16. Rumah sakit

15 7 0
                                    

Di lapangan futsal sekolah Raja dengan lihai menggiring bola ke arah gawang, keringat yang memenuhi sekujur tubuhnya tak membuat kobaran semangatnya luntur. Saat hendak menendang bola ke gawang, dia mendengar seseorang memanggil namanya.

"Jaaa, oyy." Ridho menghampiri Raja dengan terengah - engah karena terus lari untuk menemui Raja.

"Ada apa? Kenapa lo ngos - ngosan kek gitu?," tanya raja penasaran tentang apa penyebab kerisauan sohibnya itu.

"A--Aruna, dia--dia jatuh dari rooftop"

Tubuh raja menegang mendengar penuturan Ridho, ia langsung lari ke tempat yang disebut oleh Ridho.

Saat sampai di tempat ia tuju, Raja melihat gerombolan siswa siswi disana.

Raja langsung menerobos gerombolan itu dan langsung disuguhi dengan Aruna yang sudah tergeletak sangat mengenaskan. Dengan darah yang memenuhi sekujur tubuhnya, bahkan separuh wajahnya penuh luka.

Dengan tertatih ia meraih tubuh ringkih kekasih nya ke dalam pelukannya, merasa menyesal karena tak bisa menjaga kekasih nya dengan baik.

"Sayang?, tahan ya?. Aku di sini." Raja tak bisa membendung air matanya melihat Aruna yang tak kunjung membuka mata, ia hanya bisa menangis dan menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi.

"Raja, ambulans udah sampai, cepat bawah Aruna ke ambulan agar bisa ditangani," ucapan dari kepala sekolah berhasil membuat kesadaran Raja kembali, tanpa babibu Raja langsung membawah Aruna ke ambulan yang sudah stand by di depan sekolah.

Raja membaringkan tubuh Aruna di brankar dan ikut masuk ke dalam ambulans.

Keadaan di dalam ambulans sangat mencekam, para dokter dan suster berusaha memberikan pertolongan pertama pada Aruna. Sementara Raja terus menggenggam tangan Aruna seakan takut jika ia lepas maka Aruna akan pergi jauh dari nya.

"Bertahanlah, Aruna," ucap Raja lirih tepat di telinga Aruna. Entah kenapa perjalanan menuju rumah sakit terasa sangat lama.

Dokter yang menangani Aruna mulai panik saat monitor pendeteksi jantung menunjukkan detak jantung Aruna semakin rendah, "Suster cepat siapkan defibrillator!, Detak jantung pasien semakin lemah!".

Raja panik mendengar ujaran dokter, "apa yang kau lakukan?! Cepat obati Aruna dan selamatkan dia?!," bentakan Raja membuat dokter terkesiap, "Tenang kak, kami sedang berusaha sebaik mungkin."

"Alat sudah siap dokter"

Dokter langsung mengambil nya, "Baiklah, ayo kita mulai. Satu... Dua... Tiga?!," tidak ada kemajuan, detak jantung Aruna justru semakin melemah.

"Kita coba lagi. Satu... Dua... Tiga"

Gagal.

Aruna menyerah.

Raja terpaku menatap monitor pendeteksi jantung Aruna yang menunjukkan garis lurus, Aruna telah pergi.

........

Motor yang dikendarai Dika sudah sampai di pekarangan rumah Aruna. Dengan tergesa - gesa Dika menghampiri Pak Aryo yang sedang mengangkat galon, "Om aryo?!". Pak Aryo terkejut mendengar teriakkan Dika, tanpa mempedulikan galonnya yang menggelinding entah kemana Pak Aryo langsung menghampiri Dika dengan wajah panik.

Entah kenapa perasaannya menjadi tidak enak, melihat wajah panik dan risau Dika membuatnya menjadi bingung dan ikut panik.

"Ada apa le?, kenapa panik gitu kamu, Aruna ke mana?," pertanyaan Pak Aryo semakin membuat Dika merasa berat untuk memberitahu Pak Aryo tentang Aruna.

"Aruna, d--dia jatuh dari lantai atas, Om. Sekarang Aruna sedang dibawa menuju ke rumah sakit," tubuh aryo terasa lemas setelah mendengar tentang Aruna. Kesadarannya hilang entah kemana.

"Om, sadar Om!, kita harus bergegas ke rumah sakit untuk melihat keadaan Aruna." Pak Aryo tersadar dan bergegas menaiki motor Dika dan menuju rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Pak Aryo dan Dika melihat Raja yang bersandar di dinding rumah sakit, tatapannya nampak kosong, jiwanya seperti melayang entah kemana.

Pak Aryo mendekati Raja dengan perasaan campur aduk.

"Rajaaa," panggil Pak Aryo lirih.

"Putriku?, Dimana putriku?." Pak Aryo semakin panik melihat wajah Raja yang meluruhkan air matanya. Raja perlahan memeluk Pak Aryo, tangisannya luruh tanpa henti, dadanya terasa sesak.

Dirasa cukup, Raja melepaskan pelukannya. Mulut Raja terasa kelu saat akan memberi tau Pak Aryo tentang kondisi Aruna.

Saat ingin membuka mulutnya, jenazah Aruna dikeluarkan dari ruang jenazah untuk dipulangkan ke rumah lalu dikuburkan.

Mata Pak Aryo memanas, hingga air mata jatuh dari matanya. Dadanya bergemuruh, pikirannya campur aduk. Apa benar di atas brankar itu putrinya?.

Harapan untuk masa depan Aruna telah pupus, Putrinya meninggalkan dirinya untuk selamanya.

......

Cuaca mendung menandakan hujan akan segera tiba, dunia seakan ikut merasakan kesedihan yang dirasakan semua orang yang ada di tempat pemakaman.

Seorang pria terduduk lemah disisi makam sang kekasih, Rajash Bimantara. Pria itu seakan tak mempunyai tujuan hidup. Dia memandang nisan yang tertera nama sang pujaan hati--Aruna Raespati.

Sontak Raja menggenggam tanah makam kekasihnya dengan penuh rasa amarah. Merasa tak terima atas apa yang menimpa sang kekasih.

Ia merasa tak terima saat menemukan kekasihnya tewas dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Dengan darah yang memenuhi sekujur tubuh.

"Ditinggal kamu tidur aja sunyi, apalagi ditinggal kamu pergi"

Setelah mengucapkan itu, Raja bangkit dan pergi dari makam menyisakan beberapa orang saja. Dan tanpa Raja ketahui ada seseorang yang memandang kepergiannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

......

Cerita Bahagia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang