidak takut ya" ucapnya mengepalkan tangan dengan gigi bergemeletuk menahan amarah.

"Tidak. Memangnya kenapa?. Aku tidak takut pada apapun!"

Adu cekcok antara mereka belum juga selesai, para teman-temannya hanya bisa diam dan tidak mencoba melerai kedua gadis itu. Mereka sudah cukup pusing dan lelah dengan apa yang menimpa mereka.

Entah mengapa adu cekcok diantara Chiquita dan Rora berhenti. Terdengar suara gresak-gresuk di semak-semak yang tak jauh dari tempat mereka beristirahat.

Mereka mamasang badan waspada dengan wajah yang takut. Oh ayolah ini ditengah-tengah hutan, bukan tidak mungkinkan ada binatang seperti harimau disini?.

Pikiran-pikiran negatif mulai memenuhi kepala mereka. Jika tiba-tiba harimau benar-benar datang kepada mereka itu bukanlah sesuatu yang lucu.

Chiquita berlindung dibalik tubuh Rora diikuti oleh Ahyeon, Haruto, Hyunsuk, dan Jungwoo.

"H-hei Rora, b-bukankah kau bilang t-tidak takut p-pada apapun?" Chiquita berucap dengan bibir bergetar, ia ketakutan.

"Y-ya, aku juga m-mendengarnya t-tadi. R-Rora, usir harimau itu" Hyunsuk berbicara dengan terbata-bata. Ia juga sama ketakutannya dengan yang lain.

Rora langsung membelalakkan matanya. Apa-apaan bajingan itu, bisa-bisanya pemuda itu menyuruh seorang gadis sepertinya untuk mengusir harimau.

Seketika ia menyesali ucapannya yang berkata tidak takut pada apapun. Seharusnya ia tak mengatakan kalimat itu tadi. Benar kata pepatah "Mulutmu Harimaumu".

Dan sekarang harimau benar-benar datang untuk memakannya.

Semakin lama suara itu semakin keras terdengar. Tubuh Rora bergetar, ia takut. Keringat dingin mulai bercucuran dari keningnya.

Ia penasaran dengan apa yang ada dibalik semak-semak itu. Apakah itu harimau sungguhan atau bukan. Tapi disisi lain ia juga takut.

Tetapi rasa penasarannya lebih besar, jadi dia memutuskan untuk melihat dibalik semak-semak tersebut.

Lalu seseorang keluar dari persembunyiannya yang mana membuat Rora reflek menjerit diikuti teman-temannya.

"HANTUU!!"

"AAAAAAA"

Seseorang itu terlonjak mendengar teriakan menggelegar mereka.

"Hei hei stop. Aku ini manusia, bukan hantu!" seseorang itu berbicara.

Mendengar ucapan tersebut, mereka menghentikan teriakannya. Kemudian menoleh pada sosok tersebut. Dan kompak bertanya secara bersamaan.

"Lisa?"

"What are you doing here?"

16 Juli 2023

Note:

Hai, hai, hai apa kabar?. Update-an terbaru jangah lupa klik vote nya ya. Makasihhh banyakkk.

Cannibal Village In The Forest [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang