3. Taman

20 7 0
                                    

Jam pelajaran terakhir sudah selesai. Itu menandakan para murid di sini disilakan meninggalkan sekolah ini.

Raja dan Ridho berjalan berdua menuju ke tempat parkir. Raja hari ini tidak membawa sepeda motor karena kunci motornya disembunyikan oleh mamanya. Terpaksa hari ini ia harus menebeng dengan Ridho.

"Dho, lo ambil motor lo dulu. Gua mau ngerokok."

"Ngerokok dimana lo? ati-ati ini kawasan sekolah. Lo gabisa seenaknya ngeroko di sini."

Raja menepuk pundak Ridho dua kali, "Gua ngeroko di depan bro. Sekalian nyari cewe."

"Cewe yang kemarin? yang badannya kek Lucinta Luna?. Yang dandanannya tebel setebel dompet gua?"

"No, kek Lonte dia."

"Ya trus siapa, Ja. Jangan sampek lo nyari yang spek rendahan."

Raja tertawa singkat, "Gua tau mana yang berkualitas."

Raja meninggalkan Ridho sendirian, ia akan menunggu di depan gerbang sekolah. Ia akan mencari gadis itu, karena ia sangat penasaran dengan sosok bernama, Aruna Raespati itu.

Seperti biasa, ia mengeluarkan dan menyalakan rokoknya. Ia hirup lalu ia hembuskan asapnya ke sembarang arah.

Raja menoleh ke arah gerbang, gadis yang diincarnya saat ini telah keluar dari area sekolah. Ia menghampiri Aruna dengan tangan kiri memegang rokok, tangan kanannya ia masukkan ke dalam saku celananya.

"Ehem," dehaman Raja membuat Aruna berhenti. Aruna menoleh ke belakang.

"Kak Raja," ia kira gadis itu telah melupakan namanya.

"Jalan kaki?"

Aruna menggelengkan kepalanya, "Aku dijemput bapak."

Raja menghisap rokoknya lalu ia hembuskan ke wajah Aruna. Hingga gadis itu terbatuk-batuk.

"Mana bapak lo?"

"Nanti juga dateng." Aruna merasa kesal dengan lelaki ini. Kalau bukan ia berbalas budi dengan lelaki ini, ia akan mencakar-cakar muka bangsat Raja itu.

"Trus, rumah lo mana?." Aruna menghembuskan napas kasar.

"Kamu nanya?." Aruna rasanya ingin meninggalkan lelaki ini sendiri di sini.

"Ayo kesana, ikut gua!." Raja menggandeng tangan Aruna. Aruna ingin melepaskan tangannya dari genggaman Raja, tapi tidak bisa. Tangan Raja terlalu kuat.

"Kemana?," tanya Aruna.

"Diem!." Aruna terpaksa diam seribu bahasa. Kalau ia memberontak, tak tau lagi. Kemungkinan sudah terbunuh oleh Raja. Raja membuang putung rokok ke bawah kakinya lalu ia pijak sampai apinya padam.

Raja menggandeng tangan Aruna, menyebrangi jalan raya yang sangat ramai menuju taman seberang sekolah. Di sana terdapat banyak bunga dan permainan anak-anak.

Telah sampai, Aruna melihat ada bangku tak jauh darinya. Ia mendekati bangku dan mendudukkan dirinya. Daripada berdiri, encok nanti.

"Kak Raja! sinii!"

Raja menghampirinya dan berdiri di samping kirinya. Tetapi Raja tetap berdiri, Aruna merasa tidak enak hati. Bisa-bisanya ia duduk tapi Raja tetap berdiri. Akhirnya Aruna berdiri, mencoba menahan punggungnya yang sudah encok. Mungkin karena terlalu lama berdiri.

"Kenapa?"

"Ehh a-anu capek duduk." Aruna mengalihkan pandangannya. Ia melihat-lihat jalanan saja. Karena ia takut memandang wajah Raja, seremmm.

Raja tak menghiraukan ucapan Aruna. Ia terus memandang Aruna dengan tatapan tajam dan penuh arti.

Aruna tersadar bahwa ia sedang ditatap oleh Raja.

Cerita Bahagia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang