Kehadiran Dika secara tiba - tiba di rumah Aruna di malam ini membuat Aruna membelalakkan matanya saat membuka pintu rumah. Tumben lelaki ini datang tanpa memberi kabar?. Biasanya jika Dika akan kesini, terlebih dahulu ia akan mengabari Aruna.
Dika mengerutkan keningnya melihat penampilan Aruna yang terlihat sangat rapi. Akan kemana gadis itu akan pergi?.
"Mau kemana, Na?," tanya Dika sembari menenteng satu kantong plastik.
"Ee--aku mau keluar sama Raja." Aruna menundukkan pandangannya, tidak mau melihat wajah Dika.
Pak Aryo datang dari belakang Aruna yang berdiri menghadap Dika, "Dika, kok tiba - tiba?"
"Aruna udah bilang ke om kalau dia mau keluar sama Raja?," tanya Dika mengalihkan pembicaraan.
"Sebenernya om khawatir, berhubung tadi sore Raja langsung datang kesini minta ijin sama om, om kan jadi ndak enak hati. Jadi om ijini kali ini saja."
"Yasudah biarin, ikut om ke dalem ya le..," ajaknya pada Dika.
Usai Pak Aryo meninggalkan mereka berdua, terdengar suara motor sport dari luar gerbang rumah Aruna. Aruna dan Dika mengalihkan pandangannya kepada seseorang yang datang.
Aruna yang mengetahui jika itu adalah Raja, langsung menghampiri tanpa berbicara apapun kepada Dika.
Aruna berdiri di samping motor Raja dengan Raja yang masih menaiki motornya.
"Cantik," puji Raja membuat Aruna tersipu malu. Sesekali Aruna melirik Dika dari kejauhan. Ternyata Dika masih memandang keduanya.
"Raja, aku ga enak sama Dika." Aruna resah semenjak kedatangan Dika. Raja yang tau arah pembicaraan Aruna pun melirik seseorang yang melihat mereka dari kejauhan.
Dengan sengaja Raja mengelus pipi Aruna, berniat membuat Dika panas, "naik," perintah Raja yang dibalas anggukan oleh Aruna.
Sebelum Aruna menaiki motornya, Raja sudah terlebih dahulu menurunkan footstep motor.
Aruna memegang kedua pundak Raja lalu menaiki motor Raja dengan hati - hati.
"Sudah?." Aruna menganggukkan kepalanya. Raja menyalakan motornya lalu mulai menjalankan motornya secara pelan.
Perlahan - lahan Raja sedikit mempercepat lajuan motornya hingga membuat Aruna memekik ketakutan. Raja tersenyum jahil, ia mengerem motornya secara mendadak.
Aruna yang tak siap, dengan spontan memeluk perut Raja secara erat. Raja terkejut bukan main, pipinya bersemu merah.
Aruna tersadar, langsung ia melepaskan pelukannya pada perut Raja, sungguh memalukan. Akhirnya Raja kembali menjalankan motornya secara perlahan dan santai.
"Ehmm, pengen beli apa hm?," tanya Raja sedikit berteriak.
Gelengan Aruna pertanda ia tidak mau apa - apa. Ia tidak berhak meminta apapun kepada Raja.
"Oke"
Motor Raja membelai Kota Surabaya yang sangat ramai malam ini. Mereka berdua menikmati segarnya angin sepoi - sepoi. Langit Surabaya kini sangat penuh dengan bintang- bintang.
Rupanya alam merestui kedekatan mereka. Gedung - gedung yang menjulang tinggi tidak membuat semua orang bosan memandangnya. Mungkin beberapa orang ingin juga menikmati udara Kota Surabaya ini.
Kembali dengan mereka berdua, perjalanan sudah mereka tempuh. Setelah Raja memarkirkan motornya, mereka berdua berjalan memasuki area pasar malam.
Mata Aruna berbinar, menatap kagum tempat di sekitarnya. Memang ini bukan pertama kali baginya, tetapi yang sekarang rasanya sangat berbeda.
"Wahhh, Rajaa naik ituu pleasee." Raja melihat permainan yang ditunjuk oleh Aruna. Baru saja Raja melihatnya, ia sudah bergidik ngeri. Padahal menurutnya bianglala tidak berbahaya untuk dinaiki, tetap saja ia merasa takut.
"Bahaya sayang, kita foto aja ya bianglalanya?"
Aruna mengerucutkan bibirnya, "Yaudah"
"Naiknya nanti ya?, beli jajan dulu mau?," tawar Raja.
Aruna yang awalnya cemberut, kini berubah senang saat mendengar kata 'jajan'.
"Mau jajan apa?"
"Terserah," jawaban andalan perempuan.
Raja menggandeng tangan Aruna mengajaknya menuju penjual 'cotton candy' atau biasa disebut 'permen kapas'.
"Aduhh--aduhh yang datang anak muda semuaa. Saya jadi seneng. Pengen yang warna apa neng?," tanya penjualnya sambil tersenyum ramah..
"Pink," ujar Aruna kegirangan.
"Siapp neng ayu," penjualnya membuat cotton candy yang baru. Setelah siap, penjualnya memberikannya kepada Aruna.
"Permennya cantik kayak mbaknya," puji penjualnya.
"Cewek saya memang cantik lek," ucap Raja setengah melirik Aruna.
........
Malam ini adalah ulang tahun Raja, Sana sangat ingin merayakan ulang tahun putranya itu.
Padahal Sana sudah menyiapkan beberapa makanan kesukaan Raja, tetapi putranya belum juga pulang. Sana tau jika putranya keluar dengan perempuan yang sering diceritakan oleh Nina.
Dari yang diceritakan oleh Nina, Sana mengerti. Sebenarnya ia sedikit takut jika putranya bersama perempuan itu. Perempuan yang sama sekali belum ia kenali.
Sana merasa Kasihan Nina telah menunggu sedari tadi. Nina juga sudah membawakan kado - kado untuk Raja. Ia hanya ingin makan malam dilakukan oleh mereka bertiga saja.
Karena sebelumnya belum pernah mereka seperti ini setelah kematian ayahnya Raja. Sana sungguh menyesal belum pernah merayakan ulang tahun putranya sebelum ayahnya Raja meninggal karena serangan jantung.
Sana berinisiatif mengirim pesan kepada putranya untuk segera pulang tetapi tetap saja balasan dari putranya itu sedikit membuatnya marah.
putraku
raja pulang sekarang, raja juga bawa aruna ke rumahRahangnya tampak mengeras, ingin rasanya marah kepada putranya.
"Kenapa, Ma?," tanya Nina yang ada di sebelahnya.
"Mulai besok, kamu harus sebisa mungkin sama Raja terus ya, Nin?. Mama takut kalau perempuan itu memanfaatkan Raja terus"
Nina menghirup udara dalam - dalam, "Sebenarnya Nina takut sama perempuan itu, Ma. Kalau Nina sama Raja terus takutnya dibully sama perempuan itu. Kalau nanti Raja bentak Nina lagi gimana, ma?," ucapnya dengan raut yang ia tampilkan sesedih mungkin.
"Mama bakal turun tangan kalau perempuan itu masih ganggu hidup kalian."
......
jangan lupa vote dan comment yaa💌
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Bahagia [END]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, YANG PLAGIAT SEMOGA KUTILAN❗❗] {Tidak direvisi!} 15+ Story by: loveeemilo &hazelrois_ Cover by: Canva