Di sisi lain, Aruna berangkat kesiangan karena ban motor Pak Aryo bocor. Hingga Aruna hanya bisa menunggu. Aruna bisa saja berangkat bersama bus, tetapi karena tertinggal jadi ia harus menunggu bapaknya.
"Bapak? masih lama?." Pak Aryo mengelap keringatnya dengan tangannya lalu membereskan peralatan motor.
Pak Aryo merapikan pakaiannya yang terlihat sangat kotor karena terkena barang - barang motor.
Aruna berdiri dari duduknya menghampiri bapaknya, "Udah, nduk. Ayo berangkat." Aruna menganggukkan kepalanya dengan cepat.
Mereka berdua menaiki motor, lalu melajukan motornya menuju ke sekolah Aruna.
13 menit Aruna melalukan perjalanan, hingga sekarang ia tiba di sekolah pada pukul 07.28.
Terlihat jika gerbang sekolah telah tertutup, Pak Aryo merasa bersalah karena sudah membuat Putrinya terlambat sekolah.
Aruna turun dari sepeda motor lalu berbalik untuk menyalimi bapaknya. Pak Aryo dengan tulus membelai rambut putrinya.
"Maafin bapak ya, nduk. Gara - gara bapak, kamu jadi telat gini." Aruna tetap menampilkan senyum manisnya.
"Ini juga salah Aruna karena bangunnya kesiangan. Gapapa pak, orang telatnya sekali aja kok."
"Udah - udah cepet masuk." Aruna meninggalkan bapakmya saat bapaknya sudah meninggalkan area sekolah.
Aruna bingung bagaimana cara masuk ke sekolah sedangkan gerbangnya tertutup rapat.
Tak jauh dari gerbang, ada Pak Dadang selaku penjaga sekolah sedang meminum kopi dengan rokok yang terselip di jarinya.
"Pak Dadang," panggil Aruna hingga membuat Pak Dadang menoleh.
"Pak, boleh bukain?"
"Boleh." Pak Dadang membuka gerbang sekolah, lalu dengan pelan - pelan Aruna masuk ke area sekolah karena takut akan ketahuan guru.
"Makasih ya, pak," dengan senyum terpaksa Pak Dadang mengisyaratkan dengan matanya agar Aruna menghadap ke belakang.
"Arunaaa, jam berapa inii hm?. Bu Iin ga bakal ngelepasin kamu gitu aja." Aruna menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
"Anu bu, Aruna telat karena sepedanya bapak bocor bannya. Makanya Aruna tungguin, kalau jalan kaki kan bisa berabe saya bu."
"Bu Iin ga butuh penjelasan kamu ya, Aruna. Sekarang ikut Bu Iin," dengan terpaksa Aruna mengikuti langkah Bu Iin.
Ternyata Aruna di bawa ke ruang guru berhadapan dengan Pak Erik- selaku kepala sekolah.
"Pak, ini ada murid telat. Harap di tangani yang pak, karena telatnya sudah setengah jam," dengan santainya Bu Iin meninggalkan Aruna yang sedang berhadapan dengan Kepala sekolah.
Aruna tetap berdiri menghadap kepala sekolah karena tidak diijinkan untuk duduk.
"Saya ga butuh alesan kamu, telat ya telat. Saat perlombaan sudah selesai, kamu harus ke lapangan menghadap bendera selama setengah jam. Sesuai dengan waktu kamu terlambat."
Aruna menganga mendengar penuturan dari kepala sekolah.
"Tapi pak--,"
"Itu biar kamu malu, dan ga akan mengulangi kesalahan yang kamu buat hari ini," belum selesai Aruna mengucapnya, Pak Erik sudah memerintahkan Aruna agar tidak membantahnya.
Di panas terik matahari, kini Aruna sudah berdiri menghadap tiang bendera dengan tangan yang ia angkat dan jari sejajar dengan ujung alis.
Ia harus melakukan penghormatan selama setengah jam, mulai dari pukul 12.00 hingga 12.30.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Bahagia [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, YANG PLAGIAT SEMOGA KUTILAN❗❗] {Tidak direvisi!} 15+ Story by: loveeemilo &hazelrois_ Cover by: Canva