6. Classmeet

12 7 0
                                    

"Bagaimana bisa ada manusia sesempurna dia. Sial, aku mencintainya."

-Rajash Bimantara

......


Apel pagi kali ini, dilaksanakan guna memperingati Classmeeting. Di depan sana sudah ada Pak Erik - selaku kepala sekolah.

"Kegiatan Classmeeting SMA Garuda Bangsa, resmi dibuka"

Sorakan dan tepukan penuh semangat terdengar ke seluruh penjuru sekolah, saat balon - balon yang telah disiapkan oleh kepala sekolah, sudah dilambungkan ke udara.

Kini semua murid dipersilakan membubarkan diri masing - masing. Agar bisa mempersiapkan diri untuk berlomba atau hanya sekedar untuk men-suport kelas mereka.

Kini, Aruna dan jenna duduk di bangku yang terletak di bawah pohon mangga, berhadapan langsung dengan halaman sekolah. Beberapa murid ada yang langsung duduk di bawah, ada yang duduk di bangku - bangku pinggiran halaman.

"Run, koyok e kita dilirik deh sama circle sebelah," ujar Jenna berbisik dengan Aruna.

"Circle- nya Selena?." Aruna menunjuk circle Selena yang ada di belakangnya.

"Ojo ditunjukk, goblokkk." Jenna menepuk dahinya, tak habis pikir dengan Aruna.

"Kayak nya iya deh,"

"Males aku ndelok raine, raine koyok lonte. Jare konco - konco siii." Aruna menepuk pundak Jenna pelan.

"Gapapa, selagi kita ga diganggu, biarin." Jenna menganggukkan kepalanya lalu beralih menghadap ke halaman depannya.

Di depan sana, pertandingan sudah dimulai. Tapi ia belum melihat batang hidung Raja. Aruna berniat akan mengembalikan gelang gitam milik Raja sebelum lupa.

Ia urungkan niatnya saat melihat Dika sendirian di depan ruang guru, Dika terlihat merenung. Apa yang dipikirkannya?. Aruna berniat akan menghampiri Dika.

Aruna mencolek bahu Jenna pelan, "Jen, aku mau ke Dika bentar." Jenna tidak menghiraukan ucapan Aruna karena fokus melihat pertandingan yang ada di depannya.

"Jen, denger ga sih?." Jenna menyatukan alisnya.

"Iyo Run." Aruna langsung berjalan meninggalkan Jenna sendiri. Ia berjalan melewati beberapa murid yang duduk di pinggiran lapangan.

"Dor," dengan senyum lebarnya, Aruna mengageti Dika yang sedang melamun. Dika yang melihat Aruna melebarkan senyumannya pun ikut tersenyum.

"Kok ga kaget sih, Dik?." Aruna mengerucutkan bibirnya tanda kesal.

"Kamu kenapa?, ada masalah?."

Dika menggelengkan kepalanya, "Aku hanya butuh semangat, Na."

Aruna melebarkan senyumnya, "Semangat Dikaaa, kalau menang aku beliin es krim"

"Janji?." Dika mengerahkan jari kelingkingnya pada Aruna.

"Janji," dengan senyumnya Aruna membalas tautan jari kelingkingnya pada kelingking Dika.

"Dika, kamu tau Kak Raja aja di mana?," mereka melepaskan tautan jari mereka.

Dika mengernyit bingung, kenapa tiba - tiba Aruna bicara seperti itu?.

"Aku mau kembaliin gelangnya." Dika menganggukkan kepalanya mengerti. Dika celingak - celinguk mencari seseorang yang dicari Aruna. Tepat, Dika melihat seseorang yang sedang bersedekap dada di sebelah timur lapangan, Dekat dengan arah ruang guru.

"Itu Raja, mau ku anter kesana?," tanya Dika yang dibalas gelengan kepala Aruna.

"Aku kesana sendiri aja, Dik"

Akhirnya Dika membiarkan Aruna menghampiri Raja sendiri. Ia akan mengawasinya dari sini.

Aruna berjalan menghampiri Raja dengan tergesa-gesa. Lalu ia berhenti tepat di samping Raja yang sedang asik menonton pertandingan futsal antar kelas.

Raja merasa ada tepukan di pundaknya. Ia pun membalikkan badannya. "Kak Raja--ini gelang kakak aku balikin." Raja menatap gelang yang disodorkan oleh Aruna, segera ia mengambilnya dari tangan Aruna dengan tangan yang sedikit gemetar.

"I--iya sama-sama." Raja merasa gugup bicara dengan gadis di depannya.

"Kakak gugup?," tanya Aruna yang dibalas gelengan kepala oleh Raja.

"Abis ini gua tanding, b--boleh semangatin?," tanya Raja gugup setengah mati.

"Kalau itu minta semangatin Crush kakak aja." Raja menahan senyumnya.

"Cepet ngomong."

Aruna mengerutkan alisnya bingung, "Hah? Aku?,Ngomong apa kak?"

"Semangat Raja, kaya gitu bisa?." Aruna melebarkan senyumannya.

"Semangat Kak Raja!!"

"Berhenti panggil gua 'kak', ulang!"

Aruna menghela napas ringan lalu seyum manis tercetak di bibir tipisnya, "Semangat Rajaa!," hati Raja berdesir hangat mendengar kata semangat dari Aruna. Sebegitu ngaruhnya Aruna bagi dirinya. Ya, Raja rasa ia sudah mencintai gadis ini.

Bagaimana bisa ada manusia sesempurna dia?. Sial, aku mencintainya-- batin Raja dalam hati.

Raja tidak segan - segan untuk mengelus rambut Aruna. Aruna yang diperlakukan seperti itu hanya bisa diam. Ia tertegun dengan perlakuan Raja yang secara tiba - tiba.

Kenapa dia seperti ini?. Dari raut wajah Raja, sangat terlihat jika Raja menyukai dirinya. Tetapi ia tidak boleh terlalu percaya diri. Mungkin saja itu tanda terima kasihnya?.

......

Pertandingan antara kelas Dika dan kelas Raja baru saja dimulai. Jelas jika ia berpihak pada Dika karena Dika adalah sahabat dari masa kecilnya.

"Rajaaa semangatt sayangg," terdengar dari arah lain. Seorang perempuan memberi semangat kepada Raja. Itu pasti pacar Raja, jika ia mempunyai pacar, kenapa ia terlihat menyukai Aruna?. Kali ini, Aruna tidak akan tertipu lagi oleh Raja.

Di lapangan sana, Dika tampak kesulitan mengontrol bola.

"Dikaaa, semangattt," teriakan Aruna membuat Dika menolehkan pandangan lalu tersenyum ke arahnya. Tampaknya ada seseorang yang memandangnya dengan tatapan tajam, itu adalah Raja.

Raja melihat jika Aruna memberi semangat kepada lawan musuhnya, ia merasa tak terima. Belum ada 1 jam Aruna meyemangati dirinya, sekarang malah menyemangati lelaki lain.

Bola yang sedang digiring oleh Dika kini direbut oleh tim dari Raja. Lalu Raja diberi umpan oleh tim-nya lalu ia menggiring bola tersebut dengan rasa amarah yang membuncah dirinya. Tidak ada yang bisa merebut bola dari Raja, Raja tetap menggiring bola ke gawang lawan, dan GOALL.

1-0 untuk tim Raja. Raja melihat tampak kecewa dari raut wajah Aruna membuat Raja merasa puas. Terdengar sorakan dan tepukan meriah atas keunggulan dari tim Raja.

Raja tersenyum miring ke lawannya yang bernama Dika itu, apakah itu lelaki yang membuat Aruna jatuh hati?. Ia tidak bisa membiarkannya dan ia tidak akan tinggal diam.

20 menit telah berlalu, babak pertama masih unggul oleh tim Raja. Para tim memanfaatkan waktu dengan beristirahat selama 10 menit.

Dika menghampiri Aruna untuk mengambil minum.

"Na, aku ga yakin bisa menangin pertandingan." Dika membuka botol lalu ia minum hingga tersisa sedikit. Ia juga mengelap keringatnya sendiri dengan handuk yang diberikan oleh Aruna.

"Kenapa kaya gitu?." Aruna merasa khawatir, apa yang sebenarnya terjadi dengan Dika. Daritadi ia melihat kalau Dika sering melamun.

"Kalau kalah gapapa ya?," tanya Dika yang dibalas anggukan oleh Aruna.

Tangan Aruna terulur untuk menggenggam tangan lelaki dihadapannya, "Kalah dalam perlombaan itu wajar. Anggap saja ini sebagai permainan." Aruna melebarkan senyumnya hingga siapapun yang melihatnya pun selalu ingin tersenyum juga.

Tanpa mereka ketahui, ada seseorang yang memandang mereka dengan tatapan sulit diartikan.

......

jangan lupa vote, comment, dan followw yaa

Cerita Bahagia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang