01. Geovaro Gerald Kalzero

37.4K 1.5K 593
                                    

Oh! HiSalam kenal dan selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh! Hi
Salam kenal dan selamat membaca.
Sudah saya turuti GEONARA nya.

Inget!! Vote dan komen yaa.

Follow Instagram: @wp.tulisandina & @dnnaptr_ dan
Follow wattpad tulisandina

...

Geovaro Gerald Kalzero, remaja yang masih mengenakan seragam sekolah menengah pertama itu menatap seorang gadis mungil yang terbaring di atas ranjang miliknya dengan tatapan tajam. Urat-urat leher dan lengannya menyembul menandakan ia menahan sesuatu yang sebentar lagi akan meledak.

Satu persatu kancing seragamnya di buka hingga kancing ketiga. Suara pintu terbuka membuat pergerakan tangannya terhenti. Seorang wanita setengah baya yang mengenakan dress menutupi lengan sampai mata kakinya, berjalan masuk sembari membawa sebuah baskom kecil dan kotak P3K.

"Aa, kenapa belum ganti baju?" tanya wanita itu mengernyit. Tak ada jawaban yang yang keluar dari belah bibir Geo. Menarik nafasnya dalam, wanita itu memperhatikan sang anak yang menatap tajam objek yang terbaring di atas ranjang. Sebagai seorang Ibu yang sudah hapal sifat dan tingkah laku sang anak sejak dini. Tentu ia tau apa maksud tatapan itu.

"Tadi Mommy lihat dia pingsan di halte deket supermarket. Kasian dia, sampe kena hujan gitu gak ada yang nolongin, Mommy heran. Jadi Mommy bawa dia kesini," ucap sang Ibu menaiki ranjang.

Geo memperhatikan sang ibu yang membersihkan luka di kening gadis itu. Sesekali gadis yang terbaring itu meringis dalam tidurnya. Lama berkutat membersihkan luka yang hanya terlihat di depan mata. Perlahan-lahan, mata itu terbuka. Bahkan gadis belia itu sampai tersentak saat melihat keberadaan Ibunya di sana.

"Maaf..." Kata yang pertama kali keluar dari bibir pucat itu.

"Maaf kenapa? Sini Mommy bantu bersihin luka di lengannya."

"Mommy?" gumam gadis bingung.

"Panggil aja mommy Kanaya, kalo kamu gak keberatan. Mommy pengen banget punya anak perempuan dari dulu, tapi malah dapet triplek terus," keluh Kanaya.

Anara tersenyum kecil mendengarnya. Tak bohong, hatinya menghangatkan mendengar itu. Matanya perlahan mengelilingi tempat apa yang sedang ia tempati ini. Tubuhnya menegang ketika melihat seorang laki-laki seumuran dengannya sepertinya, yang juga sedang menatapnya. Tapi tatapan itu penuh ketajaman, bukannya takut, justru Anara.

"Kamu ganteng banget!!" puji gadis belia itu spontan berdiri dari atas ranjang. Lalu melompat tepat di depan Geo yang juga ikut memundurkan langkahnya terkejut.

"Kamu pasti jodoh aku, ayok kita nikah," seru Anara dengan tak tahu dirinya mengandeng lengan milik Geo.

...

"Ge, lo serius gak suka sama Anara? Dia cantik lho Ge. Pipinya tembem, rambutnya panjang, ntar lo jambak-jambak dah tuh, agak pendek muat di ketek lo. Terus bodynya bohay—"

Plakk!!

Gerry memegangi bibirnya yang baru saja di tampar oleh Genta. "Kenapa sih lo?" tanyanya sewot.

"Lo mendeskripsikan Anara apa cewek-cewek bokep lo itu?" celetuk Genta.

"Lah!! Kan bener—nah tuh liat!!" Gerry menunjuk Anara yang berjalan dengan ketiga temannya kearah mereka. Saat ini mereka sedang berada di lobi sekolah.

Sedangkan Geo memilih memejamkan matanya tak peduli. Telinga cowok itu tersumpal earphone agar tak mendengar apa yang menjadi topik pembicaraan. Nakula yang memang duduk di samping Geo menyenggol-nyeggol bahu padat sahabatnya.

"Ge—Nara Ge," kata Nakula mengolok-olok.

Geo membuka kedua matanya. Menatap tajam sosok gadis yang berdiri menyengir di depannya saat ini. Anara mengulurkan sebuah kotak bekal ke arahnya, tatapan cewek itu penuh harap.

"Dibuat dengan penuh kasih, dijamin keracunan cinta," ujar Anara kembali menyengir lebar.

Tak ada pergerakan dari Geo membuat Gerry rasanya tak enak hati. Jadi, sebagai sahabat yang baik, ia mengulurkan tangannya sebagai ganti.

"Makasih Nara, pasti enak. Ntar gue suapi si Geo nya, apa isinya btw?" Gerry dengan cekatan membuka. Mulutnya membulat ketika melihat isinya, bukannya nasi goreng sesuai harapannya. Tetapi, hanya sebuah kertas dan pena di dalamnya.

"Apaan, buat apa anjir? Mana bisa dimakan ini," seru Andra mengambil kertas dan pena itu.

Anara menyentak kertas dan pena dari tangan Andra. "Iya lah, orang mau minta tanda tangan. Minggir lo!" usir nya pada Nakula.

"Ge minta dong, buat di tempel di buku nikah kita," ucap Anara terkikik.

"Pergi!!" Geo mengalihkan matanya menatap mata Anara, dingin. Membuat senyum Anara yang lebar itu perlahan pudar.

"Pergi dari hidup gue!!" ucap Geo berat. Matanya memerah menahan emosi. Kertas dan pena yang dipegang Anara perlahan turun, kepala cewek itu tertunduk dalam.

"Ge!" tegur Gevan yang sedari tadi diam.

"Aku salah ya—suka sama kamu?" tanya Anara pelan, cewek itu memberanikan diri mengangkat arah pandangnya.

"Kapan mau buka hati buat aku?" lanjutnya.

"Gak akan pernah!!" tekan Geo berdiri dari duduknya. Berlalu meninggalkan mereka yang terdiam disana.

...

AN: Gatel mau publish wkwkwk. Yok di ramein, di share, di komen, di vote dan di ikutin.

Disambut dengan awal pertemuan Aa Geo dan Neng Anara.

Mau ngelunjak dikit ah. Jangan kayak di sebelah, banyak yang baca, dikit yang menampakkan diri.

Vote dan komen 500 updated cepet!!!

-10 JULI 2023-

GEONARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang