25. [9] tidur bareng

585 43 7
                                    

Setelah kejadian pemecahan telor tadi, gue pura-pura masih kesakitan dan pura-pura kaki gue juga sakit.

Dah jangan komen kalau gue kebayakan drama, kadang kita itu harus tampil lemah didepan orang yang kita suka. Mau caper ceritanya.

"Bib serius masih sakit?" tanya Biu mulai khawatir karena dia liat gue tiduran disofa sambil megangin kesayangan gue.

"Lo pikir sendiri, kondisi gue lagi ga baik malah lo tamba-tambahin lagi ampe acara tendang gue," jawab gue sewot, dalam hati mah ga tega gue liat dia cemberut dengan wajah rasa bersalah itu. Tapi gue mau caper jadi ga boleh lengah.

"Ya sorry, mau gue kompres pake air panas?" tanya dia menatap gue lembut.

"Tytyd gue melepuh kalau gitu anjg."

"Ya gapapa biar lo ga punya itu sekalian."

"Terus siapa yang bobol lo kalau bukan gue ?"

Jangan bilang sih Gemini?

"Pikiran lo ya anjing, eh bentar pala lo gapapa seriusan?"

"Gapapa, kenapa emang?"

"Soalnya otak lo rada rada sange jadi gue kira otak lo diganti sama otak kang pedofil."

"Matamu Bi,"

Kalau dipikir iya ya, gue sange sama biu. Maksud gue sayang banget sama biu.

"Nanti lo tidur disofa ya, gue dah siapin selimut biar lo ga kedinginan."

Gue langsung auto melotot sambil geleng-geleng kepala. Apa-apaan, masa orang sakit harus tidur disofa.

"Ga, gue mau tidir dikamar!"

"Lo tamu bego, ngapain tidur dikamar?" kata dia.

"Yaudah tinggal kita bareng aja, apa susahnya, kaya orang yamg ga perna tidur bareng aja."

"Sekarang sama dulu beda, lo udah jadi pedofil gue takut."

"Gue becanda tadi anjir, takut banget lo, lagian kaki kaya gini mana bisa gue ngelakuin itu."

"Kalau gue bilang mau gimana?"

"Yaudah yok," kata gue langsung berdiri.

"Tuh kan, udahlah lo tidur disini!"

"Gue lagi sakit loh Biu," kata gue masang wajah seperti anjing.

Anjing lucu ya bukan anjing yang seremin gitu.

"Ck, tapi awas aja kalau lo sampe pegang pegang gue," ancam dia menunjuk kearah burung gue lagi,"gue sunat seribu kali."

Buset, gue auto ngeri kalau kaya gitu. Gue langsung angguk-angguk doang, gue janji gue ga bakal ngelakuin apapun sama Biu kalau gue ga hilaf.

Sekarang gue beneran udah tidur sekasur sama Biu dan dia sendiri udh tidur dari tadi.

Sepercaya itu dia sama gue?

Gue ga bisa tidur, rasanya benar-benar seperti mimpi hari ini. Gue ga perna bayangin kalau diantara kita ada kesan yang romantis.

Andai gue lebih dulu suka sama dia, mungkin 8 tahun itu tidak akan terbuang sia-sia.

"Biu jangan datangkan karma buat gue, tolong cintai gue untuk yang kedua kalinya," gue menangkup pipi tirus itu dengan satu dekapan tangan.

Pipinya memang tidak secabby dulu tapi dia lebih menawan dari masa SMA. Pantas saja sekarang banyak sekali saingan gue.

Gue kaget ketika bibir sexynya mulai bergerak melingkar bentuk bulan sabit, tanganya memegang tangan gue lembut.

"Met, lo ga perna hilang dari hati gue,"

Deg, gue langsung menarik tangan gue dan terduduk dengan rasa yang tidak bisa gue kondisikan.

Gue melihat lagi kearah Biu, matanya masih terpejam dengan gaya tidur yang tidak bisa digambarkan. Bajunya sedikit terbuka, rambut acak-acakan dengan senyuman tipis dari bibirnya.

Jadi dia ngelindur?

"Sialan," gue langsung menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut tebal, mengulung hingga dia terbuntal seperti nasi sushi yang diselimuti rumput laut.

(ini gue ga bisa gambarin ya, andai sih  biu ini nasinya trus, selimunya tuh rumput laut nya dan digulung gulunglah biu dengan selimut kaya makanan sushi asal jepang, intinya gitu)

Setelah itu gue cabut dari tempat tidur itu.

Sekarang gue disofa, "anjing."

Gue mengacak-acak rambut sendiri, menutupi wajah gue beberapa kali dengan bantal.

Apa yang baru dia bilang?

Sial, sial sial bazhingan lo Biu.

Bible Pov End

Build Pov

Sebuah cahaya sekarang nembus lewat jendela, bahkan beraninya dia memantulakanya diwajah gue pas hari libur.

Gue ngeliat kekanan dan kekiri.

Tunggu, kok gue ga bisa gerak? Gue negok kebawa, anjing sejak kapan selimut ini terlilit kenceng ditubuh gue.

"Gue tidur berantakan banget, sampe ini selimut kek gini?" monolog gue berusaha lepas dari lilitan selimut itu.

Tapi alhasi ga bisa cok, beneran dan serius ga boong. Ga ada pilihan lain, gue harus minta bantuan.

"BIBLE TOLONG!" triak gue yang ga bisa lepas dari selimut itu, "SUMETT BANGSAT WOY TOLONGIN GUE."

Kreot, "apa?" kata dia keluar dari kamar mandi dengan handuk yang terlilit diatas pinggangnya, gue bisa lihat persis gimana bentuk tubuhnya dengan beberapa busa itu dan tak lupa juga dengan sikat gigi yang masih ada dimulutnya.

Astagafirullah, pagi hari ini benar-benar sangat anjing. Kalau belum selesai mandi kenapa keluar bazhingan.

"LO NGAPAIN ANJING."

Gue malingin wajah kesamping, sedangkan dia malah semakin dekat dengan keberadaan gue.

"Bib!" gue mulai khawatirkan, hati inipun mulai diskoan. Sial move on gue sia-sia sekarang.

Sret, "dah lepas!" kata dia membuat gue melihat kearah selimut.

Kok bisa?

"ekm, eum..."

"Sama-sama," kata dia ninggalin gue diatas kasur, terus dia lihat gue lagi pas diambang pintu.

"Cepet bangun dan mandi, gue udah siapin makanan dan nanti jam 9 kita bakal keluar," jelas dia.

"Kemana?"

"Ga usah banyak tanya, cepet bangun atau ga gue yang bakal gendong lo sampai kekamar mandi!" ancam dia.

"Iya iya, ya lo aja sono selesain dulu mandinya baru panggil gue nanti."

Bersambung....

Just Friend? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang