Seseorang yang sudah aku anggap sebagai rumah ternyaman, ternyata kini rumah itu sudah runtuh. Rumah yang selalu menerima kekuranganku. Rumah yang selalu menganggap kehadiranku. Apa yang akan terjadi padaku, sedangkan aku sudah tidak punya rumah tempatku pulang. Andai kejadian itu bisa diputar kembali, aku ingin mendekap pundak itu. Aku ingin ia kembali. Tuhan, aku hanya rindu.
-Rajash Bimantara
.....
Cuaca mendung menandakan hujan akan segera tiba, dunia seakan ikut merasakan kesedihan yang dirasakan semua orang yang ada di tempat pemakaman.Seorang pria terduduk lemah disisi makam sang kekasih, Rajash Bimantara. Pria itu seakan tak mempunyai tujuan hidup. Dia memandang nisan yang tertera nama sang pujaan hati--Aruna Raespati.
Sontak Raja menggenggam tanah makam kekasihnya dengan penuh rasa amarah. Merasa tak terima atas apa yang menimpa sang kekasih.
Ia merasa tak terima saat menemukan kekasihnya tewas dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Dengan darah yang memenuhi sekujur tubuh.
"Ditinggal kamu tidur aja sunyi, apalagi ditinggal kamu pergi"
Setelah mengucapkan itu, Raja bangkit dan pergi dari makam menyisakan beberapa orang saja. Dan tanpa Raja ketahui ada seseorang yang memandang kepergiannya dengan tatapan yang sulit diartikan.
....
Di dalam sebuah kamar yang gelap, Raja duduk di tepi jendela memandang rembulan berharap bisa melihat sang kekasih di sana.
Satu minggu sejak kematian kekasihnya. Meski begitu bayang- bayang sang kekasih tak pernah luput dari pikirannya, senyum manisnya bahkan masih teringat jelas di otaknya.
"Hai Pacarnya Raja, kamu lagi apa sekarang?."
Raja tersenyum pedih. Setitik air mata jatuh di pipinya, ia sangat merindukan gadisnya.
tok tok
"Raja--makan dulu yukk"
Raja bergegas membuka pintu kamarnya terlihat seorang perempuan yang telah bersamanya dari kecil, Nina.
Tangan Nina ter-ulur mengusap setitik air mata yang mengalir di pipi Raja. "Siapa yang membuat Raja menangis, hm? perempuan itu?"
Raja menganggukkan kepalanya lemas. Dipeluknya perempuan di depannya, ia menumpahkan tangisannya di pundak perempuan itu.
Tangan Nina terbentang mengusap punggung Raja. Isak Raja terdengar, perih. "Relakan yang sudah, Raja. Kamu bisa mendapatkan yang lebih baik dari dia."
"Ngga akan bisa, Nin. Dia akan menetap di hati Raja, selamanya." Raja melepaskan pelukannya.
"Sudah, makan dulu ya. Mamamu sudah menunggu." Nina meninggalkan kamar Raja.
Tak butuh waktu lama, Raja telah sampai di ruang makan bersama Nina dan mamanya. Raja mendudukkan dirinya di samping Nina, di depannya adalah Sana.
"Kenapa? gara-gara anak gatau diri itu?," cibir Sana.
"Kamu itu diguna-guna sama anak itu. Harusnya kamu itu senang dia mati".
srettt pyarr
Tak kuasa menahan amarahnya, Raja meraih piring dan melemparkannya ke sembarang arah. "APA?! MAMA TAU APA?!, MAMA GATAU APA-APA TENTANG DIA?!"
"KENAPA?!, PERCAYA SAMA OMONGAN NINA?!. MAMA ITU SUDAH DIHASUT. MAMA HANCURIN KEBAHAGIAAN RAJA. BELA SAJA PEREMPUAN KESAYANGAN MAMA ITU?!," bentak Raja.
Nina menitikkan air matanya, "Raja, kamu--"
Raja pergi meninggalkan Nina dan wanita paruh baya itu. Lantas Raja melenggang pergi dan terlampau kesal hingga ia membanting pintu dan terduduk di belakang pintu. Isaknya terdengar ke seluruh penjuru ruangan. "Anjing semua?! Denger, lo udah bikin dunia gue hancur tanpa lo?!."
Setelah terjadi perdebatan hebat di ruang makan yang menyebabkan nafsu makannya hilang.
Raja memutuskan pergi keluar rumah tanpa mempedulikan hari yang sudah sangat larut malam, bahkan teriakkan ibunya pun tak ia pedulikan.
Ada satu tempat yang menjadi tujuannya saat ini, Halte. Tempat ia dan gadisnya saat gadisnya mengutarakan cinta kepadanya. Satu satunya tempat yang ia yakini bisa membuat hatinya merasa tenang.
Setelah sampai, ia memarkirkan motor sport nya di tepi jalan. Jalanan ini sangat sepi, tidak ada orang-orang yang berlalu lalang di sini, bahkan satupun. Tentu saja, memang siapa yang lewat pada pukul 1 dini hari.
Raja mendudukkan dirinya di halte tersebut. Memandang bulan purnama yang terlihat sangat cantik. Tapi tetap saja, tidak ada yang bisa mengalahkan kecantikan kekasihnya, termasuk si bulan purnama.
Saat sedang asik memandang bulan, fokus Raja tak sengaja teralih pada salah satu bintang yang sangat bersinar dibandingkan dengan bintang bintang yang lain.
Raja tersenyum saat melihat bintang itu.
"Orang bilang, jika seseorang mati dia akan menjadi bintang yang sangat bersinar. Apa benar itu kamu? Jika iya, bisakah kau berubah wujud menjadi seperti sedia kala? Aku ingin sekali memelukmu".
Matanya memanas sampai akhirnya air mata jatuh ke pipinya, Raja tak sanggup menahan ini semua, dia sangat merindukan kekasihnya. Bisakah ia bertemu kekasihnya sekali saja? Jujur saja, rindu yang ia pendam semakin membuat hatinya sesak.
Andai ia bisa memutar waktu, andai ia mempunyai pintu ajaib yang bisa membuatnya kembali ke masa lalu, dimana saat itu untuk pertama kalinya ia melihat wajah manis itu.
.......
Pandangan Raja kosong tetap seperti kemarin. Semenjak kematian Aruna, Raja menjadi pendiam tidak seperti biasanya.
Ridho yang merasa tidak dihiraukan oleh Raja pun menghela napas dan menepuk pundak Raja pelan. "Ja, sampe kapan kaya gini terus?. Kasian mama lo nangis terus. Emm--gua ajak lo sparing gimana?, udah lama kita ngga sparing."
Raja menggeleng kepalanya pelan, "Aruna kapan balik?, gua kangen".
"Sampai kapanpun Aruna ga bakal balik, Ja".
Sana datang dengan membawa secangkir kopi lalu diletakkan di atas meja. Ia pun mendudukkan dirinya di samping Raja.
"Makan dulu, ya?. Dari kemarin Raja belum makan," dielusnya rambut putranya. Lagi - lagi dibalas gelengan dari Raja.
"Aduh, gimana ini, Dho?. Tante udah pusing, gatau harus gimana lagi." Sana memijat dahinya, akhir - akhir ini wanita itu sangat pusing karena ulah Raja.
Semenjak kematian Aruna, Raja sering membantah dan tidak tau apa yang ia inginkan. Bahkan ibunya pun tak tau apa yang harus ia lakukan. Ia merasa bersalah kepada putranya itu. Kebahagiaan putranya itu nomor satu, tetapi kebahagiaan putranya sekarang sudah tidak ada.
"Ja--"
"GUA BILANG DIEM?!. GUA GA BUTUH OMONG KOSONG KALIAN?!," bentakan Raja membuat Ridho dan ibunya terkejut. Dengan marah, Raja meninggalkan mereka berdua.
Akhirnya setelah lama berada di rumah Raja, Ridho kembali pulang pada malam hari.
Setelah tiba, ayah Ridho mendekati anaknya dengan wajah yang tampak mengantuk.
"Kamu dari mana, nak?. Sampek malam kok baru pulang?," tanya ayahnya.
"Pacar Raja meninggal Yah, jadi Ridho bantuin ngehibur Raja tadi".
"Meninggal karena apa?, siapa namanya?".
"Namanya Aruna Yah, gatau matinya karena apa," mendengar jawaban anaknya, ia tampak terkejut. Ridho yang melihat ayahnya telah berubah ekspresi pun bingung.
Tangannya ia arahkan pada pundak ayahnya. "Ayah kenapa?," ia hanya menggelengkan kepalanya. Setitik air mata pun jatuh dari matanya. Ridho semakin bingung.
"Yah," panggil Ridho terlihat semakin bingung dengan ayahnya.
"Aruna--keponakanku."
.......
![](https://img.wattpad.com/cover/346007187-288-k555853.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Bahagia [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, YANG PLAGIAT SEMOGA KUTILAN❗❗] {Tidak direvisi!} 15+ Story by: loveeemilo &hazelrois_ Cover by: Canva