Rora!

186 17 1
                                    

"Rora!"

Rora masih dalam keadaan sehat. Hanya saja ia tertangkap oleh para penduduk itu.

Para penduduk tampak bahagia bisa mendapatkan Rora sebagai mangsanya. Mereka seperti memenangkan lotre.

"Lepaskan Rora!" perintah Haruto dengan gigi bergemelatuk menahan amarah .

Para penduduk yang mendengar hal tersebut sontak tertawa terbahak-bahak. Melepaskan?. Jangan harap!.

"Kami tidak akan melepaskannya. Gadis ini cukup cantik. Tetapi ia lebih nikmat jika menjadi santapan kami" ucapan menjijikkan keluar dari mulut pria tersebut. Pria itu mengelus lembut wajah Rora dengan kuku jari-jarinya yang panjang dan hitam.

Tentu saja para teman-temannya marah akan hal itu.

"Jangan sentuh dia!" Chiquita berteriak marah. Emosi meluap-luap dari diri gadis itu. Melihat temannya yang ketakutan membuatnya khawatir.

Pria itu tertawa semakin keras mendengarnya. Lalu menatap para pemuda dan pemudi tersebut dengan pandangan kasihan. Betapa naasnya mereka akan menjadi santapan mereka.

Aksi saling menyerang diantara mereka pun terjadi. Mereka yang hanya bermodalkan nyali tersebut menyerang para penduduk yang menggunakan tombak.

Pertarungan itu sangat sengit. Mereka saling menyerang satu sama lain.

"Tak ada gunanya kalian melawan sekalipun. Lebih baik menyerah saja dan menjadi mangsa kami" ucapnya sombong.

Tombak mereka saling beradu. Lisa menatap pria itu dengan jijik. Ingin rasanya dia meludahi wajah jeleknya.

"Aku tidak akan menyerahkan diriku sendirian untuk makhluk rendahan seperti dirimu"

Pria tersebut tentu saja marah mendengar jawaban berani yang keluar dari mulut Lisa. Apakah gadis itu tidak sadar sekarang bahwa ia sedang menantang mautnya sendiri?.

"Untuk ukuran gadis seperti mu kau cukup berani. Tapi semuanya akan sia-sia saja. Karena kau dan para teman-temanmu tidak akan bisa kembali pulang" bibirnya menyeringai lebar.

Atmosfer yang tadi suram sekarang makin menjadi suram karena kehadiran seseorang. Para penduduk tersebut tanpa diminta menyingkir memberi jalan pada orang tersebut.

Seorang pria paruh baya berdiri dihadapan mereka. Orang tersebut adalah kepala suku. Menyeringai seram kepada mereka.

"Masih mencoba ingin kabur?" kelapa suku menyeringai lebar menunjukkan giginya yang meruncing tajam. Masih ada noda darah di giginya.

"Sampai kalian mati membusuk disini pun kalian tidak akan kembali. Dasar manusia bodoh!" tawa menggelegar keluar dari mulutnya diikuti penduduk lainnya.

Mendengar ucapan tersebut membuat ketujuh orang tersebut marah sekaligus khawatir jika mereka benar-benar tidak bisa pulang. Berani sekali mereka berkata seperti itu.

"Kaulah yang bodoh!. Orang buangan sepertimu seharusnya tidak diciptakan di dunia ini. Kau hanya sampah dari sampah itu sendiri!!" Chiquita berteriak didepan mereka semua dengan suara yang lantang. Gadis itu mendengus hina dengan tingkat kepercayaan diri mereka.

"Jalang kecil ini" geram kepala suku marah. Pria tersebut lalu menoleh kearah Rora dan mencengkram leher gadis tersebut kasar.

Sontak hal tersebut membuat temannya kaget. Rora menahan rintihan nya dan berusaha melepaskan tangan kepala suku dengan memukul-mukul tangannya.

"Meski keadaan kalian sudah diujung maut pun, kalian tetap saja besar kepala. Pilihan ada di tangan kalian. Ikut bersama kami atau gadis ini yang akan kami bawa dan habisi untuk menjadi santapan kami" kepala suku tersebut berkata dingin dengan gigi yang bergemeletuk menahan amarah.

Mereka sekarang sedang mengalami dilema. Jika mereka ikut maka sama saja mereka yang akan menjadi santapan. Tapi jika mereka tidak menolong Rora---. Ughh kenapa hal seperti ini harus terjadi kepada mereka!!.

"LEPASKAN RORA"

"Lepaskan?" kepala suku tersebut menoleh kemudian tersenyum lebar.

"Dalam mimpimu"

Kemudian kepala suku memerintahkan para penduduk untuk mengikat kaki dan tangan Rora pada sebuah bambu kemudian menggotongnya seperti hewan buruan.

"Tolonggg. Hei apa yang kau lakukan?. Jangan ikat aku. Do you hear me?. Fuckk, jabingan ini"

Penduduk tersebut tidak menghiraukan serentetan perkataan Rora dan tetap melakukan sesuai yang diperintahkan.

Kemudian mereka menggotong Rora untuk kembali ke desa. Dengan perasaan yang membuncah bahagia. Walaupun mereka tidak mendapatkan keenam pemuda lainnya. Mereka sudah cukup bahagia mendapatkan satu.

Dengan perasaan senang mereka menggotong Rora dengan menyanyikan sebuah lagu dengan bahasa yang terdengar asing ditelinga keenam pemuda dan pemudi itu.

ᏐᏐᏐ

Keenam pemuda dan pemudi diam dengan wajah yang tegang. Teman mereka dibawa oleh suku kanibal dan mereka tidak tau apa yang harus mereka lakukan. Otak mereka buntu.

Chiquita mondar-mandir menggigit jarinya sembari berpikir bagaimana cara menyelamatkan Rora yang dibawa oleh suku kanibal.

"Apakah kalian tidak mempunyai satu rencananya pun untuk menyelamatkan Rora?" dengan wajah panik yang kentara gadis itu bertanya.

Merasa ucapannya tidak digubris Chiquita berteriak kesal kepada mereka. Kenapa mereka hanya diam saja dan tidak melakukan apa-apa?.

"Kenapa kalian diam saja?. Rora sedang dibawa oleh suku itu, kenapa kalian tidak menolong nya?. Apa kalian senang Rora dibawa oleh suku itu?, iya?"

Para teman dan kakaknya yang mendengar perkataan hal tersebut pun menatap tajam Chiquita.

"Kau pikir kami juga tidak panik saat Rora dibawa oleh suku itu?. Kami juga merasakan hal yang sama denganmu!. Senang?. Bagaimana kami bisa senang saat teman kami sendiri dibawa oleh seseorang yang bahkan sangat menakutkan!!"

Hening.

Tidak ada yang menyahut perkataan Haruto. Semuanya hanya diam membisu. Mereka harus menyiapkan rencana sesegera mungkin untuk menyelamatkan Rora

ᏐᏐᏐ

Masih dengan keadaan kaki dan tangan yang terikat. Rora digotong menggunakan bambu. Gadis itu berteriak meronta-ronta untuk dilepaskan tetapi tidak digubris oleh mereka.

Para penduduk tetap berjalan tanpa menghiraukan teriakan dari Rora. Sembari menyanyikan sebuah lagu yang terdengar asing ditelinganya. Ia tidak tau bahasa apa yang mereka gunakan.

Para penduduk lainnya menyambut mereka dengan heboh. Rora rasanya pusing mendengar omongan mereka yang seperti pulu-pulu.

Kepala suku menaiki seperti podium kecil dan mengundang atensi seluruh penduduk.

"Wahai penduduk suku. Ada kabar bahagia untuk diri kita semuanya-" ucap menggelegar kepala suku disambut teriakan tak kalah hebohnya dari penduduk.

"Kami berhasil menangkap satu manusia dari total tujuh yang ada"

Tampak para penduduk menunduk lesu saat mendengar apa yang kepala suku katakan. Kenapa hanya satu yang bisa mereka tangkap?. Kenapa tidak semua saja?.

Melihat ekspresi para penduduk nya yang tidak puas, kepala suku kembali berbicara.

"Meskipun hanya mendapatkan satu manusia saja. Kita akan pesta besar malam ini. Dan kalian tidak perlu khawatir, kami akan menangkap manusia lagi besok. Mari berpesta!!"

Seperti orang yang kesetanan para penduduk tersebut memakan daging manusia yang tepat berada di samping Rora dengan brutal.

Ia meringis jijik melihat mulut yang belepotan akan darah itu memakan daging turis disebelahnya dengan lahap. Yang hanya bisa dilakukan adalah menutup mata dan menunggu pertolongan para teman-temannya.

30 Maret 2024

Note:

up lagii yaa. 🙌🏻

Cannibal Village In The Forest [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang